5 Dampak Kolonialisme di Indonesia yang Masih Terasa hingga Sekarang

5 Dampak Kolonialisme di Indonesia yang Masih Terasa hingga Sekarang
info gambar utama

Adakah dampak kolonialisme di Indonesia yang masih terasa hingga sekarang? Jawabannya, ada. Sejarah memang suit terlupakan, pasti ada warisan atau peninggalan yang tersisa di beberapa tempat. Hal ini juga terjadi di Indonesia.

Semasa penjajahan oleh kolonial Belanda, ada beberapa warisan atau peninggalan yang bisa digunakan hingga sekarang. Bahkan, pemerintah Indonesia terus memodifikasi dan memeliharanya, baik dari segi bentuk, hukum, dan sistemnya. Lalu, apa saja dampak yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia atas kolonialisme ini?

Jalur Kereta Api
info gambar

1. Bidang Politik

Dalam bidang ini, kolonial Belanda berhasil menetapkan beberapa daerah administratif yang dikepalai oleh beberapa pejabat. Semasa Gubernur Jenderal Daendels, kolonial Belanda telah membagi beberapa wilayah kekuasaan menjadi sembilan prefektur.

Prefektur inilah yang kemudian menjadi provinsi seperti yang Kawan kenal sekarang. Selanjutnya, setiap prefektur terbagi dalam 30 regentschap (sekarang kabupaten). Nah, tiap regentschap dikepalai oleh bupati yang berasal dari golongan pribumi. Tentunya, bupati tersebut sudah digaji oleh pemerintahan tertinggi kolonial Belanda, yakni gubernur jenderal.

Saat ini, struktur politik tersebut masih digunakan hingga sekarang dengan beberapa perubahan. Tentu sistem politik juga tidak lepas dari sejarah.

Tidak hanya itu, pemerintah kolonial Belanda juga menjalankan trias politica yang juga dijalankan oleh pemerintah Indonesia saat ini. Pada bidang yudikatif, pemerintah Kolonial Belanda mendirikan lembaga peradilan untuk kalangan Eropa, lembaga peradilan untuk kalangan asing, dan lembaga peradilan untuk warga pribumi. Dalam bidang legislatif, pemerintah kolonial Belanda mendirikan volksraad (dewan rakyat) pada 1918.

Baca juga: Kebiasaan Membawa Bekal Makanan yang Diperkenalkan Sejak Zaman Penjajahan

2. Bidang Ekonomi

Sebagian besar Kawan mungkin sudah tahu tentang cultuurstelsel (tanam paksa) yang merugikan rakyat di zaman itu. Namun, ada hal yang saat ini masih digunakan. Yap! Itu adalah pajak. Pemberlakuan pajak sudah diatur oleh pemerintah Kolonial Belanda, tepatnya pada masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Daendels.

Ia dan pejabat lainnya memungut pajak dari hasil pertanian. Petani juga harus menjual hasil bumi dengan harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Bukan hanya itu, kalau Kawan tahu, pembangunan jalan raya dari Anyer sampai Panarukan adalah hal yang merugikan rakyat. Namun, ada sisi positifnya, yakni membuka jalur perdagangan bagi warga.

Lalu, pada 1828, munculnya perbankan pertama di Indonesia. Bank tersebut diberi nama De Javasche Bank yang saat ini adalah Bank Indonesia. Dengan hal tersebut, perkembangan ekonomi semakin pesat dengan perdagangan bebas serta komersial.

3. Bidang Transportasi dan Komunikasi

Setelah membangun Jalan Raya Anyer—Panarukan, pastinya memiliki dampak tersendiri bagi jalur transportasi. Dengan hal ini, banyak warga yang melintasi jalan tersebut untuk kepentingan berdagang. Dalam pemerintahan, pembangunan jalur ini dapat menghemat anggaran.

Selain itu, beberapa stasiun kereta api yang bisa Kawan lihat sekarang, sebenarnya berasal dari warisan kolonial Belanda. Contohnya, Stasiun Gambir, Stasiun Kota, Stasiun Jatinegara, Stasiun Solo, dan Stasiun Tuntang. Tentu pemerintah kolonial Belanda juga memperhatikan jaringan rel agar meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Setelah jalur darat, pemerintah Kolonial Belanda juga memfokuskan pada jaringan transportasi di laut. Mereka menghubungkan jalur kereta api ke arah pelabuhan. Hal ini demi mengefisienkan pengiriman barang dari angkutan kapal laut ke jalur darat.

Dalam bidang komunikasi, pada 1746, kantor pos pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta). Yang jelas, ini dapat mempercepat komunikasi melalui pengiriman surat dari pos. Lalu, di Sumatera, pelayanan pos dapat diantar dengan mobil. Untuk telegram, penerapannya dilakukan pada 1855.

Tidak hanya itu, masyarakat petani Indonesia juga sudah mengenal sistem perkebunan. Dengan hal itu, mereka mengetahui beberapa jenis tanaman yang laku di pasar global. Sistem ini masih digunakan hingga sekarang. Bahkan, menjadi peluang bisnis bagi industri perkebunan/pertanian.

Baca juga: Cepetan Alas, Tari Rakyat dari Kebumen yang Tercipta dari Penderitaan Penjajahan

4. Bidang Sosial Budaya

Dampak kolonialisme yang sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia adalah dalam aspek sosial budaya. Hal ini ditandai dengan pergeseran dari sistem feodal ke sistem kapitalis. Tentunya, sistem tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat Indonesia saat itu.

Tidak heran, banyak kerajaan Nusantara yang melakukan pemberontakan kepada pemerintah kolonial Belanda. Namun, tidak semua berhasil. Bahkan, ada beberapa panglima yang harus diasingkan ke pulau terpencil. Dengan begitu, hak-hak istimewa bagi warga pribumi ditiadakan.

Alhasil, kedudukan warga Eropa berada di strata sosial sangat tinggi saat itu. Dengan begitu, penindasan seringkali dilakukan kepada warga pribumi.

Dari hal tersebut, warga pribumi tidak tinggal diam. Mereka berhasil menanamkan nilai persatuan dan kesatuan untuk mengusir para penjajah. Nilai-nilai itulah yang melahirkan semangat gotong royong, kesantunan, dan budi pekerti luhur bagi warga Indonesia. Nilai-nilai keindonesiaan itu yang terasa hingga sekarang.

Tidak hanya itu, kebiasaan warga barat yang sering mabuk-mabukan juga memengaruhi masyarakat kala itu. Warga barat tidak mau tahu soal norma-norma yang berlaku. Lalu, tidak adanya batasan antara hubungan laki-laki dan perempuan. Tidak heran, banyak kerajaan Islam yang melakukan perlawanan kepada penjajah kala itu.

Dalam masa sekarang, pergeseran budaya semakin terlihat dengan budaya kebarat-baratan. Budaya tersebut melahirkan generasi yang kapitalis, modern, westernisasi, dan semisekuler. Tentu Kawan tidak mau terjadi hal itu, kan? Jadi, Kawan dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang bisa dijadikan panduan bagi Kawan dalam berbangsa dan bernegara.

5. Bidang Pendidikan

Ketika politik etis diberlakukan, warga pribumi mendapat kesempatan untuk mengakses pendidikan di sekolah formal. Contohnya, jenjang sekolah dasar ada Hollands Inlandse School (HIS). Lalu, jenjang SMP, ada MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs).

Di bidang perguruan tinggi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dulunya adalah STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen). Dengan ini akhirnya muncul kaum terpelajar yang menghasilkan pergerakan para pemuda di Indonesia.

Kaum terpelajar juga banyak yang terjun di bidang jurnalistik sehingga menghasilkan beragam surat kabar. Isinya memang propaganda bagi pihak pemerintah Belanda. Akan tetapi, bagi warga Indonesia, hal itu menjadi semangat menuju kemerdekaan Indonesia.

Puncaknya bisa dirasakan dengan momentum Sumpah Pemuda 1928. Setiap tanggal 28 Oktober, Kawan pasti memperingati hari itu sebagai bentuk kecintaan pemuda terhadap Republik Indonesia.

Dengan sistem pendidikan kala itu, Kawan bisa melihat adanya jenjang pendidikan, kebijakan pendidikan, generasi pers, dan momentum penting yang masih terasa hingga sekarang di Indonesia.

Baca juga: Setitik Saksi Bisu Perjuangan Bangsa Indonesia Pada Masa Penjajahan

Tidak dapat dipungkiri bahwa memang jejak penjajahan tidak lepas dari sejarah Indonesia. Diantaranya ada yang menjadi warisan budaya dan referensi bagi proses kebijakan di Indonesia. Tugas Kawan adalah mempertahankan persatuan dan kesatuan Indonesia.

Referensi:ruangguru.com | Kids.grid.id | sejarahlengkap.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini