8 Dampak Kolonialisme di Bidang Politik hingga Ekonomi: Positif-Negatif?

8 Dampak Kolonialisme di Bidang Politik hingga Ekonomi: Positif-Negatif?
info gambar utama

Setiap tahun, masyarakat Indonesia memperingati hari kemerdekaan pada 17 Agustus. Tanggal tersebut merupakan waktu terbebasnya bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan atau kolonialisme.

Berdasarkan buku Kolonialisme Eksploitasi dan Pembangunan Menuju Hegemoni karya Miftakhuddin, kolonialisme adalah paham pendelegasian kekuatan politik ke luar wilayah yang sah untuk memberdayakan wilayah lain.

Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa kolonialisme diterapkan oleh suatu negara atau daerah ke negara atau daerah lain yang bertujuan untuk memajukan daerah tersebut. Dapat dikatakan bahwa kolonialisme dilakukan dengan tujuan untuk mendominasi ekonomi dari suatu wilayah.

Selama bertahun-tahun berada di bawah jajahan penjajah, tentu saja ada banyak dampak yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Lantas, apa saja dampak kolonialisme di Indonesia?

Berbagai Dampak Kolonialisme di Indonesia

Banyak sekali aspek kehidupan masyarakat Indonesia yang mendapat pengaruh dari kolonialisme, baik dari segi politik, hukum, ekonomi, hingga pendidikan. Berikut penjelasan selengkapnya.

suasana Jalan Braga, Bandung, tempo dulu
info gambar

1. Bidang Politik

Di bidang ini, kolonial Belanda berhasil menetapkan beberapa daerah administratif yang dikepalai oleh beberapa pejabat. Semasa Gubernur Jenderal Daendels, kolonial Belanda telah membagi beberapa wilayah kekuasaan menjadi sembilan prefektur.

Prefektur inilah yang kemudian menjadi provinsi seperti yang Kawan kenal sekarang. Selanjutnya, setiap prefektur terbagi dalam 30 regentschap (sekarang kabupaten).

Nah, tiap regentschap dikepalai oleh bupati yang berasal dari golongan pribumi. Tentunya, bupati tersebut sudah digaji oleh pemerintahan tertinggi kolonial Belanda, yakni gubernur jenderal.

Saat ini, struktur politik tersebut masih digunakan hingga sekarang dengan beberapa perubahan. Tentu sistem politik juga tidak lepas dari sejarah.

Tidak hanya itu, pemerintah kolonial Belanda juga menjalankan trias politica yang juga dijalankan oleh pemerintah Indonesia saat ini.

Pada bidang yudikatif, pemerintah Kolonial Belanda mendirikan lembaga peradilan untuk kalangan Eropa, lembaga peradilan untuk kalangan asing, dan lembaga peradilan untuk warga pribumi.

Dalam bidang legislatif, pemerintah kolonial Belanda mendirikan volksraad (dewan rakyat) pada 1918.

Baca Juga: Kebiasaan Membawa Bekal Makanan yang Diperkenalkan Sejak Zaman Penjajahan

2. Bidang Ekonomi

Sebagian besar Kawan mungkin sudah tahu tentang cultuurstelsel (tanam paksa) yang merugikan rakyat di zaman itu. Namun, ada hal yang saat ini masih digunakan. Yap! Itu adalah pajak.

Pemberlakuan pajak sudah diatur oleh pemerintah Kolonial Belanda, tepatnya pada masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Daendels.

Ia dan pejabat lainnya memungut pajak dari hasil pertanian. Petani juga harus menjual hasil bumi dengan harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Bukan hanya itu, kalau Kawan tahu, pembangunan jalan raya dari Anyer sampai Panarukan adalah hal yang merugikan rakyat. Namun, ada sisi positifnya, yakni membuka jalur perdagangan bagi warga.

Lalu, pada 1828, munculnya perbankan pertama di Indonesia. Bank tersebut diberi nama De Javasche Bank yang saat ini adalah Bank Indonesia. Dengan hal tersebut, perkembangan ekonomi semakin pesat dengan perdagangan bebas serta komersial.

3. Bidang Sosial

Pendudukan Belanda maupun Jepang menimbulkan adanya perbedaan kelas sosial pada masyarakat. Dahulu hanya orang-orang dari kalangan tertentu yang dapat mengakses pendidikan hingga ke jenjang tinggi. Sistem pendidikan juga belum tersebar secara merata ke daerah-daerah dan pedesaan.

Orang-orang Eropa menempati kedudukan tertinggi dalam status sosial kala itu, disusul oleh orang berdarah Asia dan Timur, lalu kaum pribumi menduduki golongan akhir.

Perbedaan tersebut menimbulkan penindasan yang berakhir pada penderitaan mendalam. Hal ini dibuktikan dengan adanya sistem kerja paksa di berbagai bidang.

Perusahaan dan pabrik-pabrik yang didirikan oleh Belanda di berbagai daerah turut memunculkan golongan buruh dan majikan pada masyarakat.

Feodalisme di daerah-daerah pun muncul sebagai akibat dari kemunduran perdagangan di laut. Kehidupan rakyat pribumi saat itu mengalami kemerosotan di mana mereka dipaksa untuk tunduk atau patuh pada tuan tanah Barat dan Timur Asing.

4. Bidang Budaya

Tradisi asli bangsa Indonesia pun turut hilang akibat pengaruh dari pemerintah Belanda yang mengadopsi tradisi khas Belanda dan menerapkannya di hampir seluruh lini kehidupan masyarakat Indonesia.

Beberapa kata benda dalam Bahasa Indonesia berasal dari serapan Bahasa Belanda, di antaranya yaitu, handuk dari kata handdoek, arloji dari kata horloge, kantor dari kata kantoor, baskom dari kata waskom, dan lainnya.

Belanda juga mempengaruhi arsitektur dan pola bangunan bergaya Eropa di Indonesia. Sebagian besar bangunan bersejarah dahulunya digunakan sebagai kantor pemerintahan, fasilitas kesehatan, pusat administrasi, dan pertahanan militer.

Kebudayaan Indis muncul sebagai konsekuensi dari pembauran gaya hidup pribumi dengan Belanda. Pembauran ini terjadi pada sektor formal, seperti Pendidikan, relasi bisnis dan pekerjaan, perdagangan, dan lain sebagainya.

Saat itu, pejabat Belanda selain pejabat tinggi dilarang membawa istrinya ke Nusantara. Percampuran darah antara pribumi dengan orang Belanda pun terjadi dan melahirkan anak-anak dari ras yang bercampur. Gaya hidup mereka pun turut berpadu.

Di masa sekarang, pergeseran budaya semakin terlihat dengan budaya kebarat-baratan. Budaya tersebut melahirkan generasi yang kapitalis, modern, westernisasi, dan semisekuler.

Tentu Kawan tidak mau terjadi hal itu, kan? Jadi, Kawan dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang bisa dijadikan panduan bagi Kawan dalam berbangsa dan bernegara.

Baca Juga: Cepetan Alas, Tari Rakyat dari Kebumen yang Tercipta dari Penderitaan Penjajahan

5. Bidang Pendidikan

Ketika politik etis diberlakukan, warga pribumi mendapat kesempatan untuk mengakses pendidikan di sekolah formal. Contohnya, jenjang sekolah dasar ada Hollands Inlandse School (HIS). Lalu, jenjang SMP, ada MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs).

Di bidang perguruan tinggi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dulunya adalah STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen). Dengan ini akhirnya muncul kaum terpelajar yang menghasilkan pergerakan para pemuda di Indonesia.

Kaum terpelajar juga banyak yang terjun di bidang jurnalistik sehingga menghasilkan beragam surat kabar. Isinya memang propaganda bagi pihak pemerintah Belanda. Akan tetapi, bagi warga Indonesia, hal itu menjadi semangat menuju kemerdekaan Indonesia.

Puncaknya bisa dirasakan dengan momentum Sumpah Pemuda 1928. Setiap tanggal 28 Oktober, Kawan pasti memperingati hari itu sebagai bentuk kecintaan pemuda terhadap Republik Indonesia.

Dengan sistem pendidikan kala itu, Kawan bisa melihat adanya jenjang pendidikan, kebijakan pendidikan, generasi pers, dan momentum penting yang masih terasa hingga sekarang di Indonesia.

STOVIA
info gambar

6. Bidang Hukum

Tidak dapat dipungkiri, sistem peradilan dan tata hukum yang berlaku di Indonesia dipengaruhi oleh Belanda. Terdapat dua peraturan hukum untuk pribumi, yaitu, pertama, hukum Eropa digunakan untuk menundukkan pribumi. Kedua, membuat kitab undang-undang hukum perdata untuk orang Indonesia dengan Wet Boek milik Belanda.

Hukum adat dan agama yang sudah lama berlaku harus digantikan dengan hukum kolonial buatan Belanda. Beberapa perundang-undangan yang selama ini dianut masih mengandung sifat kolonialistik yang kuat. Pasal 2 Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia menyatakan bahwa segala badan negara dan peraturan yang ada masih berlaku sebelum peraturan baru ditetapkan.

7. Bidang Agama

Sejak Belanda memasuki Nusantara, agama-agama baru pun hadir dan ajarannya mulai disebarkan secara masif ke masyarakat. Agama Kristen Protestan mulai tersebar ketika Gubernur Jenderal Stamford Raffles memerintah.

Penyebarannya dilakukan melalui sebuah organisasi bernama Nederlands Zendeling Genootschap (NZG). NZG bertugas untuk menyebarkan agama Kristen Protestan berdasarkan ajaran Alkitab.

Sekolah-sekolah Kristen pun didirikan untuk menyebarkan ajaran-ajaran Kristen Protestan lebih luas sejak usia dini. Langkah ini dianggap efektif dan efisien sebagai salah satu upaya Kristenisasi.

Pemerintah Belanda berhasil menyebarkan dan mengajak masyarakat untuk menganut agama Kristen Protestan dan meninggalkan agama Islam dan Katolik yang sudah terlebih dahulu datang dan diyakini oleh sebagian besar penduduk Nusantara.

8. Bidang Transportasi dan Komunikasi

Setelah membangun Jalan Raya Anyer—Panarukan, pastinya memiliki dampak tersendiri bagi jalur transportasi. Dengan hal ini, banyak warga yang melintasi jalan tersebut untuk kepentingan berdagang.

Dari sisi kepemerintahan, pembangunan jalur ini dapat menghemat anggaran. Selain itu, beberapa stasiun kereta api yang bisa Kawan lihat sekarang sebenarnya berasal dari warisan kolonial Belanda.

Beberapa contohnya meliputi Stasiun Gambir, Stasiun Kota, Stasiun Jatinegara, Stasiun Solo, dan Stasiun Tuntang. Tentu pemerintah kolonial juga memperhatikan jaringan rel agar meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Setelah jalur darat, pemerintah Kolonial Belanda juga memfokuskan pada jaringan transportasi di laut. Mereka menghubungkan jalur kereta api ke arah pelabuhan. Hal ini demi mengefisienkan pengiriman barang dari angkutan kapal laut ke jalur darat.

Dalam bidang komunikasi, pada 1746, kantor pos pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta). Yang jelas, ini dapat mempercepat komunikasi melalui pengiriman surat dari pos.

Lalu, di Sumatera, pelayanan pos dapat diantar dengan mobil. Untuk telegram, penerapannya dilakukan pada 1855.

Tidak hanya itu, masyarakat petani Indonesia juga sudah mengenal sistem perkebunan. Dengan hal itu, mereka mengetahui beberapa jenis tanaman yang laku di pasar global.

Sistem ini masih digunakan hingga sekarang. Bahkan, menjadi peluang bisnis bagi industri perkebunan/pertanian.

Baca Juga: Jejak Kolonialisme di Asia Tenggara: Mengapa Paham Nasionalisme Jadi Populer?

Tidak dapat dipungkiri bahwa memang jejak penjajahan tidak lepas dari sejarah Indonesia. Di antaranya ada yang menjadi warisan budaya dan referensi bagi proses kebijakan di Indonesia. Tugas Kawan adalah mempertahankan persatuan dan kesatuan Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AR
KO
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini