7 Kisah Unik Kehidupan Bung Hatta: Selevel Wapres Tidak Mampu Beli Sepatu

7 Kisah Unik Kehidupan Bung Hatta: Selevel Wapres Tidak Mampu Beli Sepatu
info gambar utama

Pada 12 Agustus 1902, di sebuah rumah kayu tingkat 2 di Desa Aur Tajungkang, Bukit Tinggi, lahirlah seorang calon pemimpin bangsa Indonesia dari pasangan Siti Saleha dan Muhammad Djamil.

Sang Ibu memberi nama bayi laki-lakinya Muhammad Athar, yang dalam bahasa Arab berarti “Harum”. Namun seiring berjalannya waktu, kita mengenalnya dengan nama Mohammad Hatta, dan saat ia aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, ia lebih sering dipanggil Bung Hatta.

Hatta kecil hidup dalam lingkungan agama Islam yang kuat. Ayahnya adalah keturunan ulama Tarekat di Batuhampar. Saat Ayahnya meninggal, ia berguru pada Syekh Mohammad Djamil Djambek, seorang Ulama ternama di Bukit Tinggi.

Ada banyak kisah Bung Hatta yang tercatat dalam sejarah, mulai dari masa kecilnya yang telah menerima didikan sekolah Belanda, masa kuliahnya di Belanda, masa-masa pengasingannya di Digul dan Banda Neira, hingga masa kepemimpinannya sebagai Wakil Presiden Indonesia.

Dari sekian banyak kisah tersebut, ada 7 kisah yang sangat menarik diulas dari kehidupan seorang Bung Hatta, diantaranya;

1. Bung Hatta adalah Pribadi Super Disiplin

Hatta adalah pribadi yang sangat disiplin waktu. Suatu ketika ia membatalkan pertemuan dengan seorang Duta Besar dari negara Eropa hanya karena ia terlambat datang dari jadwal yang telah ditentukan.

Telah disampaikan bahwa pukul 10.00 adalah jadwal pertemuan dengan Bung Hatta, namun Duta besar tersebut datang jam 10.50 dan akhirnya ia diabaikan.

Begitupun dengan kisah saat Hatta hendak bepergian dengan pesawat. Ia bersama rombongan tiba lebih dulu di Bandara Halim Perdanakusuma sebelum jadwal keberangkatan pada jam 9 pagi.

Namun malang bagi Pilotnya karena datang lebih awal 15 menit dari jadwalnya. Begitu Hatta menerima laporan kedatangan pesawat tersebut, ia langsung memberi instruksi kepada Pilot tersebut.

"silahkan berputar-putar dulu di udara sampai jam 09.00 tepat, baru kemudian turun".

2. Bung Hatta si Kutu Buku

Hatta dapat dikata adalah “Kutu Buku”. Bahkan ada anekdot terkenal yang mengatakan bahwa "Istri pertama Hatta adalah buku, istri keduanya adalah buku, dan istri ketiganya barulah Rachmi".

Setelah menghabiskan 11 tahun di Belanda, baik tuk kuliah maupun memimpin pergerakan kemerdekaan, ia membawa pulang buku sebanyak 16 peti. Ia berkata;

“Aku rela dipenjara asalkan bersama buku. Karena dengan buku aku bebas”.

Bagi Hatta, buku adalah benda yang sakral. Ia akan sangat marah jika ada yang meminjam bukunya lalu mengembalikan dalam keadaan terlipat, tercoret apalagi kotor.

Bahkan suatu ketika keponakannya disuruh keliling Jakarta hanya untuk menggantikan buku yang ia pinjam sebab ada halaman yang terlipat.

Itulah bentuk penghormatan Bung Hatta terhadap buku. Ketika wafat tahun 1980, Hatta meninggalkan warisan paling berharga berupa 30.000 buku di perpustakaan pribadinya.

3. Bung Hatta Rela Telat Menikah Sebelum Indonesia Merdeka

Hatta adalah sosok yang serius, tidak pernah menari atau jarang tertawa, kata Soekarno. Bahkan ketika masih muda, ia adalah orang yang memerah wajahnya bila bertemu dengan seorang gadis.

Saking dinginnya sikap Hatta terhadap wanita, suatu ketika ia didapati hanya mendengkur di dalam kendaraan, sementara di dalam mobil itu ada wanita cantik, satu-satunya penumpang saat itu.

Bung Hatta memang pernah bersumpah bahwa akan menikah setelah Indonesia Merdeka.

Akhirnya pada November 1945 ia melamar seorang perempuan yang diperkenalkan oleh Bung Karno bernama Rachmi. Saat itu Hatta telah berusia 43 tahun.

4. Bung Hatta Melamar Istrinya dengan Mahar Buku

Kecintaan Bung Hatta pada buku memang tak perlu diragukan lagi. Selama masa pembuangan di Boven Digul, ia telah menelurkan buku berjudul "Alam Pikiran Yunani".

Bung Hatta melamar Rachmi dengan mas kawin berupa buku tersebut. Meskipun awalnya dimarahi oleh Ibundanya, tetapi Bung Hatta tetap kekeuh dengan buku tersebut sebagai mas kawinnya.

5. Tidak Mampu Membeli Sepatu Favoritnya: Merk Baley

Pada tahun 1950-an, Bally adalah merek sepatu bermutu tinggi dan harganya mahal. Bung Hatta saat itu sangat ingin membelinya sehingga ia mencoba menabung uangnya.

Sekelas Bung Hatta sebagai mantan Wapres RI ternyata hingga akhir hayatnya tidak mampu membeli sepatu idamannya tersebut.

Tak lama setelah wafat, keluarga Bung Hatta menemukan lipatan guntingan iklan lama dalam dompetnya. Iklan itu adalah iklan sepatu merek Bally, yang dulu disimpannya.

6. Bung Hatta Pernah Dikencingi Soekarno

Momen Bung Hatta terkena kencing Soekarno secara tidak sengaja saat mereka berdua dalam perjalanan pulang dari Jepang ke Indonesia.

Mereka berdua menumpangi sebuah pesawat pengebom yang sudah rongsokan. Tidak ada kursi, toilet dan penuh lubang bekas tembakan di badan pesawat tersebut.

Singkat cerita, Soekarno ingin kencing dan diarahkan oleh dokter pribadinya ke belakang badan pesawat. Tidak lama berselang, angin bertiup kencang dan seluruh penumpang termasuk Hatta terkena air kencing Soekarno.

"Kawan-Kawanku yang malang itu mandi dengan air istimewa," kata Soekarno.

7. Bung Hatta Menamakan Kucing-Kucingnya dengan Nama Diktator

Bung Hatta dikenal hobi memelihara kucing. Dimanapun ia berada, baik di pengasingan maupun di rumah pribadinya, selalu ada kucing yang membersamainya.

Pasalnya ia geregetan dengan berita politik luar negeri saat itu yang kian bergejolak, ia ahirnya menamakan kucing-kucingnya dengan nama diktator abad 20; Hitler, Mussolini dan Franco.

Adapun kucing kesayangannya ia beri nama dengan Jonkheer, sebuah nama yang ia ambil dari sebuah gelar bangsawan Belanda.

Itulah 7 kisah unik dari kehidupan pribadi Bung Hatta. Silahkan baca juga pandangan Bung Hatta tentang Ekonomi dan Koperasi

Referensi Bacaan:

  • Tim Buku Tempo. 2010. Hatta, Jejak yang melampaui Zaman. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
  • Wicaksana, Anom. 2018. Mohammad Hatta (Hidup Jujur dan Sederhana

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Achmad Faizal lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Achmad Faizal.

Terima kasih telah membaca sampai di sini