Grup Wayang Orang Ngesti Pandowo Semarang dan Upayanya untuk Melestarikan Wayang Orang

Grup Wayang Orang Ngesti Pandowo Semarang dan Upayanya untuk Melestarikan Wayang Orang
info gambar utama

Kota Semarang punya grup wayang orang yang sudah berdiri selama delapan dekade. Mereka adalah Wayang Orang Ngesti Pandowo. Komunitas yang bermarkas di Taman Budaya Raden Saleh ini masih aktif untuk melakukan pertunjukan wayang.

Dengan perjalanannya yang panjang, grup wayang orang inilah yang telah mewarnai kehidupan kesenian di Kota Semarang sejak dulu.

Kelahiran grup ini bermula dari Kota Madiun. Pendiriannya didasari karena kepemilikan berbagai grup wayang orang pada saat itu yang didominasi oleh orang Belanda, sehingga terciptalah ide untuk membentuk grup yang dikelola oleh pribumi dengan asas kekeluargaan.

3 Grup Wayang Orang Profesional yang Masih Bertahan, Satu Berada di Jakarta

Awalnya dari Jawa Timur

Mulanya, pementasan mereka berpindah-pindah di setiap pasar malam yang ada di sekitaran Jawa Timur. Pendirinya sendiri adalah Ki Sastro Sabdo pada 1 Juli 1937.

Waktu itu Ngesti Pandowo berdiri sekaligus main perdana di Alun-alun Maospati dalam rangka ada pasar malam yang bernama Pasar Malam Oranye yang sebagian besar panitianya adalah orang belanda.

Di samping Ki Sastro Sabdo juga ada 4 pendamping, yaitu Ki Narto Sabdo. Ki Darso Sabdo, Ki Kusni, dan Ki Sastro Soedirjo. Selain lakonnya yang menarik, Ngesti Pandowo sudah memainkan trik-trik panggung yang lebih maju pada masanya.

Grup ini pun semakin berkembang ketika mereka tampil di Kota Semarang. Bahkan, pemerintah kota Semarang memberikan gedung pertunjukan tetap yang digunakan Ngesti Pandowo selama 40 tahun. Lokasinya berada di Gedung GRIS yang kini menjadi Paragon Malll Semarang.

Sejak 2001 sampai sekarang, Ngesti Pandowo menempati gedung kesenian Ki Narto Sabdo di TBRS Semarang.

Peran Pertunjukan Wayang Klithik bagi Ritual Bersih Desa di Desa Wonosoco

Memainkan berbagai lakon hingga ke istana negara

Tahun 1962, kabar mengenai grup Ngesti Pandowo didengar oleh Presiden Soekarno yang kemudian memanggil mereka untuk pentas di istana negara. Setiap ada tamu negara, Ngesti Pandowo dipanggil untuk main di Istana Negara.

Sehingga, grup wayang orang ini pun mendapatkan piagam penghargaan Wijaya Kusuma.

Saat ini, Ngesti Pandowo rutin untuk mengadakan pertunjukan setiap malam minggu. Seperti wayang pada umumnya, lakonnya adalah kisah yang bersumber dari Ramayana dan Mahabharata. Seiring berjalannya waktu, grup ini juga membuat cerita lain yang menyesuaikan dengan keinginan masyarakat Semarang.

Catatan Sejarah Wayang Kulit, Lahir dan Tumbuh di Indonesia untuk Dunia

Senantiasa berusaha melestarikan

Kelompok ini juga memiliki berbagai upaya untuk mengenalkan wayang kepada generasi muda. Misalnya berkolaborasi dengan instansi pemerintahan di Kota Semarang. Mereka juga berusaha untuk memanfaatkan media sosial untuk menyajikan pentas secara virtual, sehingga bisa ditonton oleh masyarakat luas.

Saat ini Ngesti Pandowo memiliki sekitar 90 anggota yang berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari pelatih seni hingga pegawai negeri sipil, bagi yang ingin bergabung pun syaratnya cukup bisa menari. Sambil berjalan, keterampilan lain akan diajarkan oleh para senior.

Selain itu, grup ini juga memiliki laskar muda yang berisikan para generasi muda yang tertarik untuk belajar mengenai hal yang terkait dengan kesenian khas Jawa.

Kedepannya, Ngesti Pandowo berencana untuk membuat kursus wayang orang sekaligus sebagai upaya regenerasi. Mereka juga berharap agar pemerintah setempat bisa memberikan berbagai upaya untuk kelestarian dari kesenian ini

Selain bisa menjadi hiburan, wayang orang adalah pertunjukan yang sarat akan nilai-nilai moral. Menonton kesenian ini juga merupakan bentuk apresiasi seni untuk kelestarian budaya tradisional.

Ngesti Pandowo adalah aset dari Kota Semarang. Bersama semangat yang membara, mereka akan terus berusaha melestarikan wayang orang dengan senantiasa beradaptasi dengan perubahan zaman.

Pemuda Surabaya Buat Ulang Wayang Kulit Berumur 100 Tahun

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MM
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini