Wujudkan Misi Zero Waste melalui Komunitas Bimasena

Wujudkan Misi Zero Waste melalui Komunitas Bimasena
info gambar utama

Berapa kira-kira sampah yang kita hasilkan dalam satu hari? Mungkin jumlahnya tidak begitu banyak. Namun, tidak hanya kita saja yang menghasilkan sampah tiap harinya, seluruh manusia di muka bumi juga menghasilkan sampah tiap harinya. 

Coba bayangkan, kira-kira berapa sampah yang dihasilkan dari satu wilayah pemukiman yang terdiri dari ratusan atau bahkan ribuan orang. Pasti sangat banyak sekali, bukan?

Lewat isu tersebut, ada sebuah komunitas yang peduli terhadap lingkungan. Komunitas ini adalah Bimasena. Bergerak di bidang lingkungan, Bimasena hadir untuk mengedukasi dan mewadahi masyarakat untuk bersama belajar tentang lingkungan.

Bimasena, komunitas masyarakat peduli lingkungan

Ilustrasi│Nick Fewings/Unsplash
info gambar

Berawal dari isu penumpukan sampah, masyarakat Perumahan Angkasa Pura 2 Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, membentuk sebuah komunitas yang memiliki visi untuk mengurangi penumpukan sampah.

Nama Bimasena ini adalah sebuah singkatan dari Bersih Indah Makmur Sejuk Nan Asri. Dilansir dari Satelit News, Bimasena terbentuk pada Agustus 2021 atas keresahan masyarakat atas pengolahan sampah di lingkungan mereka.

Warga berharap, jumlah sampah domestik yang cukup banyak, diharapkan tidak hanya menumpuk dan menjadi beban di TPA. Daripada hanya ditumpuk saja, sampah-sampah domestik ini lebih baik jika didaur ulang menjadi barang yang lebih bermanfaat.

Dilansir dari KataKota, setiap minggunya Bimasena mengumpulkan sampah domestik yang didapat dari warga-warga. Semua sampah ini kemudian akan dipisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik.

Setelah sampah organik dan anorganik dipisahkan, sampah organik akan dicacah dan diolah oleh maggot, sedangkan sampah anorganik akan diolah menjadi bio solar dengan menggunakan alat pyrolysis.

Sampah yang mampu dikumpulkan oleh Bimasena setiap minggunya dapat mencapai 30 hingga 50 kilogram dari 4 RT. Jumlah yang cukup banyak dan dapat mengurangi penumpukan sampah di lingkungan.

Didukung oleh Mahasiswa Unpad

Alat yang digunakan Bimasena untuk mengelola sampah adalah alat hasil ciptaan mahasiswa Unpad. Alat yang diberikan kepada Bimasena merupakan hasil kerja sama dengan mahasiswa Unpad, karya mahasiswa dalam lomba teknologi tingkat Jawa Barat.

Dilansir dari Satelit News, sembari alat ini disempurnakan lagi oleh mahasiswa Unpad, alat ini bisa digunakan Bimasena untuk mengelola sampah mereka. Dua alat ini adalah insinerator dan pyrolysis. 

Membangun tempat pengolahan sampah terpadu dan lahan ketahanan pangan

Ilustrasi│Markus Spiske/Unsplash
info gambar

Lahan tidur yang ada di komplek perumahan, dimanfaatkan oleh Bimasena sebagai Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), dan lahan ketahanan pangan bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) tingkat RW yang dinamakan KWT Bambu.

Pembangunan KWT Bambu ini tidak lepas dari gotong royong warga. Bimasena dibantu oleh warga menyulap lahan tidur yang ada di komplek tersebut menjadi sebuah KWT Bambu. 

Di dalam KWT Bambu, terdapat tanaman sayur mayur dan budidaya ikan, yang juga bisa dipanen dan dimanfaatkan oleh warga sekitar. Selain itu, wilayah ini bahkan juga menjadi tempat rekreasi dan edukasi bagi warga sekitar.

Referensi: Satelit NewsKataKotaKompas

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini