Mengenal Kain Endek, Suvenir World Water Forum yang Dipakai Dior hingga Kepala Negara

Mengenal Kain Endek, Suvenir World Water Forum yang Dipakai Dior hingga Kepala Negara
info gambar utama

World Water Forum (WWF), ajang terbesar dunia yang bertemakan air akan diselenggarakan di Pulau Bali pada 18—25 Mei 2024. Perhelatan yang diadakan setiap tiga tahun sekali sejak 1997 ini menjadi momen penting bagi Indonesia untuk mempromosikan produk unggulan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam negeri. Terlebih lagi, mengingat kehadiran kepala negara, delegasi, dan peserta dari berbagai negara.

Salah satu produk dalam negeri yang akan dihadirkan dalam WWF menurut keterangan pers Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno sekaligus Ketua Bidang V Fair and Expo World Water Forum adalah kain tenun endek asal Bali. Apa yang membuat endek menjadi spesial?

Pengertian, Fungsi, dan Proses Pembuatan Kain Endek

Endek (e dibaca seperti elang) adalah sebutan bagi kain tenun ikat dari Pulau Bali. Tenun ikat sendiri diketahui sebagai kain tenun dengan tahap pewarnaan berupa mengikat benang dengan tali plastik untuk membuat motif dan warna. Benang kemudian akan ditenun hingga menjadi selembar kain. Ini membedakan tenun ikat dengan songket, jenis kain tenun lain dari Bali yang menggunakan benang dengan satu warna.

Menurut Sumadi, dkk. (2014), endek telah tercatat dalam sejarah sejak abad ke-8 Masehi melalui keberadaan kain gringsing dari desa adat Tenganan Pegringsingan, Karangasem. Endek memiliki keragaman motif dari yang tertua, yaitu motif geometris berupa pengulangan garis, segitiga, hingga bentuk lingkaran patola yang berasal dari India. Ada pula ragam hias flora seperti bunga, fauna, manusia, hingga bentuk wayang.

Keragaman juga terletak dalam fungsi endek yang lekat dalam aktivitas masyarakat Bali. Ada yang sakral dan digunakan untuk upacara keagamaan seperti kain cepuk. Kain ini dikenakan upacara potong gigi atau mepandes yang dilakukan untuk seseorang yang menginjak usia remaja.

Ada pula kain bebali yang hadir dalam upacara yang menandai berbagai tahap kehidupan, yakni untuk upacara nelu bulanan bagi bayi hingga upacara kematian Ngaben dengan menaruh kain diatas jenazah yang akan dikremasi.

Kain gringsing, contoh kain endek yang berasal dari desa Tenganan Pegringsingan Karangsem. Foto: Wikimedia Commons (Christ Hazzard).
info gambar

Seperti halnya batik dan kain tradisional Indonesia lainya, kain endek dengan motif yang tidak memiliki nilai sakral telah diadaptasi menjadi pakaian kekinian yang dapat dikenakan semua gender dalam aktivitas sehari-hari. Pegawai instansi pemerintahan di Bali kerap mengenakan kemeja endek saat ngantor atau acara formal. Geliat pariwisata di Pulau Bali juga membuat endek diperjualbelikan sebagai cendera mata.

Proses pembuatan endek masih dilakukan secara manual. Dari memintal, mengikat, hingga mewarnai benang. Begitu juga dalam proses menenun yang didominasi oleh kaum perempuan dengan bantuan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) atau alat tradisional cagcag. Dua desa dengan budaya menenun endek yang kental adalah Sidemen di Karangasem dan Sulang di Klungkung.

Untuk menghabiskan dan melindungi endek sebagai produk kreatifitas masyarakat Bali, Direktorat Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM pada 2020 telah mencatatkan endek sebagai Kekayaan Intelektual Komunal Ekspresi Budaya Tradisional dengan Nomor Inventarisasi EBT.12.2020.0000085.

Keindahan Kain Tenun Gringsing yang Dipercaya Sebagai Penolak Bala

Bersama Dior, Endek Naik Pamor Menjadi Adibusana Dunia

Paris Fashion Week, salah satu ajang fashion terbesar dunia yang diadakan dua kali setahun di di 'Kota Mode' Paris, pada September 2020 melambungkan nama endek. Pasalnya, rumah mode ternama Dior memanfaatkan empat motif kain endek untuk 9 dari 86 koleksi busana musim semi dan musim panas tahun 2021 mereka. Sontak hal tersebut menjadi sorotan bagi masyarakat Indonesia khususnya penikmat dunia mode yang paham akan nama besar Dior.

Dior yang didirikan oleh perancang busana Prancis Christian Dior pada 1946 di Paris adalah salah satu label adibusana atau haute couture yang paling dirujuk di dunia dan telah membuka butik di berbagai negara termasuk Indonesia. Produk berlabel Dior memiliki harga yang sangat tinggi dan bernilai gengsi bagi penggunanya sehingga pemilihan kain endek praktis menaikan pamor kain yang dibuat dari tangan para perajin Bali tersebut.

Namun, untuk mengenakan sebuah produk budaya seperti endek, Dior perlu mengantongi izin dari pemerintah daerah asal produk yaitu Pemprov Bali. Melalui penandatanganan MoU antara Pemprov Bali dengan rumah mode Dior pada Februari 2021, beberapa persyaratan wajib dipenuhi seperti asal endek yang harus dibuat oleh penenun Bali dengan alat tradisional seperti cagcag dan ATBM.

Motif yang digunakan pun telah dipastikan bukan motif yang bersifat sakral berikut 105 cm sebagai panjang maksimal kain. Dior juga diminta memperhatikan keterbatasan sumber daya perajin dengan melakukan pemesanan lebih awal. Kain yang dipesan oleh Dior kemudian digunakan dalam tas tangan serta sepatu yang disertai keterangan berbahan 'ikat' yang merujuk pada endek.

Gairah akan endek yang dihembuskan Dior mendorong Pemprov Bali menginstruksikan pimpinan instansi daerah dan pendidikan di Bali untuk mengenakan endek atau kain tradisional Bali lainya setiap hari Selasa yang dituangkan dalam Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 4 tahun 2021.

Bali dan Kain Poleng

Endek sebagai Busana Kehormatan para Kepala Negara

Endek juga menjadi busana kehormatan yang disediakan tuan rumah untuk dikenakan oleh para kepala negara dalam forum internasional yang bertuan rumah di Pulau Dewata seperti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) tahun 2013 dan KTT G20 tahun 2022.

Dalam KTT APEC 2013, seluruh pemimpin dunia yang hadir kompak mengenakan kemeja atau gaun dari kain endek asal Gianyar seperti Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin yang mengenakan kemeja endek berwarna hijau dan Sultan Brunei Hassanal Bolkiah dengan warna ungu.

Dari kiri ke kanan terdapat Presiden FIFA, Perdana Menteri Kanada, Perdana Menteri Inggris, dan Ketua Forum Ekonomi Dunia memakai kemeja endek di G20. Foto: Instagram @zul.hasan
info gambar

Dresscode endek kembali dikenakan dalam jamuan makan malam dan pertunjukan budaya di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) pada forum G20. Ada Presiden Cina Xi Jinping dengan endek berwarna biru dan motif bunga, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dengan warna fuschia, hingga Presiden FIFA Gianni Infantino dengan warna ungu gelap. Tidak ketinggalan para ibu negara menyampirkan kain endek di pundak dengan warna kain yang senada dengan suami mereka.

Dengan nilai sosial yang tinggi bagi endek sehingga hanya dikenakan oleh kaum bangsawan di masa lalu, penggunaan endek adalah bentuk penghormatan terhadap para pemimpin negara yang hadir di Pulau Bali. Endek juga menjadi cendera mata G20 dengan diaplikasikan pada tas tangan berbahan goni.

Kehadiran kembali endek di panggung internasional melalui World Water Forum akan semakin menguatkan pamor keragaman wastra tradisional Indonesia sekaligus upaya untuk melestarikanya. Akankah dunia kembali melihat para pemimpin negara dengan balutan endek di WWF? Kita tunggu saja!

Makna Spiritual Air di Pulau Bali, Tuan Rumah dari World Water Forum ke-10 2024

Referensi:

  • Ariyanti, N. S., & Asri, D. P. B. (2022). Perlindungan Hukum Eskpresi Budaya Tradisional terhadap Pemanfaatan Kebudayaan Indonesia (Studi Kasus Pemanfaatan Tenun Endek Bali oleh Rumah Mode Christian Dior Paris). Jurnal Kajian Hasil Penelitian Hukum, 6(2), 45–68.
  • Kemenparekraf/Baparekraf RI. (2024, April 27). Siaran Pers World Water Forum 2024: World Water Forum ke-10 Majukan UMKM dan Pariwisata Indonesia. https://kemenparekraf.go.id/berita/siaran-pers-world-water-forum-2024-world-water-forum-ke-10-majukan-umkm-dan-pariwisata-indonesia
  • Sumadi, I. W. S., Sutedja , I. M. D., Hartono, & Yudha, I. P. P. K. (2014). Inventarisasi Perlindungan Karya Budaya Endek di Provinsi Bali. Bali: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FW
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini