Setelah Daring Terbitlah Hybrid Learning, Apa Keunggulan dan Manfaatnya?

Setelah Daring Terbitlah Hybrid Learning, Apa Keunggulan dan Manfaatnya?
info gambar utama

Saat ini bisa dibilang sebagai saat di mana masa pulih dari pandemi sudah benar-benar kian nyata. Karena bukan hanya sekadar kebebasan melepas masker di ruang terbuka, berbagai kegiatan yang tadinya dilakukan secara online atau daring mulai kembali dilakukan secara normal, termasuk di antaranya bekerja dan bersekolah.

Bicara tentang sekolah, di bidang pendidikan sendiri sebelumnya kegiatan belajar mengajar selama pandemi lebih dikenal dengan istilah Pelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kemudian setelah berangsur normal kembali umum istilah Pelajaran Tatap Muka (PTM).

Tapi karena dalam beberapa bulan terakhir situasi masih agak belum menentu, beberapa instansi pendidikan masih menerapkan kebijakan berbeda yang mengombinasikan kegiatan belajar mengajar antara PJJ dan PTM. Pada akhirnya muncul-lah kembali istilah lain, yakni hybrid learning.

Apa maksud dari hybrid learning, dan seperti apa pelaksanaannya? Apakah efektif dilaksanakan bagi para pelajar bahkan tenaga pengajar?

Peran Platform Edukasi dalam Mendukung Proses Mengajar Guru di Era Digital

Memahami hybrid learning

Hybrid/blended learning | via LPMPDKI Kemdikbud
info gambar

Terdengar sederhana dan mudah dipahami, sebagian besar kalangan mungkin menyangka jika hybrid learning adalah istilah sederhana yang menggabungkan pembelajaran dengan metode PJJ dan PTM. Padahal, pemahamannya berbeda.

Mengutip penjelasan Kemendikbud-Ristek, kondisi yang disebutkan di atas sebenarnya lebih tepat disebut dengan istilah blender learning. Yakni gabungan pembelajaran secara tatap-muka dan secara virtual, atau kombinasi pengajaran langsung dan pengajaran online.

Selain sebagai penyesuaian akan perkembangan kondisi pandemi yang terjadi, rupanya metode tersebut dipopulerkan menyusul munculnya rasa bosan dan keluhan para siswa yang selama ini merasa bosan karena selalu bersekolah dengan metode PJJ. Sementara itu metode bertatap muka secara penuh masih belum mungkin dilakukan.

Lalu, apa bedanya dengan hybrid learning? Lebih intens, pembelajaran hibrid adalah metode menggabungkan berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Di antaranya pembelajaran tatap muka, pembelajaran berbasis komputer, dan pembelajaran berbasis online (internet dan mobile learning).

Sehingga yang dimaksud dengan hibrid adalah lebih menekankan pada penggunaan lebih dari satu metode pembelajaran, yang membuat siswa dapat mengeksplor lebih banyak kegiatan dan media pendidikan dalam satu waktu. Namun tetap dengan memperhatikan kapasitas dan kualitas pembelajaran harian yang diterima.

Ketika Teknologi Mempermudah Pembelajaran Daring di Berbagai Penjuru Daerah Indonesia

Hybrid learning pendidikan non-formal

Emil Dardak dan Jerome Polin di Hybrid Edunation 2022 Surabaya | Dok. Zenius
info gambar

Bukan hanya diterapkan pada pendidikan formal seperti sekolah, menariknya metode dan konsep hybrid learning juga diterapkan oleh sejumlah lembaga pendidikan non-formal seperti tempat kursus, les, dan sejenisnya.

Salah satu lembaga yang menerapkan dan memiliki nama program hibridnya sendiri adalah Zenius, lewat program Hybrid Edunation. Lebih detail, metode hybrid learning yang diberlakukan diberlakukan melalui pendekatan two-teachers model.

Pada Selasa (26/7/2022), seri dan pengenalan pertama dari program ini berlangsung di SMA 6 Surabaya, Jawa Timur.

Sabda PS selaku Founder dan Chief Education Officer Zenius menjelaskan lebih detail seperti apa maksud dari hybrid learning dan konsep two-teachers model yang mereka hadirkan.

Pendekatan two-teachers model adalah model pembelajaran gabungan di mana tutor Zenius akan mengajar secara online, melalui aplikasi Zenius secara serentak di cabang-cabang New Primagama. Sementara itu, tentor offline di masing-masing cabang New Primagama akan membantu siswa untuk memahami dan memperdalam materi yang diberikan sebelumnya.

Lebih lanjut, siswa juga dipastikan bisa langsung bertanya kepada tentor di lokasi jika mereka masih memiliki pertanyaan tentang materi yang dipelajari.

“Hybrid learning melalui two-teachers model adalah inovasi dan upaya kami dalam membantu pemerintah membangkitkan pendidikan setelah dua tahun terakhir diterpa pandemi.” Jelas Sabda.

Inovasi ini nyatanya juga disambut baik oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, di mana pada kesempatan acara yang sama, rupanya menjajal langsung metode two-teachers model dengan menjadi pengajar, lebih tepatnya Tentor.

“Dengan mulai diberlakukannya PJJ di daerah Jawa Timur, hybrid learning merupakan pendekatan inovatif yang tepat untuk mengejar ketertinggalan siswa selama dua tahun terakhir.” tuturnya.

Tak hanya itu, dengan adaptasi siswa, guru, dan orang tua terhadap teknologi yang sudah terbentuk selama dua tahun terakhir, Emil juga yakin bahwa metode pembelajaran ini akan bisa membangkitkan pendidikan Indonesia pasca pandemi.

“Dua tahun terakhir adalah masa-masa yang sulit bagi pendidikan di Indonesia. Ini merupakan momentum yang tepat untuk bersama membangkitkan pendidikan Indonesia,” tambah Emil lagi.

Selain memperkenalkan metode hybrid learning dan two-teachers model, Zenius melalui New Primagama dalam kesempatan yang sama juga memberikan paket belajar senilai Rp1,6 miliar kepada lembaga pendidikan yang ada di Provinsi Jawa Timur.

Lain itu, pengenalan akan inovasi metode ini tentunya tidak hanya diperkenalkan di Jawa Timur saja, melainkan juga di beberapa kota dan wilayah lain Indonesia seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatra Selatan, Jawa Barat, dan Jakarta.

Infrastruktur Daring Pendukung Pembelajaran di Rumah

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini