Sebuah Memoar Pematah Stigma Negatif dari Bandung

Sebuah Memoar Pematah Stigma Negatif dari Bandung
info gambar utama

Banyak orang berpikir bahwa mengidap virus HIV berarti hilang sudah harapan hidupnya dan beranggapan hidup orang tersebut hanya menanti kematian tanpa bisa berbuat apa pun. Banyak juga masyarakat yang beranggapan bahwa orang dengan HIV/AIDS (ODHA) harus dijauhi dan lebih buruk lagi mereka hanya dianggap sampah masyarakat sehingga banyak ODHA yang termarjinalkan. Namun sosok yang telah berpulang pada 21 Juni 2018 lalu ini merupakan contoh dimana masyarakat harus mulai menghilangkan pikiran tersebut karena ODHA bukanlah orang yang harus dijauhi.

Namanya adalah Deradjat Ginanjar Koesmayadi, sosok pembawa perubahan yang nyata dari Bandung. Kisah hidupnya sangat berliku, dari mulai anak SMP yang tidak pede, menjadi pecandu narkoba, diusir dari rumah, mencuri helm, masuk penjara karena ketahuan transaksi narkoba hingga divonis HIV/AIDS. Dalam kondisi ini tentu banyak orang akan menyangsikan masa depan Ginan, pertanyaan seperti ‘mau jadi apa anak ini?’ hingga pernyataan ‘anak ini tidak punya masa depan’ mungkin pernah atau bahkan sering ditujukan untuknya. Namun apa yang Ginan lakukan untuk hidupnya dan masyarakat di sekitarnya mampu membuka mata kita lebar-lebar.

Ginan Koesmayadi (Sumber : Tribun)
info gambar

Pria kelahiran 13 Juli 1980 ini mulai menggunakan narkoba dari umur 13 tahun lantaran merasa kurang percaya diri, ia percaya pada waktu itu narkoba adalah jalan keluar untuk menambah percaya diri. Setelah 7 tahun memakai narkoba dan sempat hampir meninggal karena overdosis (OD) di toilet kampus, ia kemudian bertaubat.

Ayah Ginan yang pernah mengusirnya karena menjual barang-barang rumah untuk narkoba pun menerimanya kembali. Bimbim, teman Ginan yang menolongnya ketika OD di toilet kampus merupakan orang yang berjasa besar menyelamatkan hidupnya. Sejak saat itu Ginan sudah jenuh dan memutuskan untuk bertaubat. Setelah itu ia lantas cek ke dokter tempat sang ayah, Dedi Koesnayadi melakukan praktik dan hasilnya pria bertato ini divonis positif HIV.

Ginan Koesmayadi (sumber : Tribun)
info gambar

Tak mudah untuknya ketika menerima fakta bahwa ia positif HIV/AIDS, banyak teman-teman yang lantas menjauhinya. Pada kesempatan wawancaranya bersama GNFI pada 2017 lalu ia mengungkapkan betapa hancur kehidupannya, “Istilahnya hancur banget, bahkan temen sesama pemakai aja menjauh juga,” ujarnya.

Menerima fakta mengidap virus yang sangat sulit disembuhkan saja sudah berat, belum lagi ditinggalkan oleh teman-temannya, lantas bagaimana untuk berpikir berbuat lebih untuk masyarakat? vokalis Band Jeruji ini ternyata tak patah arang, ia ingin hidupnya berguna untuk masyarakat terutama untuk orang-orang yang mengalami hal yang sama dengannya.

Setelah melakukan ibadah Umroh dan menjalani rehabilitasi di Malaysia, pada tahun 2003 Ginan mendirikan Rumah Cemara bersama teman-teman mantan pengguna narkoba, yakni Patri, Tanto, Burhan dan Ikbal. Rumah Cemara inilah rumah bagi banyak orang yang hilang arah untuk kembali mendapat semangat hidup. Tujuannya sederhana, yaitu untuk menjadi ‘rumah’ bagi orang yang senasib dengannya. Rumah Cemara selalu terbuka dan hangat untuk orang-orang yang mau kembali ke jalan yang benar dan meningkatkan kualitas hidup.

Tak main-main, Rumah Cemara ini bekerjasama dengan Lapas (Lembaga Permasyarakatan) Kelas IIA, Banceuy-Bandung untuk melakukan pembinaan dan penyuluhan terhadap pengguna narkoba dan penderita HIV/AIDS. Tak hanya itu pemerintah kota Bandung serta beberapa pihak luar seperti Chevrolet juga bekerjasama dengan Rumah Cemara untuk memfasilitasi kegiatan positif Rumah Cemara.

Best Male Player (Homeless World Cup
info gambar

Bersama Rumah Cemara, lelaki humoris kental dengan logat Sunda ini telah mencatatkan prestasi yang luar biasa. Pada tahun 2011 Ginan berangkat ke Paris Perancis untuk bertanding dalam Homeless World Cup (HWC) dan meraih predikat Best Male Player. Pada ajang tersebut pula nama Indonesia menjadi peringkat 6 dari 48 negara yang ikut berkompetisi. Tak berhenti disitu, tim Rumah Cemara telah memberangkatkan puluhan orang Indonesia untuk mengikuti HWC yakni di HWC 2012 Mexico, HWC 2013 Polandia, HWC 2014, HWC Amsterdam dan HWC 2016 Skotlandia. Dari sekian perlombaan Rumah Cemara menorehka prestasi sebagai Best Coach Award UEFA (2012), Peringkat 8 Dunia (2013), Peringkat 2 Ejercito de Chile Cup dan Best Male Player (2014, L. Swananda Pradika, serta peringkat 1 Amsterdam Cup (2015).

Pria lulusan Universitas Padjajaran ini juga telah banyak menjadi pembicara untuk membagikan kisah hidupnya dan mempromosikan prinsip yang ia pegang teguh yaitu ‘Indonesia Tanpa Stigma’. Tak main-main, dirinya pernah didaulat menjadi Sembilan Fellow Ashoka sebagai figure pembaruan masyarakat, ia juga pernah terbang ke Australia dan diwawancarai oleh ABC News karena kisah hidup dan perjuangannya mematahkan stigma bahwa ODHA tak bisa apa-apa. Terakhir, sebelum ia meninggal, pada tahun 2017 tepatnya pada bulan 8-30 April 2017, ia bersama band Jeruji berangkat ke Eropa untuk tampil di 20 kota di 7 negara Eropa.

Ginan Koesmayadi (sumber : Akun instagram Rumah Cemara @rumah_cemara)
info gambar

Dari kisah seorang Deradjat Ginan Koesmayadi kita bisa mendapat pelajaran penting bahwa siapa saja bisa berubah menjadi lebih baik meskipun memiliki masa lalu yang suram dan gelap. Sosok ini membuktikan bahwa keterpurukan bukan halangan untuk berguna di masyarakat dan berprestasi. Bayangkan jika banyak sosok-sosok seperti Ginan lainnya di Indonesia, yang dalam keterpurukannya mampu berbuat banyak hal di masyarakat.

Banyak dari kita yang hanya mencibir mereka yang termarjinalkan tanpa tahu bahwa mereka pun memiliki potensi baik untuk masyarakat. Kisah hidup ini seharusnya membuka mata kita bahwa kita tidak bisa meremehkan mereka yang sedang terpuruk, dan seharusnya membuat kita berhenti memberi stigma buruk kepada pengidap HIV/AIDS dan mantan pecandu narkoba, karena mereka pun bisa jauh lebih baik dari kita. Terima kasih Ginan Koesmayadi dan selamat beristirahat dengan tenang, semoga hal positif yang telah kamu lakukan di dunia ini dapat menginspirasi banyak orang untuk berbuat lebih ke masyarakat.

sumber :

Kumparan | Pesan Lapang | Kompas | Tribun

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini