Sejarah dan Kisah Mistis Benteng Vredeburg, Tempat Wisata di Jogja Peninggalan Belanda

Sejarah dan Kisah Mistis Benteng Vredeburg, Tempat Wisata di Jogja Peninggalan Belanda
info gambar utama

Benteng Vredeburg adalah salah satu tempat wisata di Jogja yang menarik untuk dikunjungi. Bukan hanya karena pesona bangunannya yang bernuansa klasik, sejarah Benteng Vredeburg juga menarik untuk disimak. Kisah mistis Benteng Vredeburg bakal membuat kita merinding sekaligus penasaran.

Mungkin semua orang sepakat jika tempat wisata paling terkenal di Jogja adalah Malioboro. Namun, jangan lupa bahwa ada banyak tempat wisata lain yang tidak kalah menarik, bahkan yang lokasinya tidak jauh dari Malioboro sendiri.

Salah satunya adalah Benteng Vredeburg. Bagi Kawan GNFI yang belum tahu, Benteng Vredeburg adalah museum berupa bangunan benteng yang dulunya berfungsi sebagai salah satu alat pertahanan Belanda. Di sana, Belanda memantau situasi di sekitar Keraton Yogyakarta.

Lokasinya memang sangat dekat dengan Malioboro. Bagi kawan GNFI yang berkunjung ke Malioboro, dijamin akan sangat mudah menemukan bangunan tua ini.

Maka dari itu, Benteng Vredeburg sangat layak dijadikan salah satu tempat yang dikunjungi apabila Kawan GNFI berkunjung ke Jogja. Selain sejarah panjang, bangunan tersebut juga punya kisah mistis.

Cerita Malioboro yang Awalnya Dikuasai Pedagang Tionghoa

Lokasi Benteng Vredeburg

Secara administratif, lokasi Benteng Vredeburg adalah di Jl. Margo Mulyo No.6, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Lokasinya berada di pusat kota sehingga mudah dijangkau.

Jika Kawan GNFI berkunjung ke Malioboro, keberadaan Benteng Vredeburg dijamin sangat mudah terlihat. Sebab, jaraknya tidak sampai setengah kilometer dari Malioboro.

Dari Malioboro, Kawan GNFI tinggal terus berjalan lurus ke arah selatan hingga masuk ke Jl. Ahmad Yani. Benteng Vredeburg ada di ujung jalan, berseberangan dengan Gedung Agung Yogyakarta dan Titik Nol Kilometer.

Karena lokasinya yang mudah dijangkau ini, Kawan GNFI bisa mengandalkan transportasi umum untuk mencapai Benteng Vredeburg, tak terkecuali bagi yang datang dari luar kota. Cukup naik KRL dan turun di Stasiun Tugu Yogyakarta, Kawan GNFI tinggal berjalan kaki ke Benteng Vredeburg.

Aspek Desa Wisata Indonesia dalam Jajaran 100 Destinasi Berkelanjutan Dunia

Sejarah Benteng Vredeburg

Benteng Vredeburg sudah ada sejak masa-masa awal berdirinya Kesultanan Yogyakarta. Seperti diketahui, Kesultanan Yogyakarta didirikan pada 1755 sebagai hasil dari Perjanjian Giyanti yang membagi kerajaan Mataram Islam menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta.

Setelah Kesultanan Yogyakarta berdiri, mulailah dibangun berbagai infrastuktur untuk menopang kerajaan mulai dari pasar Gedhe, masjid, alun-alun dan sebagainya. Yogyakarta pun terus berkembang pesat.

Menurut catatan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dalam laman resminya, perkembangan pesat inilah yang kemudian mendorong dibangunnya Benteng Vredeburg. Belanda mulai resah dengan berkembangnya Yogyakarta dan berkeinginan mengontrol apa yang terjadi di dalam keraton.

Belanda meminta izin kepada Sultan agar bisa membangun sebuah benteng di dekat keraton. Untuk memuluskan rencananya, Belanda memakai alasan bahwa pembangunan benteng bertujuan untuk menjaga keamanan wilayah keraton dan sekitarnya.

Sebenarnya, tujuan pembangunan benteng adalah untuk mengontrol keraton alih-alih menjaga keamanan terlihat dari bagaimana Belanda menentukan titik pembangunannya. Benteng yang dibangun Belanda sangat dekat dengan keraton sekaligus berada dalam jarak tembak meriam. Jika sewaktu-waktu Sultan dan penghuni keraton menyerang Belanda, maka Belanda bisa langsung bergerak cepat.

Pembangunan benteng dimulai pada tahun 1760. Saat itu, bangunan bentengnya masih sangat sederhana hingga pada tahun 1767 gubernur pantai utara Jawa di Semarang meminta izin kepada Sultan agar benteng tersebut dibangun lebih kuat.

Sri Sultan Hamengku Buwono I memberikan izin dan pembangunan benteng tuntas pada tahun 1787. Awalnya, benteng tersebut diberi nama Rustenburgh yang artinya “tempat istirahat”. Nama tersebut kemudian diganti menjadi Vredeburg setelah benteng dipugar akibat rusak karena gempa tahun 1867. Nama Vredeburgsendiri berarti “perdamaian.”

Seiring berjalannya waktu dan pergantian kekuasaan kolonial, kepemilikan Benteng Vredeburg turut berganti. Dari yang tadinya milik Belanda, Benteng Vredeburg sempat dikuasai oleh Inggris. Lalu saat Jepang datang ke Indonesia dan menyingkirkan Belanda, mereka juga merebut kendali atas benteng tersebut.

Setelah merdeka pada tahun 1945, Benteng Vredeburg turut dikuasai oleh Indonesia meski setelahnya sempat kembali jatuh ke tangan Belanda saat meletusnya agresi militer.

Berpuluh-puluh tahun setelahnya, tepatnya pada 1992, bangunan Benteng Vredeburg resmi menjadi museum. Peresmian ini disahkan lewat SK Mendikbud RI No. 0475/0/1992 yang diteken Menteri Pendidikan Prof. Dr. Fuad Hasan pada 23 November 1992.

Keunikkan Sate dari Jogja dan Jawa Timur, Inilah Ragam dari Pulau Jawa (Bagian 3)

Kisah Mistis Benteng Vredeburg

Benteng Vredeburg menyimpan kisah mistis. Setidaknya terdapat dua kisah mistis Benteng Vredeburg yang dikenal masyarakat dan ceritanya menyebar dan mulut ke mulut.

Di Indonesia, bangunan tua memang kerap dibalut aneka cerita-cerita horor. Di sejumlah daerah, bangunan peninggalan Belanda pun biasa memiliki kisah mengenai penampakan hantu berwujud orang Belanda, tak terkecuali di Benteng Vredeburg.

Kisah mistis Benteng Vredeburg yang pertama adalah penampakan perempuan Belanda berkaki kuda. Seperti dilansir IDN Times, perempuan Belanda berkaki kuda ini konon kerap ditemui para pengemudi becak pada tengah malam.

Ceritanya tukang becak yang lewat di depan Benteng Vredeburg bertemu perempuan Belanda dan menawarkan jasa mengantar. Si perempuan kemudian menyibak bagian bawah gaun panjangnya hingga terlihat kaki kuda di baliknya.

Kemudian ada pula kisah tentara Belanda tanpa kepala. Konon, beberapa kali ada penampakan sekelompok tentara tanpa kepala sedang berbaris di area benteng.

Karena kisah-kisah mistis ini, Benteng Vredeburg kerap dianggap sebagai tempat yang angker. Kendati demikian, ini seakan tidak menyurutkan daya tariknya sebagai salah satu destinasi wisata di Jogja.

Jangan-jangan, kisah mistis Benteng Vredeburg justru membuat penyuka uji nyali justru semakin tertarik berkunjung ke sana. Bagaimana dengan Kawan GNFI?

Gerakan Satu Juta Pohon dan Cara Pandang Soeharto Melihat Lingkungan

Tertarik ke Sana? Cek Jam Buka dan Harga Tiketnya

Kawan GNFI yang tertarik mengunjungi Benteng Vredeburg perlu memperhatikan waktu kunjungannya. Jangan sampai keliru dan salah jadwal sehingga tidak bisa masuk.

Berdasarkan informasi di laman resminya, waktu kunjungan Benteng Vredeburg adalah setiap hari kecuali Senin. Pada Selasa – Minggu, Benteng Vredeburg buka dari pukul 08.00 hingga 15.30 WIB. Sementara itu pada Jumat, jam bukanya adalah pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Perlu diingat bahwa hari Senin dan libur nasional Benteng Vredeburg tutup.

Tiket masuknya sangat terjangkau. Pengunjung dewasa hanya dikenakan biaya tiket sebesar Rp 3.000, sementara anak-anak Rp 2.000. Harga yang dikenakan akan lebih murah apabil pengunjung datang dalam rombongan. Khusus untuk pengunjung asing, harga tiketnya adalah Rp. 10.000.

Saluran Air Kuno Zaman Belanda Ditemukan dalam Proyek MRT Glodok-Kota

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini