Biji Ketapang, Kue Lebaran Khas Betawi yang Bukan dari Pohon Ketapang

Biji Ketapang, Kue Lebaran Khas Betawi yang Bukan dari Pohon Ketapang
info gambar utama

Menjelang Lebaran atau hari raya Idul Fitri, sebagian umat muslim mulai bersiap membuat camilan kue kering menggugah selera. Menyajikan kue kering menjadi sebuah kebiasaan karena nantinya akan banyak tamu dan sanak keluarga datang untuk bersilahturahmi.

Ada berbagai macam kue kering yang biasanya disuguhkan, contohnya seperti kue nastar atau kastengel, kue resep orang Belanda yang sudah diwariskan sejak zaman kolonial. Selain dua kue warisan dari para pendatang Eropa itu juga ada sajian kuliner kue kering tradisional yang sering ditemui di stoples rumah kita atau rumah kerabat lain, salah satunya biji ketapang.

Biji ketapang adalah kue khas Betawi dengan bahan dasar terigu, margarin, gula pasir, santan, telur, dan sedikit garam juga vanili. Cara membuatnya seluruh bahan dicampur menjadi sebuah adonan dan dipotong kecil-kecil sebelum digoreng hingga kecoklatan.

Lewat proses yang relatif singkat maka jadilah kue biji ketapang. Umumnya rasanya gurih, manis dan bertekstur renyah dengan bentuk yang mungil.

Biji ketapang kelapa gongseng.
info gambar

Mengingat nama ketapang tentu mungkin kita bakal teringat dengan tumbuhan pohon ketapang (Terminalia catappa). Tumbuhan tersebut tumbuh subur di wilayah Asia Tenggara termasuk di Indonesia.

Pohon ketapang merupakan tanaman perdu dengan tinggi sekitar 1-2 meter. Ciri-ciri pohon ketapang ialah berbatang kayu, bercabang, dan daun berwarna hijau. Terdapat bagian dari pohon ketapang yang bisa dijadikan obat yakni biji, kulit kayu, dan daun.

Biji ketapang – yang bukan kue – mengandung minyak, kulit kayu mengandung tanin (antioksidan berjenis polifenol yang mencegah atau menetralisir efek radikal bebas yang merusak), sedangkan daun mengandung saponin dan tanin. Biji ketapang memiliki khasiat sebagai pencahar dan pelancar ASI, sementara bagian pohon lainnya mampu menjadi obat untuk kelancaran air seni, kudis, hingga rematik.

Namun, bisa dilihat dari bahan-bahan pembuatan kue biji ketapang, tidak ada unsur pohon ketapang di dalamnya. Lalu mengapa namanya bisa seperti demikian ya Kawan GNFI?

Ya, meskipun tidak ada bagian dari pohon ketapang dijadikan bahan, tetapi kue biji ketapang masih ada kaitannya dengan tumbuhan tersebut. Nama biji ketapang terinspirasi dari bentuk biji buah pohon ketapang yang warnanya kekuning-kuningan.

Biji buah pohon ketapang.
info gambar

Buah ketapang sendiri bentuknya bulat dengan kulit yang keras dan runcing di bagian ujungnya. Jika dibuka isinya berwarna putih seperti almond. Oleh karena itu dipanggil juga dengan Almond Malabar atau Almond Singapura.

Dahulu saat pohon ketapang masih banyak tumbuh di tanah Betawi, Buah ketapang banyak tercecer di jalanan dan sering dipungut untuk dimakan bijinya. Rasanya gurih dan teksturnya renyah. Itulah yang menginspirasi kue biji ketapang.

Orang Betawi dan Nama-nama Tumbuhan

Masyarakat Betawi tempo dulu memang terbilang gemar menamakan berbagai macam hal dengan nama tumbuhan. Bahkan nama Betawi yang konon berasal dari kata Batavia – ibu kota Hindia Belanda – memiliki dua versi lain yang salah satunya diambil dari nama tumbuhan.

Menurut beberapa ahli dan sejarawan Betawi seperti Ridwan Saidi, nama Betawi berasal dari Pitawi (bahasa Melayu Polinesia Purba) yang artinya larangan. Perkataan ini mengacu pada kompleks bangunan yang dihormati di Candi Batu Jaya.

Tumbuhan glora guling Betawi.
info gambar

Sementara nama satu lagi terinspirasi dari nama tumbuhan Flora Guling Betawi (Cassia glauca), jenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling dan mudah diraut serta kukuh. Dahulu kala, jenis batang pohon Betawi banyak digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau.

Kedekatan orang Betawi dengan nama-nama tumbuhan merembet ke penamaan kuliner dan nama tempat. Selain biji ketapang, juga ada kue kembang goyang dan akar kelapa yang biasa disajikan saat perayaan tertentu termasuk Lebaran.

Kue kembang goyang khas Betawi.
info gambar

Dan untuk nama tempat, pada zaman dulu atau sekitaran zaman kolonial, wilayah Jakarta memang ditumbuhi berbagai macam tumbuhan. Orang-orang Betawi yang menghuni daerah pinggiran Batavia – nama Jakarta pada saat itu – familier menamai daerah tempat tinggalnya dengan nama tumbuhan endemik sekitar.

Ambil contoh dua daerah di Jakarta Timur, Pulo Gadung dan Pulo Gebang. Pulo Gadung diambil dari nama tumbuhan gadung (Dioscorea hospida), sejenis umbi-umbian untuk kebutuhan pangan. Lalu untuk Pulo Gebang dinamai dari tumbuhan gebang (Corypha) yang merupakan pohon sejenis palem yang memiliki daun menyerupai daun lontar.

Baca Juga:


Referensi: Jakartakita.com | Jakarta-tourism.go.id | Timur.Jakarta.go.id | Kara-indonesia.com | Pierre Sanjaya, "Jakarta 2045: Smart City for Millenials"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini