Fakta Dibalik Mistisnya Benteng Pendem Ngawi dan Alas Ketonggo

Fakta Dibalik Mistisnya Benteng Pendem Ngawi dan Alas Ketonggo
info gambar utama

Benteng Van De Bosch: Benteng Kuat Kolonial Belanda

Benteng Van Den Bosch atau Benteng Pendem Ngawi adalah benteng peninggalan Belanda yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Deven Show Van Den Bosch pada 1839-1845. Benteng ini dibangun dengan memanfaatkan keberadaan aliran Bengawan Solo dan Bengawan Madiun. Benteng Pendem Ngawi dahulu berfungsi sebagai zona pertahanan dan jalur untuk mempermudah transportasi luar sungai. Benteng Van Den Bosch merupakan kamp tahanan orang-orang Eropa yang memihak Jerman pada 1940-1943. Dalam kepemimpinan Gubernur Jenderal Johannes Count Van Den Bosch, tempat itu menjadi pelaksanaan program Tanam Paksa (Cultuurstelsel) pada 1830-1870. Setelah Indonesia merdeka, Benteng Van Den Bosch dijadikan markas Yon Armed 12 untuk kegiatan militer. Kesatuan militer tersebut dipusatkan di areal benteng. Di dalam benteng juga terdapat sebuah sumur yang dahulu oleh tentara Belanda dijadikan sebagai tempat pembuangan jenazah para pekerja rodi. Menurut penjaga benteng, tempat ini sering terjadi penampakan tentara pasukan Belanda yang berbaris tanpa kepala.

dokumentasi pribadi
info gambar

Selain sumur di dalam benteng, terdapat makam Kyai Haji Muhammad Nur Salim yang merupakan salah satu pemimpin tentara dari pasukan Diponegoro untuk menyerbu Belanda di kota Ngawi. Akan tetapi, hasil dari penyerangan tersebut para pasukan tentara Diponegoro harus kalah. Akibat kekalahan tersebut, tentara Belanda menangkap Kyai Haji Muhammad Nur Salim lalu dibunuh dengan cara ditembak. Beliau sempat dibacok, tetapi kebal karena kesaktiannya. Pada akhirnya, tentara Belanda memiliki cara untuk mengubur beliau secara hidup-hidup. Di Benteng Pendem juga ada penjara penyiksaan yang ukurannya hanya 1m x 1m. Tempat itulah, para pemberontak dan pekerja rodi disiksa dengan dicambuk, ditembak, dan tidak diberi makan serta minum sampai mati.

dokumentasi pribadi
info gambar

Saat ini, Benteng Pendem Ngawi resmi menyandang status Cagar Budaya Nasional. Terdapat juga fakta mengenai Benteng Pendem ini yaitu pernah dijadikan tempat syuting Film Kuntilanak 3 yang telah tayang di bioskop seluruh Indonesia tahun lalu. Proyek pengolahan drainase Benteng Pendem pada zaman Belanda juga menarik perhatian saat terjadinya rekrontuksi ulang pada Benteng Pendem. Dikutip dari Kompas.com, drainase yang diterapkan di Benteng Pendem telah mengatur pembuangan air yang sifatnya limbah dan bukan limbah. Apabila dilihat secara langsung, Benteng Pendem Ngawi memiliki beberapa bentuk jenis drainase. Misalnya, drainase air limbah yang pasti dibuang langsung ke sungai dengan tujuan agar air tidak beredar di sekitar benteng. Terdapat belasan bangunan Benteng Pendem Ngawi yang masing-masing memiliki drainase sendiri yang menyatu ke drainase besar atau dome.

Alas Ketonggo: Hutan Spiritual di Tanah Jawa

Selain Benteng Van Den Bosch (Benteng Pendem Ngawi), Ngawi juga memiliki tempat bersejarah lainnya yaitu Alas Ketonggo Srigati. Alas Ketonggo adalah alas atau hutan yang paling keramat di tanah Jawa, khususnya di Kabupaten Ngawi, Kecamatan Paron, Desa Babadan, Dusun Brendil, Srigati. Alas Ketonggo juga mempunyai arti tersendiri, yakni alas berarti hutan, ketonggo berasal dari kata katon (terlihat) dan onggo (makhluk halus). Hutan ini juga sering dijadikan sebagai wisata spiritual karena dahulu lokasi ini sempat dijadikan tempat peristirahatan Prabu Brawijaya V setelah lari dari Kerajaan Majapahit. Di areal seluas hampir 5000 m2 ini, terdapat Pelenggahan Agung Srigati atau Punden Krepyak Tundo. Di lokasi inilah yang konon dahulu Prabu Brawijaya V melepaskan semua tanda-tanda kebesarannya sebagai raja untuk memulai pertapaan dan mendapat gelar Sunan Lawu.

Di dalam Pelenggahan Srigati ini, terdapat petilasan peninggalan sang Prabu berupa gundukan tanah yang tumbuh setiap hari dan mengeras lalu membentuk batu karang. Konon katanya, gundukan tanah yang tumbuh itu merupakan tanda-tanda akan terjadinya sesuatu kejadian yang akan terjadi di Indonesia. Konon katanya juga, petilasan ini bisa sampai tembus ke dimensi lain Pantai Selatan dan jalan pintas menuju Gunung Lawu.

Baca juga: Sejarah dan Kisah Mistis Benteng Vredeburg, Tempat Wisata di Jogja Peninggalan Belanda

Tak jauh dari Palenggahan Srigati terdapat sebuah sungai yang dinamakan Sungai Tempur. Sungai ini merupakan pertemuan dua sungai yaitu Kali Pesing dan Kali Ketonggo yang menghubungkan dua energi yang berbeda. Sungai tempur ini sering digunakan masyarakat untuk membuang sial serta tempat bersuci sebelum menuju Palenggahan Srigati.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MF
KO
GI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini