Candi Borobudur yang kini terletak di Magelang, Jawa Tengah, didirikan pada abad 9 masehi oleh para penganut agama Buddha yang beraliran Mahayana pada masa kerajaan Mataram Kuno, ketika Raja Samaratungga keturunan Wangsa Syailendra berkuasa.
Pembangunan ini memerlukan waktu lebih dari setengah abad dan baru dapat diselesaikan pada masa pemerintahan putri dari Samaratungga, yaitu Ratu Pramudyawardani.
Menurut interpretasi filolog Belanda, Johannes Gijsbertus de Casparis, Candi Borobudur dibangun untuk memuliakan agama Buddha.
Berdasarkan Prasasti Kahulungan dan Kayumwungan, pakar Borobudur berkebangsaan Indonesia, Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun pada 746 saka atau 26 Mei 824 masehi.
Fakta arkeologis ini menunjukkan bahwa usia Borobudur jauh lebih tua dibandingkan Angkor Wat di Kamboja dan Taj Mahal di India.
Setelah melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di tanah Jawa, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14.
Pada 1814, Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa, Sir Thomas Stamford Raffles, mencoba menyelidiki adanya penemuan situs purbakala berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
Jauh dari tahun tersebut, seorang Belanda yang menjadi Ketua Masyarakat Arkeologi di Yogyakarta, J.W Yzerman, menemukan kaki tersembunyi dalam penggalian.
Borobudur sebelum proses restorasi Theodoor van Erp pada th 1907 pic.twitter.com/IFUFSlCmlc
Pemerintah Hindia Belanda kemudian mengambil langkah serius dengan memanggil Theodoor van Erp, tentara Belanda dan insinyur yang sebelumnya mendesain Istana Maimun di Medan.
Dipimpin Van Erp, pemugaran dilakukan pada 1907-1911, tetapi karena anggaran yang terbatas restorasi candi tidak sepenuhnya selesai.
Pemugaran lalu dilanjutkan oleh pemerintah Republik Indonesia pada akhir 1960-an.
Pada 1975-1982, pemerintah Indonesia dan UNESCO mengambil langkah untuk perbaikan menyeluruh monumen ini dalam suatu proyek besar.
Proyek kolosal ini melibatkan 600 orang dan biaya sebesar 6.901.243 dolar AS.
Setelah renovasi, UNESCO memasukkan Borobudur ke dalam Situs Warisan Dunia pada tahun 1991.
Semenjak itu, Candi Borobudur menjadi salah satu objek wisata favorit bagi turis domestik dan internasional.
Pada 2019, harga tiket masuknya Rp 50 ribu untuk wisatawan dalam negeri dan 25 dolar (sekitar Rp 354 ribu) untuk wisatawan mancanegara.
Baca Juga:
- Sejarah Hari Ini (18 Mei 1891) - Proyek Istana Maimun Kesultanan Deli Rampung
- Bulan Juni, Wisata Candi Kembali Dibuka dengan Menerapkan Protokol Covid-19
- Kitab Prapanca: 40 Persen Istana Kerajaan Majapahit Sudah Tergambarkan Jelas
Referensi: Tribunnews.com | Kompas.com | Borobudurpedia.id | Borobudurvirtual.id | Unescoc.Unesco.org | Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, "Sejarah Nasional Indonesia II" | "Reinventing Indonesia: Menemukan Kembali Masa Depan Bangsa" | Gagas Ulung, "Wisata Ziarah: 90 Destinasi Wisata Ziarah & Sejarah di Jogja, Solo, Magelang, Semarang, Cirebon"
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News