Mengintip Spesifikasi Jet Tempur Rafale dan Kapal Selam Scorpene yang Diborong Indonesia

Mengintip Spesifikasi Jet Tempur Rafale dan Kapal Selam Scorpene yang Diborong Indonesia
info gambar utama

Kabar besar kembali datang dari bidang pertahanan tanah air. Kepastian penambahan alutsista dengan jenis yang telah lama dinanti akhirnya membawa kepastian, apalagi jika bukan mengenai pesawat jet tempur Dassault Rafale garapan Prancis.

Kamis (10/1/2022), Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dilaporkan menandatangani kontrak kesepakatan akuisisi sebanyak 6 unit pesawat jet generasi 4,5 tersebut, bersama Menteri Pertahan Prancis, Florence Parly di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta.

Adapun kontrak untuk enam unit Rafale tersebut merupakan kontrak awal dari keseluruhan 42 unit. Meski tidak mengungkap tanggal pasti, namun Prabowo memastikan jika penandatanganan kontrak unit sisanya akan dilakukan dalam waktu dekat, bersamaan dengan dukungan latihan persenjataan dan simulator-simulator yang dibutuhkan untuk pengoperasian oleh TNI AU di Indonesia.

"Kita rencananya akan mengakuisisi 42 pesawat Rafale. Kita mulai hari ini dengan tanda tangan kontrak pertama untuk 6 pesawat,” ujar Prabowo, mengutip Antara.

Pengembangan Jet Tempur KF-21 Boramae Memasuki Babak Baru

Kecanggihan Dassault Rafale

Rafale
info gambar

Kabar besar ini sejatinya merupakan perkembangan dari konfirmasi yang telah disampaikan Prabowo, pada hari Kamis (20/1) saat selesai memimpin rapat pimpinan Kementerian Pertahanan.

"Rafale sudah agak maju, saya kira tinggal mengaktifkan kontrak saja," ujarnya kala itu.

Menjadi jet tempur yang lebih dulu terealisasi dibanding pengadaan alutsista lain yaitu F-15EX, di mana yang saat ini masih dalam tahap negosiasi dengan pihak Amerika Serikat, membuat beberapa kalangan bertanya-tanya seperti apa keunggulan yang sebenarnya dibawa oleh Rafale.

Menilik detail spesifikasi yang dimuat pada laman Dassault Aviation, diketahui bahwa secara keseluruhan body Rafale memiliki rentang sayap selebar 10,90 meter, dengan panjang badan jet 15,30 meter dan tinggi 5,30 meter.

Mengenai kecepatan, pesawat ini diklaim mampu melaju dengan kecepatan maksimal 1,8 march atau 750 knot di ketinggian maksimal 15,24 kilometer, dan kemampuan jarak radius tempur mencapai 1.850 kilometer dengab daya jelajah hingga 3.700 kilometer.

Memiliki bobot lepas landas mencapai 24,5 ton, jet tempur satu ini tertulis mampu memuat bahan bakar sebanyak 4,7 ton internal dan 6,7 ton eksternal.

Tapi bukan hanya bobot atau detail bodi, spesifikasi utama yang paling penting dari pesawat ini sudah pasti mengenai sistem persenjataannya. Masih bersumber pada laman resminya, diketahui bahwa Rafale dilengkapi persenjataan mumpuni seperti MICA, Sidewinder, rudal udara ASRAAM and AMRAAM, rudal darat Apache, AS30L, ALARM, HARM, Maverick, serta rudal anti kapal Exocet/AM39, Penguin 3 dan Harpoon.

Tidak berhenti sampai di situ, jet tempur ini juga dilengkapi dengan rudal jelajah udara-ke-darat dengan jangkauan lebih dari 300 kilometer atau sering disebut dengan istilah SCALP.

Lebih jauh, untuk misi strategis Rafale mampu mengirim rudal nuklir berjenis MBDA dan memiliki pod meriam kembar serta meriam Nexter 30mm DEFA 791B, yang dapat menembakkan hingga sebanyak 2.500 peluru per menit.

Nyatanya, hingga saat ini tidak ada keterangan resmi mengenai berapa besar anggaran yang digelontorkan oleh Pemerintah, dalam hal ini Kemhan untuk bisa mengakuisisi sebanyak 42 unit Dassault Rafale.

Meski begitu, jika mengutip pemberitaan yang dimuat CNBC Indonesia, Rafale dikenal sebagai pesawat tempur keempat termahal di dunia, dengan harga per unit mencapai 115 juta dolar AS, atau setara Rp1,6 triliun.

Harga tersebut tentu belum termasuk biaya operasional di mana setiap satu jam penerbangan, anggaran yang perlu dikeluarkan mencapai 16.500 dolar AS atau setara Rp236,4 juta.

Jadi, Pilih Boeing F-15EX atau Dassault Rafale, Pak Prabowo?

Kapal selam Scorpene untuk pengembangan oleh PAL

Kapal selam Scorpene
info gambar

Bukan hanya pesawat tempur, kerja sama bilateral terkait penguatan alutsista yang terjadi dengan Prancis juga menyertakan pengadaan dua unit kapal selam di kelas Scorpene garapan Naval Group.

Sebelumnya, kapal selam ini sudah lebih dulu dimiliki oleh beberapa negara di antaranya Chili, Spanyol, Malaysia, India, dan Brazil.

Berdasarkan penjelasan Naval Technology, kapal selam ini memiliki empat subtipe versi yang terdiri dari CM-2000 (61,7 meter), AM-2000 (70 meter), CA-2000, dan S-BR (75 meter). CM-2000 sendiri merupakan kapal selam diesel listrik konvensional.

Sedikit membahas mengenai kecanggihan, kapal ini diklaim mampu membawa sekitar 30 ranjau laut, serta memiliki kecepatan laju hingga 20 knots atau setara 37 kilometer per jam (kpm) ketika berada di dalam air, dan 12 knots atau 22 kpm saat berada di permukaan.

Sementara itu jika menilik keunggulan lainnya, Scorpene disebut telah menggunakan sistem tempur Submarine Tactical Integrated Combat System (SUBTICS), yang telah diterapkan pada kapal selam nuklir untuk angkatan AL Prancis. Sebagai tambahan, ada pula penyertaan teknologi senyap yang tinggi dan diklaim mampu membuat kapal ini sulit untuk terpantau oleh lawan.

Terlepas dari keunggulan dan ragam jenisnya, belum ada informasi lebih lanjut mengenai subtipe versi mana yang akan dibeli oleh pihak Indonesia. Adapun tujuan dari pembelian yang meliputi sistem persenjataan, suku cadang, hingga pelatihan kru ini, nantinya akan dimanfaatkan untuk penelitian dan pengembangan yang terjalin antara PT PAL dengan Naval Group.

Selain kontrak pengadaan alutsista berupa jet tempur dan kapal selam, kerja sama antara RI dan Prancis juga terjalin untuk beberapa bidang pendukung antar perusahaan dari dua negara, yaitu di bidang telekomunikasi militer antara PT LEN dengan Thales Group, dan penguatan amunisi kaliber besar antara PT Pindad dan Nexter Munition.

Daftar Belanja Alutsista Indonesia: Jet, Kapal Selam, dan Kapal Perang

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

SA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini