Habibie, Sang Penakluk Dollar yang Tak Pernah Mau Jadi Presiden

Habibie, Sang Penakluk Dollar yang Tak Pernah Mau Jadi Presiden
info gambar utama

Bangsa Indonesia kembali berduka. Salah satu putra terbaiknya, BJ Habibie, telah meninggalkan kita semua, dan menghadap sang Khalik. Banyak cerita tentangnya. Tentu saja yang paling banyak dibahas adalah karya-karyanya di bidang teknologi. Tapi mari kita tengok prestasinya di bidang ekonomi, terutama saat menjabat sebagai presiden pada 1998-1999 selama 16 bulan, menggantikan presiden Soeharto yang mengundurkan diri.

Saat menjabat sebagai presiden, beliau mewarisi kondisi ekonomi yang sangat parah, salah satunya mata uang rupiah yang begitu lemah hingga mencapai Rp. 18.000 per dollar AS. Dalam waktu yang tak begitu lama, Habibie berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar mencapai di bawah Rp 10.000 per dolar. Bahkan pada saat akhir pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah masih bertengger di level Rp 6500 per dolar AS. Sebuah prestasi yang tak pernah dicapai pemerintahan setelahnya.

Apa jurus beliau?

Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, Habibie melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi per-bank-an melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara, juga melikuidasi beberapa bank yang bermasalah, membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri, dan lainnya.

Habibie juga mempertahankan agar harga BBM bersubsidi agar tetap terjangkau oleh rakyat yang terpuruk akibat krisis. Harga Premium saat itu dipatok Rp 1.000, dan Solar Rp 550. Keputusan ini mendapatkan kritik tajam dari IMF.

Upaya-upaya ini cukup berhasil karena Habibie tidak menganut sistem pasar bebas hingga membuat dolar berhasil ditekan. Saat menyampaikan laporan pertanggungjawaban di hadapan MPR, nilai rupiah saat itu berada di level Rp 6.500, suatu pencapaian yang belum bisa diikuti oleh presiden setelahnya. Sayangnya, pemerintahannya tak berlanjut lagi. Beliau tak mau lagi terjun di dunia politik, dan berkontestasi pada pemilihan presiden 1999.

Habibie memang pernah melontarkan bahwa dirinya tak pernah berniat menjadi presiden. Saat itu, tiba-tiba ia ditunjuk menggantikan Presiden Kedua RI Soeharto. Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, tersebut mengaku menjadi presiden karena ketidaksengajaan. "Saya tidak pernah tertarik atau ingin menjadi presiden, itu terjadi secara tidak sengaja. Saya harus mengambil alih karena Presiden Soeharto mengundurkan diri," ujar Habibie, dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 2013.

Selamat jalan, Bapak Bangsa

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini