Letak geografis Indonesia berada di antara dua samudra dan dua benua, yakni Samudra Hinda dan Samudra Pasifik serta Benua Australia dan Benua Asia. Memiliki luas wilayah perairan yang besar, membuat Indonesia menjadi rumah berbagai satwa air dengan jumlah dan jenis yang beragam, salah satunya adalah penyu.
Satwa yang memiliki peran penting bagi kesehatan ekosistem laut ini, turut mendiami perairan Indonesia. Penyu berperan sebagai penjaga fungsi terumbu karang supaya produktif hingga memindahkan nutrisi penting dari perairan ke daratan atau ke pantai.
Penyu tersebar hampir di seluruh wilayah perairan Indonesia baik pesisir barat hingga timur. Artinya, Indonesia menjadi wilayah hidup serta tempat mencari makan bagi penyu seperti di Pulau Sumatera dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, pesisir selatan Pulau Jawa dan pulau-pulau kecil di bagian utara Pulau Jawa, Pesisir Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku dan pulau-pulau kecil berpasir lainnya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat ada 6 jenis penyu yang dapat ditemukan di wilayah perairan Indonesia, yakni:
Berdasarkan data dari KKP dan WWF (World Wildlife Fund) Indonesia, terdapat 7 jenis penyu di dunia dan 6 jenis di antaranya dapat ditemukan di perairan Indonesia sebagai habitat dan tempat mencari makan. Meski demikian, peluang tingginya keberadaan penyu di perairan Indonesia sejalan dengan tingginya angka perburuan penyu dan telur penyu.
Setiap jenis penyu memiliki karakteristik fisik yang berbeda. Misalnya, Penyu Hijau memiliki ukuran panjang antara 80 hingga 150 centi meter (cm) dan beratnya dapat mencapai 132 kilo gram (kg). Sementara Penyu Lekang menjadi salah satu jenis penyu yang memiliki ukuran kecil dengan berat antara 31 hingga 43 kg. Penyu Belimbing jadi jenis penyu yang memiliki karakter fisik besar, yang mana memiliki berat hingga 700 kg per ekornya dan panjang yang mencapai 305 cm.
Menurut penuturan Sutari, salah satu anggota Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC) Malang, penyebab menurunnya jumlah penyu yang cukup sering ditemui adalah perburuan telur penyu untuk bahan konsumsi dan objek jual beli. Hal tersebut mengakibatkan telur penyu gagal menetas dan jumlah penyu tidak bertambah.
Serunya Pelesir Sambil Melihat Penyu Langka di Pulau Kosong
Penyu Sisik adalah jenis penyu yang keberadaannya paling terancam perburuan liar
Yayasan Penyu Indonesia memaparkan bahwa penyebab penurunan populasi Penyu Sisik dikarenakan dorongan dari banyaknya permintaan produk-produk berbahan dari karapas Penyu Sisik, namun sejumlah bahaya lain juga menempatkan mereka pada risiko serius seperti ancaman pencurian telur dan juga pengkonsumsian daging penyu.
Selain perdagangan produk dari karapas Penyu Sisik, ancaman lain yang menghantui keberadaan penyu di lautan yakni penangkapan tidak sengaja dalam alat tangkap, degradasi habitat bersarang dan rusaknya feeding ground sebagai tempat mencari makan. Rusaknya habitat dan tempat mencari makan disebabkan oleh polusi air laut dan puing-puing laut, dan pengembangan pantai.
Populasi penyu sisik secara global telah menurun dengan mengejutkan, mencapai hingga 85 persen di periode awal 2000-an. Perkiraan saat ini, jumlah Penyu Sisik di dunia berada di kisaran angka 15.000–20.000 ekor.
WWF Indonesia pun menjelaskan hal yang serupa bahwa ancaman utama yang dihadapi oleh penyu laut secara umum adalah perdagangan telur serta bagian-bagian tubuhnya, kerusakan habitat peneluran akibat pembangunan di kawasan pesisir, dan ancaman di laut dari aktivitas perikanan.
Salah satu tempat atau pantai yang sering digunakan oleh penyu-penyu untuk bertelur adalah Pantai Bajulmati yang berada di pesisir selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penyu Lekang menjadi penyu yang selalu bertelur di hamparan pasir Pantai Bajulmati.
Pantai Bajulmati menjadi tempat Penyu Lekang bertelur setiap tahunnya. Menurut Sutari, terdapat lebih dari 50 indukan penyu yang bertelur di Pantai Bajulmati. Angka tersebut jauh lebih banyak ketimbang pantai-pantai lain di pesisir selatan Kabupaten Malang, di mana hanya ada 1 sampai 2 indukan yang bertelur.
Berenang Bersama Pari Manta dan Melepas Penyu di Pulau Sangalaki
Aksi menyelamatkan penyu
Sebagai salah satu wilayah yang banyak dipilih penyu, Indonesia sudah selayaknya membuat regulasi terkait keberadaan penyu. Dikutip dari halaman resmi KKP, saat ini semua jenis penyu laut di Indonesia telah dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Hal ini berarti segala bentuk perdagangan penyu baik dalam keadaan hidup, mati, maupun bagian tubuhnya itu dilarang.
Sementara itu, dalam dunia internasional, semua jenis penyu laut telah dimasukan dalam Appendix I yang artinya perdagangan internasional penyu untuk tujuan komersil juga dilarang (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna).
Badan Konservasi dunia IUCN juga memasukan penyu sisik ke dalam daftar spesies yang sangat terancam punah, sedangkan untuk jenis Penyu Hijau, Penyu Lekang, dan Penyu Tempayan digolongkan sebagai terancam punah.
Aksi yang dilakukan oleh pemegang kebijakan dalam dan luar negeri terkait penyelamatan penyu dihasilkan melalui regulasi dan praktiknya. Di sisi lain, berbagai komunitas, kelompok, hingga aksi pribadi pun turut mengiringi aksi penyelamatan penyu di Indonesia.
Sebagai contoh, tempat konservasi penyu yang senantiasa mengawasi penyu dan proses penetasan telurnya untuk memastikan bahwa penyu dan telur penyu tersebut berada dalam keadaan aman seperti yang dilakukan oleh Bajulmati Sea Turtle Conservation, Bali Sea Turtle Society, dan Turtle Foundation.
Sutari dan BSTC Malang Patroli Tiap Malam Demi Menyelamatkan Penyu di Pantai Bajulmati
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
