Peneliti Fakultas Kedokteran UI Ciptakan Aplikasi Kesehatan untuk Penderita PCOS

Peneliti Fakultas Kedokteran UI Ciptakan Aplikasi Kesehatan untuk Penderita PCOS
info gambar utama
Gabung ke Telegram Kawan GNFI, follow Instagram @kawangnfi dan Twitter @kawangnfi untuk dapat update terbaru seputar Kawan GNFI.

Pandemi COVID-19 menuntut transformasi di berbagai industri. Tak hanya itu, kehidupan masyarakat secara keseluruhan juga dituntut menjadi digital. Pelayanan kesehatan di Indonesia pun menanggapinya dengan berbagai inovasi solusi digital dan teknologi canggih.

Kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berkepanjangan menyebabkan perubahan pola hidup dan cara aktivitas yang signifikan, jika dibandingkan pada masa sebelum pandemi. Beberapa penelitian di berbagai negara telah melaporkan peningkatan berat badan, peningkatan gaya hidup sedentari (minim aktivitas fisik), dan perubahan pola makan. Hal tersebut juga ditemui di Indonesia.

Bagi orang dengan penyakit metabolik kronis, seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol keadaan ini tidak bisa dianggap remeh. Begitu juga dengan perempuan yang menderita PCOS.

PCOS atau Polycystic Ovary Syndrome dikenal dengan Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK), yang merupakan gangguan hormonal paling banyak diderita oleh perempuan. Perempuan yang menderita PCOS mengalami kelainan pada produksi dan metabolisme hormon androgen dan estrogen.

Sehingga, menyebabkan terganggunya proses ovulasi, yaitu dilepaskannya sel telur dari indung telur. Akibatnya, fertilitas atau kesuburan pun terganggu.

Mengulik Ragam Fitur yang Dibawa Android 12, Seberapa Canggih untuk Pengguna Hp di Indonesia?

"Kunci untuk mengatasi PCOS adalah pola makan yang sehat, olahraga teratur, dan menjalani pola hidup sehat. Perjuangan melawan PCOS adalah perjuangan yang panjang dan membutuhkan konsistensi yang kuat. Tetapi karena lockdown dan sulit untuk kontrol, banyak pasien kami yang kembali naik berat badannya," ujar Dr. dr. R. Muharam, SpOG(K)-FER, MPH, salah satu ahli fertilitas dan endokrinologi reproduksi di Klinik Yasmin Kencana RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan staf pengajar di FK UI.

Dengan adanya masalah ini dan semakin berkembangnya digital saat ini, membuat setiap hal dapat dilihat dan dicek hanya dalam satu genggaman. Banyak aplikasi yang dibuat untuk memudahkan pemakai smartphone. Salah satunya aplikasi digital PCOS Tracker Indonesia yang diciptakan oleh peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI).

dr. Muharam melihat bahwa digitalisasi pelayanan kesehatan bisa menjadi solusi untuk melayani kelompok pasien dengan masalah kesehatan reproduksi. Adapun bantuan pendanaan penelitian dari FK UI melalui program Hibah Pengabdian Masyarakat UI Tahun 2020, dr. Muharam bersama dengan Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MSc, MS, SpGK dari Departemen Ilmu Gizi dan dr. Nora Sutarina, SpKO dari Departemen Kedokteran Olahraga, merancang dan menciptakan aplikasi digital PCOS Tracker Indonesia.

Tujuan aplikasi PCOS dibuat

Tampilan PCOS Tracker Indonesia. Sumber gambar: Dokumen Dr. dr. R Muharam, SpOG(K)-FER, MPH
info gambar

Diharapkan dengan adanya aplikasi ini, perempuan dengan PCOS dapat tetap menjalani dan menjaga pola hidup sehat di tengah terbatasnya akses ke fasilitas kesehatan dan aktivitas olahraga. Pengguna dapat mencatat dan mengukur kalori yang dikonsumsi dan dikeluarkan setiap harinya, dan mengetahui pola haidnya. Kedua hal ini sangat penting untuk mengetahui progres dari proses terapi mereka.

PCOS Tracker Indonesia menggunakan metode food diary untuk mencatat kalori yang dikonsumsi oleh pengguna. Pengguna dapat mencatat makanan yang dikonsumsi secara real-time atau membuat rekapitulasi dalam periode 24 jam terakhir.

Tokopedia jadi eCommerce dengan Kunjungan Tertinggi Pada Q2 2021

Kemudian, pengguna dapat mencatat dalam ukuran rumah tangga yang familiar dan mudah diukur. Kebutuhan kalori pengguna akan dihitung dari data fisik yang dimasukkan di awal. Apabila kalori harian yang dikonsumsi melebihi batasan tersebut, aplikasi ini akan memberikan notifikasi.

Metode activity tracker digunakan untuk mencatat kalori yang dikelurkan pengguna. Pengguna dapat mencatat aktivitas fisik yang dilakukannya beserta durasinya, yang kemudian akan secara otomatis dikonversikan oleh aplikasi menjadi jumlah kalori yang dikeluarkan.

Data ini kemudian dikalkulasi dengan kebutuhan kalori spesifik masing-masing pengguna. Nantinya, akan menghasilkan laporan neraca kalori yang dapat digunakan pengguna untuk mengetahui kelebihan atau defisit kalorinya.

Fitur kalender haid yang ada juga disesuaikan dengan penderita PCOS, yang umumnya memiliki siklus haid lebih panjang. Dari data yang dimasukkan, aplikasi PCOS Tracker Indonesia memperkirakan kapan siklus haid berikutnya.

Xiaomi Hadirkan Jajaran Perangkat untuk Dukung Produktivitas Masyarakat Indonesia

Ada pula periode jendela kesuburan bagi pengguna yang sedang program hamil. Pengguna juga akan tahu apabila siklus haidnya sudah mulai normal, yang berarti pengguna tersebut mulai kembali subur.

dr. Muharam mengatakan aplikasi yang ada masih merupakan prototipe dan berharap ke depannya dapat dikembangkan lebih jauh.

"Harapannya, penderita PCOS di Indonesia bisa terbantu dengan kehadiran aplikasi ini. Masih banyak yang bisa dikembangkan ke depannya. Activity tracker yang tersinkronisasi dengan gadget pengguna dan menggunakan konsep gamifikasi, rekomendasi resep makanan sehat untuk pengguna PCOS, dan banyak lagi,” tutur dr. Muharam.

Referensi: Pubmed | ResearchGate

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini