Idealnya Sahur On The Road

Idealnya Sahur On The Road
info gambar utama

Kita pastinya sudah familiar dengan istilah Sahur On The Road. Ya, sebuah kegiatan baik yang membagikan makanan sahur kepada orang yang tidak mampu atau orang yang tidur dipinggir jalan untuk membantu ibadah puasa mereka. Kegiatan ini sebenarnya sangat positif untuk kedua belah pihak. Disisi pemberi sahur, mereka dapat belajar mengenai empati ketika mengulurkan bantuan mereka kepada orang yang tidak mampu secara langsung dan dari sisi penerima, mereka dapat menikmati hidangan dan mengobati rasa lapar

Kegiatan ini ternyata sudah menjamur di Indonesia dan telah banyak organisasi, komunitas bahkan individual yang melakukan kegiatan ini. Namun tujuan mulia SOTR ini beberapa kali tercoreng akibat ulah beberapa oknum dengan arogansinya.

Ya, jangan salah, justru kegiatan mulia ini disalah artikan, mari kita ambil contoh dari kasus di Jakarta pada tahun 2014, tepatnya di perempatan Wahid Hasyim, Jalan MH Thamrin dimana seoran pemuda bernama Dimmy Rahmada meninggal karena ditusuk. Persoalan ini dipicu oleh masalah sepele, yakni ada dua rombongan yang saling mendahului dan tidak mau mengalah.ini hanya salah satu contoh kecil dari penyalah artian SOTR. Diluar sana masih banyak hal lainnya seperti kebut-kebutan dan konvoi yang mengganggu.

Miskonsepsi Sahur On The Road

Konvoi Sahur On The Road (sumber : SI MOMOT)
info gambar

Pada bulan Ramadhan yang suci ini, kita sangat disarankan untuk bebrbuat kebaikan dengan cara apapun yang kita bisa. Sahur On The Road adalah salah satu contohnya. Namun sayangnya banyak miskonsepi mengenai kegiatan ini.

Banyak pihak yang merasa bahwa Sahur On The Road hanyalah alat untuk menunjukkan eksistensi komunitas maupun kelompok mereka. Maka tak jarang kita melihat orang melakukan Sahur On The Road dengan berkonvoi menggunakan kendaraan yang bising. Namun jika seperti ini buat apa berbuat baik kepada orang lalu berarogansi di jalanan? Lalu apa bedanya dengan mereka yang hanya konvoi di jalan dengan knalpot bersuara besar dan membuat orang takut dijalanan?

Miskonsepsi ini seakan dibiarkan saja oleh banyak pihak sehingga semakin merajalela. Mereka seolah merasa melakukan “kebaikan” namun disaat yang sama ‘kebaikan’ yang mereka buat tertutupi dengan perbuatan mereka yang mengganggu.

Bagaimana Sahur On The Road Seharusnya Berjalan ?

memberi dalam senyap (sumber : Ramadan - Liputan6.com)
info gambar

Sebenarnya ada cara yang lebih baik ketika kita ingin berbuat kebaikan seperti Sahur On The Road tanpa harus terlalu mengumbar eksistensi namun tetap bermakna, tanpa harus konvoi dengan rombongan yang alah membuat takut pengguna jalan lainnya atau bahkan membuat keributan di pagi buta. Mengadopsi semboyan Yonif Raider 600.Modang yaitu “Cepat, Senyap Tepat”, seharusnya Sahur On The Road dilaksanakan dengan sunyi tanpa mengganggu orang lain.

Ketika kita memberikan makanan kepada orang dipinggir jalan, cukup beberapa orang saja dan lain menyebar ke lokasi lain, bangunkan orang yang kita tuju lalu katakan, “pak/bu, ini ada sedikit rejeki untuk bapak/ibu” dan lalu pergi ke orang lain yang membutuhkan. Jika orang yang kita tuju ternyata sulit untuk dibangunkan, maka kita tinggalkan makanan yang diperuntukan kepadanya disamping bapak/ibu/adik tersebut sehingga ketika mereka terbangun pun mereka akan sadar ada makanan untuk mereka.

Setelah selesai membagikan makanan, kita tentu berkumpul di satu titik untuk makan sahur bersama, disini tidak perlu adanya konvoi dengan tujuan sebuah eksistensi bahwa kita telah membantu orang. Toh, membantu orang tidak perlu digembor-gemborkan secara berlebihan bukan? Pulang lah dengan selamat dan bersyukurlah kita masih mampu hidup enak dan bisa membantu sesama, doa mereka nantinya pun akan dibalas oleh Yang Kuasa. Bayangkan jika hal ini dapat diaplikasikan ke dalam acara Sahur On The Road, maka larangan kegiatan ini pun tidak aka nada dan orang lain pun dapat terbantu tanpa harus ribut dan ricuh setelahnya bukan? Mari berbagi dan berbuat kebaikan di Bulan Ramadhan yang penuh berkah ini kawan GNFI.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini