Emas Hijau Priangan: Romansa Kebun Teh Rakyat Pewaris Jejak Kejayaan

Emas Hijau Priangan: Romansa Kebun Teh Rakyat Pewaris Jejak Kejayaan
info gambar utama

Iklan minuman sehat De Parakan Salak (Sukabumi) thee onderneming Preanger Regentschappen (Kewedanan Priangan) sudah dijajakan di Amsterdam, Belanda pada tahun 1890.

Inilah salah satu bukti bahwa minuman berbasis teh di Jawa Barat telah melintasi sejarah beradab-abad. Akan tetapi, kini nasib perkebunan teh rakyat yang merupakan hajat hidup jutaan petani dan pemetik tak seharum dari rasa teh itu.

Tanaman teh diketahui berasal dari China. Pada tahun 1648, tanaman ini hanyalah tanaman hias di daerah Tijgersgracht (elite), Batavia. Pada tahun 1728, perusahaan dagang Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) membawa biji teh dan buruh ke Jawa.

Tahun 1824, teh ditanam di Slands Plantentium te Buitenzorg (Kebun Raya Bogor) dan tahun 1826 dikembangkan di sekitar Bogor. Tahun 1827 teh ditanam di Garut-afdeling Limbangan dan tahun 1829 dikembangkan di Garut dan Purwakarta.

Catur Gatra Tunggal: Filosofi Mataram Islam dalam Tata Ruang Alun-Alun Bandung

Seorang praktisi perkebunan yang juga penulis sejarah teh Kuswandi Md menyebut perkembangan teh di Jabar tak lepas dari peran thee jonkers van Preanger atau Preanger Planter sejak 1840.

Para pengusaha teh asal Belanda itu, antara lain Guillaume Louis Jacques (GLJ) van der Hucht di Parakan Salak, Sukabumi (1844); Karel Federik Holle di Perkebunan Waspada, Garut pada 1865.

Pada saat cultuur stelsel (tanam paksa) yang dijalankan pemerintah Hindia Belanda, teh ditanam di tanah yang disewa pemerintah. Sejak 1863, bisnis pemerintah dihapus dan diserahkan kepada swasta.

Karel van der Hucht - generasi kelima GLJ van der Hucht - yang berkunjung ke Indonesia pada akhir 2011 menyebutkan sejak itu perkebunan teh di Jabar berkembang pesat, terlebih lagi sejak teh dari Assam (India) diintroduksi di Bumi Parahyangan.

“Kondisi geografis Parahyangan yang subur dan bergunung-gunung serta dekat dengan Jakarta dinilai turut mendukung perkembangan usaha perkebunan teh. Tahun 1936 tercatat dari 293 perkebunan teh di Indonesia, 247 perkebunan di antaranya berada di Jabar,” ucapnya yang dimuat Jawa Barat yang Menyimpan Warisan Teh terbitan Kompas.

Naik lalu turun

Jejak kesuksesan industri tersebut bisa dilihat dari indahnya perkebunan teh bisa dilihat di kawasan Puncak pada jalur Bandung, Cianjur, Bogor Jakarta, atau perkebunan teh Walini di pinggir Tol Purbaleunyi.

Keberhasilan para pengusaha teh Belanda mendorong masyarakat membuka kebun dan menanam teh di Purwakarta, Cianjur, Garut, Sukabumi, dan Bandung. Hasil olahan teh dari perkebunan teh di Parahyangan pun diekspor ke beberapa negara Eropa.

Sejak zaman kolonial Belanda, industri teh di negeri ini dikenal memiliki keistimewaan dan keunggulan mutu. Perkebunan dan industri teh juga memberi lapangan kerja bagi 1,5 juta orang dan menghidupi sekitar 6 juta jiwa.

Penghormatan dan Sakralitas Terhadap Perempuan dalam Budaya Sunda

Teh hitam dan teh hijau dalam bentuk curah juga dipasarkan di lebih dari 40 negara di Eropa, Amerika, Asia, Afrika, dan Australia. Tetapi lambat laun terjadi penurunan produksi dari industri teh.

Disebutkan penurunan produksi terjadi karena konversi lahan teh ke lahan sawit dan sayuran. Luas areal tanam juga turun dari 157.000 hektare tahun 1998 menjadi 124.000 hektare tahun 2010.

Periode tahun 2002-2006 menjadi masa paling sulit. Bahkan, karena harga jual teh tak sebanding dengan ongkos produksi tak sedikit petani dan pemilik pabrik pengolah teh skala kecil bangkrut.

Para pewaris zaman

Di kebun teh rakyat, keterpurukan ditandai dengan alih fungsi lahan dari kebun teh menjadi kebun palawija, rumput pakan ternak, atau jadi kandang ayam. Sementara di kebun besar, lahan beralih fungsi menjadi kebun sawit.

Teh memang memiliki sejarah yang panjang, sehingga pekerjanya melintas generasi. Contohnya, teh Tating (63) yang setiap pagi buta bersama suaminya Emang (70) beranjak ke lahan perkebunan.

Hasil pungut kakek-nenek bercucu 30 orang itu hanya 15 kg dan dibeli perusahaan Rp550 per kg. Artinya penghasilan mereka berdua pada hari itu hanya Rp8.250. Bagi mereka berdua hal tersebut sudah lumayan.

“Kalau lagi tidak ada hujan, hasilnya jauh lebih sedikit. Bisa dapat 5 kilogram satu hari saja sudah bagus,” ujar Emang.

Dipati Ukur, Perjalanan Hidup Pemberontak yang Ditumpas oleh Mataram

Padahal usaha teh rakyat masih merupakan potensi besar perekonomian masyarakat desa di Jawa Barat. Usaha teh rakyat di Jabar masih berpotensi bangkit kembali karena melihat pasarnya, terutama teh hijau.

Sekretaris Dinas Perkebunan Provinsi Jabar, Rika Jatnika mengatakan sedang dilakukan upaya mengembalikan kejayaan teh, khususnya untuk lahan prioritas kebun teh rakyat. Bahkan sudah ada program 2022-2023 untuk kegiatan kampung komoditas teh dan kelapa.

Salah seorang tokoh pengolah teh hijau di Ciwidey, Kabupaten Bandung, H Wildan yang sampai kini bertahan, beberapa waktu lalu mengatakan bahwa sejauh ini pasar teh hijau tetap bagus karena fanatiknya para konsumen.

“Namun kini harus ditunjang promosi lebih gencar. Tujuannya agar kalangan milenial menjadi mengetahui teh hijau, berikut cita rasa, manfaat dan kesehatan, dan lain-lain,” paparnya yang diwartakan Deskjabar.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini