Subak Jadi Buah Bibir Sebagai Manajemen Air Berbasis Kearifan Lokal di World Water Forum

Subak Jadi Buah Bibir Sebagai Manajemen Air Berbasis Kearifan Lokal di World Water Forum
info gambar utama

Subak sebagai sistem pengelolaan air yang khas Bali menjadi topik perbincangan hangat pada salah satu sesi yang digelar dalam rangkaian perhelatan di World Water Forum (WWF) ke-10 yang berlangsung pada 18—25 Mei 2024, yang mengambil lokasi di Nusa Dua, Bali.

Manajemen air yang berbasiskan kearifan lokal ini diangkat dalam forum diskusi yang mengambil tajuk “Subak and Spice Routes: Local Wisdom Water Management”. Sesi ini berlangsung di BICC, Nusa Dua, Selasa (21/5/2024).

Deputy Director General of UNESCO Xing Qu dalam sambutannya memberikan apresiasi tinggi kepada masyarakat Bali. UNESCO, organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan PBB, telah menetapkan Subak sebagai warisan budaya dunia sejak 29 Juni 2012.

Belajar Subak, Delegasi 10th World Water Forum Bakal Kunjungi Persawahan Jatiluwih

Perpustakaan Peradaban bagi Masyarakat Global

Pada forum diskusi yang menjadi agenda World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali ini, antara lain menghadirkan Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid sebagai pembicara.

Pada kesempatan tersebut Hilmar Farid memaparkan bahwa kearifan lokal berkenaan dengan tata kelola air, sudah melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Itulah yang bisa temui dan kenali di Bali dengan sebutan Subak.

Dalam perbincangan Hilmar menyampaikan kepada audiens bahwa telah berlangsung sejak lama, di mana masyarakat nusantara melakukan pengelolaan air sebagai sumber utama dalam kehidupannya.

Kearifan lokal ini telah melekat dan menjadi semacam perpustakaan peradaban yang sangat inspiratif. "Perpustakaan" ini telah menjadi rujukan dan bahan pembelajaran. Diyakini akan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat luas.

Subak, Sistem Irigasi di Bali yang akan diperkenalkan di World Water Forum ke-10

Kerja Sama Lintas Negara

Lebih jauh pada forum perhelatan World Water Forum (WWF) ke-10 tersebut, terungkap pula bahwa Subak dengan kearifan lokalnya, dapat memberikan pembelajaran atau inspirasi bagi masyarakat global.

Apabila khazanah ini dipelajari dengan dengan baik, maka niscaya akan dapat ditemukan jawaban atas berbagai permasalahan air yang menjadi tantangan masa kini dan mendatang.

Menurut Hilmar, masyarakat Bali memiliki basis nilai dalam hal mengelola air, yakni solidaritas dan konektivitas. Warga yang hidup di sisi hilir dan menikmati air yang berasal dari hulu, berterima kasih kepada masyarakat yang ada di hulu.

Hilmar mengakui bahwa isu pengelolaan air ini sangat kompleks, sebab membutuhkan penanganan yang komprehensif dan harus membangun kerja sama lintas negara. Namun demikian, Subak bisa menjadi contoh yang baik karena menawarkan cara efektif dan berkelanjutan.

Desa Wisata Jatiluwih Tabanan Bali Siap Unjuk Potensi ke Delegasi Forum Air Sedunia

Air Representasi Manusia

Terkait Subak sebagai sistem manajemen air yang dibangun berdasarkan kearifan lokal, Sekretaris DPP Peradah Indonesia Bali I Ketut Eriadi Ariana turut menyampaikan bahwa filosofi air adalah bagian dari masyarakat Bali.

Sosok yang menyandang gelar Jero Penyarikan Duuran Batur ini menyampaikan kepada audiens bahwa masyarakat Bali memandang air sebagai representasi manusia secara menyeluruh, baik di dalam maupun di luar.

Ketika mata air menghilang, maka pikiran orang Bali pun menghilang. Lalu, I Ketut Eriadi Ariana berbicara tentang teks kuno Bali yang membahas mengenai pengelolaan air dan berbagai aturan dalam menjaga dan merawat air.

Selain itu, I Ketut Eriadi Ariana juga menegaskan bahwa Subak bukanlah sekadar terasering. Namun lebih dari itu, merupakan perwujudan dari solidaritas.

Dalam mengatasi berbagai tantangan berkenaan air, dibutuhkan kolaborasi. Termasuk bagaimana memberdayakan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan petani, serta melakukan edukasi secara terus-menerus.

Pada akhirnya I Ketut Eriadi Ariana memberikan penekanan bahwa tata kelola air dunia harus dilandaskan pada nilai solidaritas dan konektivitas. Dengan demikian dapat kita keluar dari malapetaka air.

Sumber:
https://media.worldwaterforum.org/id/contents/siaran-pers-660047517afb1/siaran-pers-world-water-forum-ke-10-unesco-ri-berkomitmen-pertahankan-kelestarian-subak-sebagai-warisan-budaya-dunia-664ddd05316f4

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini