Startup Besutan Kemenperin, Bangun Teknologi Pemetaan Kebutuhan APD Hingga Deteksi Dini Covid-19

Startup Besutan Kemenperin, Bangun Teknologi Pemetaan Kebutuhan APD Hingga Deteksi Dini Covid-19
info gambar utama

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia memberikan apresiasi kepada perusahaan rintisan asal Bandung yang berinovasi dengan membuat platform GEO MAPID. Platform tersebut dapat dimanfaatkan untuk memetakan kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) di Indonesia.

MAPID adalah salah satu finalis Startup 4 Industry dari kompetisi Making Indonesia 4.0. Startup yang diinisiasi oleh Kemenperin pada tahun 2018,” Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA), Gati WIbawaningsih, seperti dikutip dari AntaraNews.com.

Inovasi yang dihasilkan oleh MAPID itu, merupakan wujud nyata dari semangat generasi millenial di Indonesia yang siap menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Menurutnya, keunggulan MAPID adalah memanfaatkan gabungan geospasial dan internet of things menjadi sebuah platform berbasis peta yang dapat diintegrasikan dengan berbagai macam sensor untuk memonitor secara otomatis.

Bagus Imam Darmawan, CEO MAPID menuturkan, platform yang ia beserta timnya gagas merupakan perangkat lunak berbasis cloud computing. Platform GEO MAPID akan menjadi solusi layanan dalam pengembangan Sistem Informasi Geografis yang bisa digunakan untuk mengumpulkan, mengelola, memvisualisasikan, dan menganalisis data geospasial.

Teknologi ini mampu memposisikan pemetaan dan penginderaan ekosistem terintegrasi untuk semua orang yang tidak memerlukan keahlian dalam GIS atau Teknik Tata Ruang. Teknologi itu juga bisa digunakan secara massal atau bisa digunakan oleh siapa saja.

Data yang disajikan pun berupa tampilan dalam format tiga dimensi, sehingga akan lebih mudah dipahami masyarakat.

“Melalui inovasi ini, masyarakat dapat melihat distribusi APD dengan mudah pada tampilan peta, sehingga dapat melihat daerah mana saja kebutuhannya sudah terpenuhi dan daerah mana yang masih membutuhkan APD dapat tersampaikan dengan jelas,” jelas Bagus.

MAPID
info gambar

Kerja Sama dengan Yayasan Dokter Peduli

Saat ini MAPID telah menjalin kerja sama dengan Yayasan Dokter Peduli (doctorShare). Hal itu dilakukan supaya bisa memetakan kebutuhan APD di Indonesia. Di samping itu, MAPID juga akan membantu tim doctorShare agar lebih memahami kebutuhan dan prioritas APD sampai lebih dari 200 fasilitas medis di Indonesia.

Sementara itu Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, keberadaan perusahaan rintisan atau startup seperti MAPID. Menjadi bagian penting dalam akselerasi penerapan inovasi teknologi digital, terutama dalam kesiapan memasuki era industri 4.0.

Ia juga meminta kepada para pelaku startup di Indonesia supaya dapat menghasilkan teknologi digital yang aplikatif dan solutif demi meningkatkan produktivitas dan daya saing Industri Kecil Menengah (IKM). Kata Agus, “Terutama untuk dimanfaatkan di lini manajerial, produksi, maupun pemasaran.”

Karena itu, IKM diharapkan bisa membuka diri untuk berkolaborasi dengan berbagai startup yang menawarkan kemajuan teknologi guna menyelesaikan permasalahan yang tengah dihadapi.

Sebab, tambahnya, inovasi teknologi digital yang dihasilkan merupakan alat yang bisa menjawab kebutuhan di era industri 4.0 saat ini.

Neurabot

neurabot
info gambar

Masih dari kompetisi Making Indonesia 4.0, Kemenperin juga memberikan apresiasi yang sama kepada startup dalam negeri lainnya, Neurabot. Perusahaan ini menjadi bagian dari gugus tugas kecerdasan buatan dan teknologi informasi (Task Force AI & TI) dalam penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.

Neurabot menjadi pengembang data mining platform terpusat untuk melihat data pasien Covid-19 yang telah teridentifikasi.

Sama seperti MAPID, Neurabot merupakan finalis program Startup 4 Industry yang diinisiasi Kemenperin bersama pakar AI dan akademisi di bidang AI di Indonesia pada 2018 lalu. Teknologi yang dikembangkan Neurabot adalah penerapan teknologi deep learning pada pemeriksaan CT-Scan paru-paru, serta foto polos dada (X-Ray).

Teknologi tersebut merupakan salah satu modalitas deteksi cepat kasus Covid-19 dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi, sehingga dapat membantu pengambilan keputusan klinis dalam kondisi pandemi saat ini.

Namun, kata Founder & CEO Neurabot, Indarto, salah satu tantangan dalam penggunaan teknologi yang ia kembangkan adalah, mayoritas rumah sakit rujukan Covid-19 masih menggunakan pemeriksaan foto polos dada (X-Ray).

Menurutnya, pemeriksaan menggunakan X-Ray memiliki sensitivitas yang lebih rendah, dibanding CT-Scan paru dosis rendah (LDCT) dalam mendeteksi gambaran perubahan struktur paru pasien.

“Meski demikian Neurabot bersama pakar Ai yang tergabung dalam gugus tugas ini akan tetap berupaya mengolah seluruh sumber data yang ada,” tutur Indarto. Lanjutnya, termasuk data foto polos dada dan data klinis sebagai penguat untuk menghasilkan solusi identifikasi dini berbasis AI dengan tepat dan cepat.

Indarto juga menyampaikan, teknologi yang ia kembangkan bertujuan untuk membangun ekosistem dalam ilmu pengetahuan. Caranya dengan menggabungkan kecerdasan buatan dan kecerdasan manusia, tanpa menggantikan manusia.

“Teknologi ini tidak bermaksud menggantikan seorang ahli, tetapi membantu dalam penegakan diagnosis dengan cepat dan tepat. Keputusan akhir dalam diagnosis merupakan tanggung jawab para ahli maupun profesional,” ungkapnya.

Harapannya, semoga dengan semakin banyak dan berkembangnya teknologi di sektor kesehatan, dapat menjadi akselerator implementasi industri 4.0. Apalagi dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, diharapkan dapat membantu mempercepat penanganannya.

Baca juga:




Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini