Pertempuran Surabaya: Sejarah, Tokoh, dan Faktanya

Pertempuran Surabaya: Sejarah, Tokoh, dan Faktanya
info gambar utama

Pertempuran Surabaya adalah peperangan yang terjadi pada tanggal 27 Oktober – 20 November 1945 (selama 3 minggu dan 3 hari) di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, antara pihak tentara Indonesia melawan tentara Inggris (AFNEI) dan Belanda (NICA). Pertempuran ini terjadi setelah bangsa Indonesia mendeklarasikan merdeka dari penjajahan.

Pertempuran Surabaya menjadi ujian pertama yang berupa serangan dari bangsa asing pasca Indonesia merdeka. Pertempuran tersebut pun dibagi menjadi tiga bagian yaitu pertempuran pendahuluan, pertempuran puncak, dan pertempuran akhir.

Ada banyak tokoh pertempuran Surabaya yang terlibat. Pertempuran ini menjadi ajang untuk menunjukkan patriotisme dan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap negaranya yang saja berdiri.

Pertempuran Surabaya yang mempertemukan kekuatan Inggris dengan berbagai lapisan masyarakat Indonesia itu merupakan momok yang cukup menakutkan bagi kedua pasukan. Akibat dari pertempuran ini, baik tentara Inggris maupun Indonesia banyak sekali yang kemudian menjadi korban.

Sejarah Pertempuran Surabaya: Awal Mula Meletusnya Perang

Wikimedia
info gambar

Proklamasi Kemerdekaan

Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memerdekakan diri dari penjajahan setelah kekalahan Jepang atas tentara Sekutu pada tanggal 9 Agustus 1945. kekalahan Jepang tersebut membuat Indonesia tidak memiliki pemerintahan dan terjadi kekosongan kekuasaan.

Atas dasar itulah, masyarakat Indonesia kemudian memproklamasikan untuk memerdekakan diri. Peristiwa ini membuat Indonesia membentuk pemerintahan sendiri dan menolak segala macam bentuk penindasan dan penjajahan yang selama ini mereka alami.

Baca juga: Berjuang Mengisi Kemerdekaan Republik Indonesia

Kedatangan Tentara Britania

Setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, pada 15 September 1945, pasukan Inggris datang kembali ke Indonesia. Mereka tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) menjalankan sebuah misi untuk membebaskan para tawanan perang yang ditahan oleh Jepang.

Selain itu, tentara Britania juga datang dengan misi lain yaitu mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan sipil Hindia Belanda sebagai negeri jajahan Kolonial Belanda. Hal inilah yang menjadi masalah awal dan kemudian membuat pasukan Indonesia melakukan perlawanan

Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato

Pada 18 September 1945, terjadi sebuah peristiwa penting yang membuat geram warga Indonesia. Belanda dibawah pimpinan Mr. W.V.Ch Ploegman mengibarkan bendera Belanda pada malam hari. Padahal, Surabaya saat itu sudah mengeluarkan maklumat untuk mengibarkan bendera merah putih di berbagai sudut kota.

Residen Soedirman yang dikawal oleh Sidik Hariyono melakukan perlawanan dengan meminta Belanda untuk menurunkan benderanya. Permintaan itu ditolak sehingga pasukan Indonesia dan Belanda beradu tembak.

Kericuhan di dalam hotel tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Soedirman dan Hariyono untuk naik ke atas hotel dan merobek bagian biru bendera Belanda dan mengembalikannya menjadi bendera Indonesia.

Fase Awal: Kejadian Pencetus dan Pertempuran Pertama

pertempuran surabaya, sejarah, jalannya perang, tokoh pemimpin, dan fase hingga faktanya
info gambar

Inggris Meminta Indonesia untuk Menyerah

Pada tanggal 27 Oktober, melalui pesawat Dakota beredar sebuah selebaran yang ditulis oleh Inggris. Selebaran itu disebarkan ke berbagai wilayah di seluruh Indonesia dari Jawa Barat dan Jawa Tengah. Selebaran itu ditandatangani oleh Mayor Jenderal Hawton.

Isi dari selebaran tersebut ternyata adalah sebuah ultimatum yang ditujukan kepada pasukan Indonesia untuk menyerah kepada pihak Sekutu dalam waktu 48 jam. Jika permintaan itu tidak dituruti, maka konsekuensi yang akan diterima adalah ditembaki. Hal itu membuat pasukan Indonesia di Surabaya semakin membenci pasukan Inggris dan muncul seruan di radio untuk mengusir pihak Inggris dari wilayah tersebut.

Situasi memanas dan peperangan tidak bisa dihindari. Pada 27 Oktober pukul 2 siang, terjadi kontak senjata pertama antara pasukan pemuda PRISAI dan pasukan Gurka yang berasal dari pihak Sekutu. Mallaby pun mulai berani menguasai kendaraan berat pasukan Indonesia dan pihak Inggris juga mulai mengevakuasi wanita dan anak-anak dari Kamp Gubeng.

Pertempuran tidak bisa terelakkan. Gabungan antara TKR, Polisi, dan juga badan perjuangan yang menyerang Inggris di Kota Surabaya bersatu padu melawan. Serangan ini terjadi hingga 29 Oktober 1945 dan dikepalai oleh Komando Jenderal Mayor Yonosewoyo

Kematian Jenderal Mallaby

Pada 30 Oktober 1945, pukul 20.30, mobil Buick yang ditumpangi oleh Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika melewati jembatan merah. Mereka kemudian beradu mulut dan mengakibatkan adu tembak di antara kedua pasukan tersebut.

Salah satu tembakan mengarah ke Jenderal Mallaby dan berhasil membunuhnya dengan seketika. Mobil yang digunakannya pun kemudian terbakar sehingga jasad Jenderal Mallaby mengalami luka bakar yang sangat parah dan sulit untuk dikenali. Kematian Jenderal Inggris ini membuat pasukannya marah.

Mereka bahkan mengeluarkan ultimatum pada 10 November 1945 dan meminta pihak Indonesia untuk menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan terhadap tentara Inggris. Pasukan Indonesia menolak ultimatum tersebut dan kemudian membunyikan semboyan ‘Merdeka Atau Mati’.

Komandan dan Pemimpin yang Terlibat dalam Pertempuran Surabaya

pertempuran surabaya, sejarah, jalannya perang, tokoh pemimpin, dan fase hingga faktanya
info gambar

Tokoh pertempuran Surabaya yang terlibat langsung dan berpengaruh dalam peperangan tersebut terdiri dari berbagai kalangan. Berikut ini adalah daftar komandan dan pemimpin yang terlibat langsung dalam pertempuran Surabaya.

  1. Bung Tomo
  2. Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo
  3. Mayjen sungkono
  4. KH. Hasyim Asy’ari
  5. Moestopo
  6. Soegiarto
  7. HR Mohammad Mangoendiprodjo
  8. Muriel Stuart Walker
  9. Abdul Wahab Saleh
  10. KH. Wahab Hasbullah

Baca juga: Riwayat Radio Pemberontakan, Media Bung Tomo Gelorakan Semangat Arek Suroboyo

Fase Puncak: Peristiwa Heroik Pertempuran Surabaya

pertempuran surabaya, sejarah, jalannya perang, tokoh pemimpin, dan fase hingga faktanya
info gambar

Ultimatum yang dikeluarkan oleh pengganti Jenderal Mallaby, yaitu Mayor Jenderal Robert Mansergh membuat pasukan Indonesia merasa direndahkan. Ultimatum itu ditolak mentah-mentah dan dengan alasan bahwa Republik Indonesia sudah berdiri, dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara.

Pada 10 November pagi, tentara Inggris melakukan serangan. Sebaliknya, pasukan sekutu juga mendapatkan serangan dari pasukan Indonesia.

Pertempuran Surabaya dipimpin oleh Bung Tomo yang mengomando pasukan Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI). Ia menggerakkan pasukan dengan kalimat yang sangat populer yaitu ‘merdeka atau mati’. Penolakan ini menjadi awal dari pertempuran puncak yang sangat legendaris.

Fase Akhir: Tentara Indonesia dan Sukarelawan Terus Bergerak Melawan

'Arek-arek Suroboyo' dari berbagai pasukan dikerahkan untuk berperang, KH. Hasyim Asy’ari dan kiai-kiai lain sebagai tokoh besar dari kalangan agama juga turut menggerakkan santrinya untuk ikut terjun langsung dalam membela dan memperjuangkan tanah air.

Serangan berjalan alot dan berlangsung selama berhari-hari dan bahkan dari minggu ke minggu. Perlawanan rakyat Indonesia yang pada awalnya dilakukan dengan cara spontan dan tidak terkoordinasi. Akan tetapi semakin lama semakin mendapatkan ritmenya.

Bahkan pertempuran ini menghabiskan waktu selama 3 minggu. Pada pertempuran Surabaya, setidaknya terdapat 20.000 tentara dan 100.000 sukarelawan Indonesia yang ikut berjuang.

Pertempuran Surabaya ini memakan banyak sekali korban yang berjatuhan. Baik dari kalangan pasukan Indonesia maupun dari pasukan Sekutu.

Menurut catatan, pasukan Indonesia kehilangan 20.000 nyawa. Sedangkan pihak Sekutu kehilangan 1.500 nyawa. Pertempuran Surabaya adalah pertempuran yang dilaksanakan selama 3 minggu dan menelan puluhan ribu korban jiwa.

Menjadi Latar Belakang Diperingatinya Hari Pahlawan setiap 10 November

Setelah satu tahun terjadinya pertempuran tersebut, Presiden Soekarno kemudian menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan yang diperingati setiap tahun. Hal itu dilakukan dalam rangka untuk menghargai perjuangan para pahlawan bangsa Indonesia yang rela menumpahkan darahnya untuk tanah air.

Selain itu Pemerintah membangun Tugu Pahlawan dan Monumen 10 November di Surabaya. Tempat ini menjadi wisata sejarah bagi siapa saja yang ingin mengenang jasa para 'arek-arek Suroboyo' yang gugur di medan perang.

Baca juga: Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh November Surabaya

Sumber:
wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Surabaya
Theorina HB., Vilomena (2007) Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Skripsi thesis, Sanata Dharma University.
surabaya.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Farih Fanani lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Farih Fanani. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

MF
RP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini