Sistem Irigasi Sawah Tradisional Bali jadi Warisan Budaya UNESCO

Sistem Irigasi Sawah Tradisional Bali jadi Warisan Budaya UNESCO
info gambar utama

Tahukah Goodmates, ada sistem irigasi sawah tradisional di Bali yang menjadi warisan budaya UNESCO? Ya, di Bali terdapat sistem irigasi sawah tradisional bernama Subak. Meskipun tradisional, Subak masih eksis hingga saat ini.

Jika kamu pergi berwisata ke Bali, mungkin pantai adalah menjadi tempat favorit untuk kamu kunjungi. Namun, selama perjalanan pasti kamu pernah melihat hamparan sawah yang tidak kalah mengagumkan dengan struktur berundak dan air sungai yang mengalir jernih.

Pernahkah kamu mendengar berita mengenai kekeringan sawah? Jika iya, Subak bertugas untuk mengantisipasi hal tersebut. Tak ayal bahwa sawah menjadi salah satu denyut nadi kehidupan masyarakat Bali.

Oleh karena itu, kelestarian sawah termasuk sistem irigasi sudah mereka jaga selama bertahun-tahun dan dari generasi ke generasi. Adanya upaya pelestarian ini membuat petani dapat memperoleh hasil panen yang optimal.

Mengenal Subak

Illustrasi sistem irigasi sawah tradisional Bali, Subak | Foto: Unsplash
info gambar

Secara umum, Subak merupakan organisasi yang bertujuan mengontrol pembagian air dari satu petak sawah ke petak sawah lainnya dengan adil dan merata. Subak juga bertanggung jawab pada kelestarian lingkungan aliran air sungai.

Baca juga: Trans Siberia, Jalur Kereta Api Lintas Benua Terpanjang di Dunia

Selain itu, ada pula beberapa tugas lainnya seperti memelihara infrastruktur irigasi, penentuan pola tanam, persiapan lahan, penjadwalan tanaman, hingga jalan pertanian.

Subak berasal dari kosa kata Bali yang memiliki arti sealiran. Dari sumbernya, air akan mengarah dan mengalir ke sistem irigasi menuju sawah-sawah petani. Dengan begitu, sawah akan mendapatkan air secara merata dan optimal.

Sumber lain menyebutkan bahwa Subak berasal dari kata “suwak”, sedangkan daerah subak bernama “kasuwakan”. Kata “kasuwakan” tertulis pada prasasti Pandak Bandung, prasasti Banjar Celepik Tojan Klungkung, prasasti Pengotan Bangli, dan prasasti Bwahan Kintamani Bangli.

Itu artinya, sistem Subak ini sudah eksis sejak lama dan terus ajeg lestari hingga saat ini. Hal ini tidak terlepas dari upaya masyarakat setempat untuk menjaga nilai budaya tradisional yang luhur.

Pengakuan UNESCO Subak Sebagai Warisan Budaya

Illustrasi sistem irigasi sawah tradisional Bali, Subak | Foto: Unsplash
info gambar

Pada 29 Juni 2012 menjadi hari yang bersejarah bagi badaya asli Bali ini. Pasalnya, di hari tersebut, Subak resmi menjadi warisan budaya tak benda UNESCO. Penetapan Subak terjadi pada sidang UNESCO ke-36 di St. Petersburg.

Baca juga:Cara Ampuh Atasi Kulit Belang dengan Bahan Alami

UNESCO mengetuk palu dan mengesahkan Subak Bali sebagai warisan budaya bidang Cultural Landscape. Penghargaan ini juga menjadi bukti bahwa masyarakat Bali berhasil mempertahankan sebuah sistem untuk menjaga sawah. Tentu saja tujuannya agar tetap subur dalam simbiosis alam yang mencapai ribuan tahun lamanya.

Menjadi Doodle Google

Sistem irigasi sawah tradisional Bali, Subak menjadi doodle Google | Foto: Google
info gambar

Menariknya, Subak sempat menjadi Doodle Google, tepatnya pada 29 Juni 2020 lalu. Saat itu, halaman pertama Google menampilkan “Google” dengan nuansa hamparan sawah Bali yang sangat hijau dan mengagumkan.

Hal ini merupakan kegiatan untuk memperingati penetapan Subak sebagai warisan budaya tak benda UNESCO. Illustrasi Subak pada halaman pertama Google merupakan gambaran Subak Jatiluwih yang berlokasi di Jatiluwih, Tabanan Bali.

Baca juga: Gawat! Salju Abadi Puncak Jaya Wijaya Terancam Punah Akibat Pencemaran Alam

Menurut keterangan di Google, illustrasi tersebut merupakan karya illustrator asal Indonesia, yakni Hana Agustine. Dalam Instagramnya, Hana menyebutkan bahwa karyanya tersebut merupakan dedikasi untuk para petani yang telah bekerja keras.

Terutama dalam menjaga warisan budaya bangsa di tengah arus modernisasi yang begitu masif. Baginya, warisan budaya tersebut tidak akan bisa ajeg lestari tanpa kerja keras para petani untuk terus membertahankan.

Nah, itu dia informasi mengenai Subak dan fakta menarik di baliknya. Dari hal ini kita harus belajar bahwa sebagai anak bangsa harus tetap menjaga dan melestarikan budaya tradisional. Selayaknya Subak yang eksis dan mensejahterakan para petani, khususnya di Bali.

Referensi: Detik | Kompas | Cosmopolitan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini