Surabaya Design Summit: Desain Bukan Cuma Mempercantik Tampilan

Surabaya Design Summit: Desain Bukan Cuma Mempercantik Tampilan
info gambar utama

Hayo ngaku! Siapa Kawan GNFI di sini yang masih menganggap desain itu hanya pengemasan visual agar terlihat cantik? Kalau masih ada yang berpikiran seperti itu, yuk kenalan dengan Surabaya Design Summit (SDS)!

SDS hadir untuk berbagi informasi dan pengetahuan serta bertukar pikiran dan pendapat sebagai upaya membangun pemahaman kritis atas berbagai praktik desain. Praktik desain yang dimaksud di sini adalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti sosial, budaya, ekonomi, teknologi, politik, dan ekologi yang lebih besar.

SDS ingin membuka wawasan bahwa desain tidak hanya berfokus untuk branding, produk, penerbitan, interaksi, dan hal-hal yang berkaitan dengan pengemasan visual, estetika, atau make up yang membuat benda, tempat, dan orang menjadi tampak menarik. Melainkan, SDS ingin memberitahu sekarang ini desain merambah hampir setiap aspek manusia, mulai dari bisnis, politik, hingga sains, pendidikan, dan pembuatan kebijakan.

Untuk mewujudkan itu, SDS memberikan fasilitas untuk membahas praktik desain dengan kritis bahwa desain adalah proses merancang yang melibatkan publik dan berbagai ahli, praktisi, peneliti, pengguna dari berbagai bidang ilmu dan latar belakang. Oleh karena itu, acara ini bisa dihadiri oleh berbagai kalangan, tidak hanya mereka yang memiliki latar belakang atau sekolah desain saja.

“Ya, acara ini tidak ekslusif hanya untuk desainer saja kok,” ujar Nadia Maya Ardiani selaku Media Relation dari SDS yang dikutip dari press release acara tersebut.

Acara yang mengusung tema Inter-Lokal ini ingin menjelajahi gagasan mengenai keterhubungan dan jaringan. Menurut Maya, sapaan akrabnya, tema ini bermaskud untuk menjaga nilai-nilai lokal Indonesia ketika menjadi bagian dari dunia internasional serta bagaimana menjaga jejaring agar berkelanjutan kedepannya.

Karena seperti yang sudah diketahui bahwa pada zaman sekarang ini dunia sudah saling terhubung hampir 24 jam. Yang sedikit terlupa adalah kualitas hubungan yang terjalin serta dampaknya pada masyarakat dan lingkungan.

“Bagaimana selaku desainer dan perancang dalam merespon tanggapan-tanggapan untuk bekerja sama dan menjalin hubungan secara mutual, adil, dan manusiawi?” dan “Bagaimana kita menjajaki dan mengenali potensi identitas, kecerdasan, kreativitas, dan sumber daya lokal dalam menjalin hubungan dan jaringan yang sehat?” adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan dibahas dalam acara ini.

Pembahasan ini dilakukan dengan menarik dan akrab. SDS mengemas penyampaian materi itu dalam sesi diskusi panel dan meja bundar. Pembahasan tersebut terbagi menjadi 10 sesi yang digelar pada Kamis (10/5) hingga Sabtu (12/5) lalu.

Diantara 10 sesi tersebut akan mendiskusikan Inter Glo-Cal Representation yang membahas representasi lokal (Indonesia) dalam bermain di panggung global, Rethinking Work & Labour in Digital Age, Progressive Archiving, dan lain-lain.

Selain sesi diskusi panel dan meja bundar, SDS juga mengadakan acara satelit seperti kuliah tamu, lokakarya, dan Wikipedia edit-athon yang diselenggarakan bekerja sama dengan komunitas dan institusi pendidikan lokal Surabaya, seperti Wikimedia Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, UK Petra, Sinema Intensif, dan lain sebagainya.

Hal yang perlu dibanggakan adalah banyak sekali anak muda yang tertarik mengikuti acara SDS yang bahasannya ‘berat’ ini. Artinya, pemuda Indonesia ini memiliki hasrat yang besar untuk berkontribusi hal baik untuk Indonesia.

Keren sekali ya acaranya! Semoga bermanfaat dan semakin banyak yang ikut dan terinspirasi oleh acara ini!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini