Sejarah Hari Ini (8 Oktober 1929) - Peresmian Stasiun Jakarta Kota

Sejarah Hari Ini (8 Oktober 1929) - Peresmian Stasiun Jakarta Kota
info gambar utama

Setelah selesai dibangun pada 19 Agustus 1929, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Andries Cornelies Dirk de Graeff meresmikan sebuah stasiun yang terletak di wilayah Batavia Lama (Benedenstad) pada Senin, 8 Oktober 1929.

Stasiun itu adalah Stasiun Batavia yang kini dikenal dengan nama Stasiun Jakarta Kota.

Pada pagi tanggal tersebut, para pegawai mengadakan upacara selamatan di stasiun lama dekat Pasar Ikan.

Peresmian juga dilanjutkan pada siang harinya dengan menguburkan dua kepala kerbau di antara tugu jam dan pintu masuk stasiun, dan lainnya di sisi belakang bangunan baru itu.

Tradisi masyarakat pribumi ini bertujuan melindungi bangunan Stasiun Kota yang baru dari bencana

 Interior Stasiun Jakarta Kota atau BEOS pada awal abad 20.
info gambar

Selain bernama Stasiun Batavia, stasiun ini dikenal sebagai Stasiun BEOS yang namanya merupakan kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur).

Adapula nama uraian lainnya ialah Batavia en Omstreken (Batavia dan sekitarnya) karena kereta api itu beroperasi menghubungkan Batavia dengan daerah sekitarnya, seperti; Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.

Nama lain untuk Stasiun Jakarta Kota ini yakni Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan.

Nama ini muncul pada akhir abad ke 19, karena Batavia memiliki stasiun kereta api Batavia Noord (Batavia Utara yang yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang).

Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Netherland Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dan merupakan tempat pemberhentian kereta untuk jalur Batavia - Buitenzorg (Jakarta – Bogor), yang pada tahun 1913 jalur Batavia – Buitenzorg ini dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen (SS).

Frans Johan Lowrens Ghijsels, arsitek pembangunan Stasiun BEOS. Sumber: Ir. FJL Ghijsels, Architect in Indonesia (1910-1929)
info gambar

Stasiun BEOS merupakan karya besar arsitek Belanda kelahiran Tulungagung, Jawa Timur, 8 September 1882, yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels.

Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana yang mengedepankan filosofi Yunani Kuno berlandaskan kesederhanaan jalan terpendek menuju kecantikan.

Siluet stasiun Jakarta Kota dapat dirasakan melalui komposisi unit-unit massa dengan ketinggian dan bentuk atap berbeda.

Stasiun Jakarta Kota pada awal abad ke-21.
info gambar

Stasiun Kereta Api Jakarta Kota telah masuk kategori cagar budaya yang wajib dilindungi (Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993).

Stasiun Jakarta Kota sampai saat ini menjadi tempat pemberhentian penting bagi banyak orang, baik yang bertujuan untuk berwisata maupun bekerja.

Selain kereta api jarak jauh kelas ekonomi, stasiun ini juga melayani kereta listrik Commuter Line dengan tujuan Tanjung Priok, Depok, Bogor, Bekasi, sampai Cikarang.

Menjangkau Stasiun Jakarta Kota kian mudah karena terintegrasi jalur/halte bus TransJakarta (busway).

---

Referensi: Heritage.Kai.id | Kebudayaan.Kemdikbud.go.id | Huib Akihary, "Ir. F.J.L. Ghijsels, Architect in Indonesia, 1910-1929" | Edi Dimyati, "Wisata Kota Tua Jakarta" | Alwi Shahab, "Batavia Kota Banjir"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini