Yuk! Manfaatkan Minyak Jelantah sebagai Biodiesel

Yuk! Manfaatkan Minyak Jelantah sebagai Biodiesel
info gambar utama

Kawan GNFI, saat menggoreng sesuatu, tentunya kita tidak pernah lepas dari bahan yang satu ini, yakni minyak goreng. Batasan penggunaan minyak goreng yang digunakan untuk keperluan memasak yakni, sebanyak 2 kali.

Selain kadar minyak jenuhnya meningkat, minyak goreng juga menghasilkan radikal bebas, maka minyak tersebut dikatakan sebagai minyak jelantah atau minyak goreng bekas. Hal inilah yang menjadi bahan baku biodiesel.

Dikutip dari website resmi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), biodiesel adalah bahan bakar nabati untuk aplikasi mesin/motor diesel berupa ester metil asam lemak (fatty acid methyl ester/FAME) yang terbuat dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses esterifikasi/transesterifikasi.

Salah satu manfaat utama biodiesel adalah berperan sebagai pengganti berbahan bakar, khususnya pengganti bahan bakar fosil. Bahan bakar biodiesel ini juga disebut-sebut sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan.

Jumlah Pengumpulan Minyak Jelantah di Indonesia

Minyak jelantah yang dimanfaatkan sebagai biodiesel © shutterstock
info gambar

Mengutip dari Katadata.co.id, penggunaan used cooking oil (UCO) atau minyak jelantah sebagai alternatif bahan baku dapat mendukung program biodiesel di Indonesia. Studi dari lembaga International Council on Clean Transportation (ICCT) berjudul Potential Economic, Health, and Greenhouse Gas Benefits of Incorporating Used Cooking Oil Into Indonesia’s Biodiesel menyebutkan, Indonesia memiliki potensi penggunaan minyak jelantah sebesar 1,64 miliar liter per tahunnya.

Jumlah itu didapatkan dari pengumpulan intensif di restoran, hotel, sekolah, rumah sakit, maupun rumah tangga di perkotaan. Potensi terbesar pengumpulan minyak jelantah berasal dari daerah perkotaan. Jumlahnya bisa mencapai 157 juta liter minyak jelantah atau setara 121 juta liter biodiesel.

Apabila pengumpulan diperluas ke sektor rumah tangga maka total pengumpulan mencapai 1.638 juta liter atau setara dengan 1.261 juta liter biodiesel. Penggunaan minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel memiliki banyak manfaat.

Manfaat Minyak Jelantah sebagai Biodiesel

Biodiesel © Shutterstock
info gambar

Jika dikomparasikan, setiap tahunnya hasil pengumpulan minyak goreng bekas itu dapat mengurangi pelepasan enam juta ton emisi gas rumah kaca. Penggunaan minyak jelantah untuk biodiesel juga dapat menghemat biaya subsidi biodiesel mencapai Rp3,6 triliun.

Berdasarkan kalkulasi ICCT, penghematan subsidi biodiesel didapat dari selisih antara biaya produksi biodiesel menggunakan minyak sawit biasa dengan biaya produksi biodiesel menggunakan minyak jelantah. Perhitungan tersebut menggunakan asumsi rata-rata harga indeks pasar (HIP) minyak jelantah dan bahan bakar nabati (BBN) per Januari hingga Juli 2020.

Selain menghemat subsidi, penggunaan minyak jelantah juga dapat mengurangi penggunaan minyak sawit sebesar 1,16 juta ton per tahun. Hal itu kemudian berkontribusi pada penyelamatan 321 ribu hektare hutan dari ekspansi perkebunan sawit.

Keunggulan Menggunakan Minyak Jelantah untuk Biodiesel

Tempat penyimpanan biodiesel © Shutterstock
info gambar

Riset dari Royal Academy of Engineering Sustainability of Liquid Biofuels, memaparkan ada beberapa keunggulan jika menggunakan minyak jelantah.

  1. HIP (Harga Indeks Pasar) lebih rendah
  2. Harga bisa dikontrol. Sehingga akan memudahkan prediksi serta perencanaan
  3. Sebagian besar studi biodiesel dari minyak jelantah (UCO) melaporkan jejak 60% hingga 90% lebih rendah daripada solar konvensional
  4. Penggunaan minyak jelantah bisa sejalan dengan kampanye kesehatan yang sedang berlangsung

Pemanfaatan minyak jelantah untuk biodiesel telah banyak diimplementasikan di berbagai tempat. Seperti kesadaran komunitas yang aktif di bidang lingkungan, masyarakat desa, dan badan usaha. Daur ulang minyak jelantah menjadi bahan baku biodiesel ini juga terbukti memberi manfaat ekonomi.

Studi International Council on Clean Transportation (ICCT) pada 2018 menunjukkan, minyak jelantah di berbagai kota dijual dengan harga beragam. Mulai dari harga Rp2.500 hingga Rp4.700 per liternya.


Referensi: katadata.co.id | Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) ebtke.esdm.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini