Tradisi Lawang Sakepeng Bermakna Pemutus Rintangan dan Malapetaka dalam Pernikahan Adat Dayak Ngaju

Tradisi Lawang Sakepeng Bermakna Pemutus Rintangan dan Malapetaka dalam Pernikahan Adat Dayak Ngaju
info gambar utama

Dua orang pria yang saling berhadapan bergerak lincah di bawah lantunan gong dan gendang yang bertalu-talu. Tangan dan kaki mereka membentuk gerakan-gerakan silat yang indah. Di depan mereka, sebuah gapura kayu berhiaskan daun kelapa muda dan untaian bunga. menjadi satu-satunya rintangan untuk mereka lewati.

Seiring bunyi gong dan gendang yang semakin keras, kedua pria itu lalu maju dan saling bertukar pukulan juga tendangan. Tujuan mereka hanya satu, memutus benang yang merintangi jalan sehingga mereka dapat masuk ke tempat yang mereka tuju.

Itu adalah gambaran dari prosesi Lawang Sakepeng, salah satu tradisi di dalam pernikahan adat suku Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah. Lawang Sakepeng bukan hanya sekadar pertunjukan belaka, tetapi lebih dari itu. Ada sebuah makna yang begitu dalam bagi kedua mempelai yang akan membina kehidupan baru.

Akulturasi Budaya dalam Tarian Campak Bangka Belitung

Ritual penyambutan mempelai pria

Lawang Sakepeng di prosesi pernikahan adat Dayak Ngaju | Foto: Mediacenter.Palangkaraya.go.id
info gambar

Tradisi Lawang Sakepeng telah ditampilkan sejak zaman dahulu, dan menjadi salah satu tahapan di dalam rangkaian acara pernikahan adat suku Dayak Ngaju yang lebih dikenal dengan sebutan Panganten Mandai. Lawang Sakepeng memiliki arti sebagai "Pintu Sekeping" atau "Pintu Satu Keping". Tradisi ini selalu ditampilkan di rumah mempelai perempuan, untuk menyambut rombongan mempelai pria beserta keluarganya.

Gapura kokoh yang menjadi simbol lawang atau pintu, terbuat dari kayu biasa dan memiliki lebar kurang lebih 1,5 meter dengan tinggi sekitar 2,3 meter. Selain itu, di atas gapura ini biasanya diletakkan ukiran tanaman rambat dan hiasan dari burung enggang. Lalu, di sampingnya dihiasi dengan janur atau daun kelapa muda.

Beberapa Talawang (tameng khas Dayak) juga sering menjadi hiasan pada Lawang Sakepeng, dan biasanya diletakkan di sisi kiri dan kanan. Di tengah-tengah gapura ini dibentangkan tiga buah benang yang telah dihiasi bunga berwarna-warni, dan menjadi simbol rintangan bagi mempelai pria untuk memasuki rumah mempelai perempuan.

Tiga Kawasan Perbukitan Sumba Timur yang Punya Pemandangan Eksotis

Nah, bagian yang menarik dari Lawang Sakepeng terdapat pada atraksi pencak silat. Kedua pihak, baik mempelai pria dan mempelai perempuan, akan mengutus jagoan silat mereka untuk saling berhadapan di antara Lawang Sakepeng.

Ketika Garantung (gong khas Dayak Ngaju) dan Katambung (gendang khas Dayak Ngaju) ditabuh hingga mengeluarkan bunyi bertalu-talu, para jagoan silat ini akan saling bertarung hingga ketiga benang yang merintangi jalan masuk mempelai pria terputus. Dengan putusnya ketiga benang tersebut, berakhir pula ritual Lawang Sakepeng.

Putusnya rintangan, halangan, dan malapetaka

Pertunjukan Lawang Sakepeng | Foto:InfoPublik.id
info gambar

Tradisi Lawang Sakepeng bukan hanya ditampilkan untuk memukau penonton, memeriahkan suatu acara pernikahan adat belaka, atau sekadar menjadi salah satu tahapan di dalam rangkaian acara. Ada makna yang begitu dalam dari ritual ini. Makna tersebut berkaitan dengan kehidupan baru yang akan dijalani oleh kedua mempelai.

Ketiga benang yang merintangi atau menjadi batas antara mempelai pria dan perempuan memiliki makna tersendiri. Benang pertama menjadi simbol dari marabahaya yang seringkali berada di dalam kehidupan pribadi maupun keluarga. Benang kedua mewakili simbol hubungan yang tidak baik ketika kedua mempelai memulai kehidupan berkeluarga. Terakhir, simbol sesuatu yang berhubungan dengan maut.

Kesenian Reog Kendang Ceritakan Prajurit Kedirilaya ke Gunung Kelud

Saat para pesilat berhasil memutuskan ketiga benang tersebut, lenyaplah segala marabahaya, petaka, dan hubungan tidak baik yang menghalangi para mempelai untuk memulai kehidupan baru sebagai satu keluarga.

Sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia, Lawang Sakepeng menjadi salah satu tradisi unik yang harus terus dilestarikan. Tradisi ini tidak hanya menjadi sebuah pertunjukan belaka.

Lawang Sakepeng merupakan sebuah simbol perjuangan bagi kedua mempelai untuk membangun kehidupan berkeluarga yang dekat, akrab, dan saling mengasihi di dalam rumah tangga.*

Referensi: mediacenter.palangkaraya.go.id | kompas.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

CS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini