Legenda Sumur Berbau Wangi yang Jadi Bukti Kesetian Cinta dari Banyuwangi

Legenda Sumur Berbau Wangi yang Jadi Bukti Kesetian Cinta dari Banyuwangi
info gambar utama

Banyuwangi memiliki banyak legenda yang menceritakan asal mula daerah di ujung timur Jawa ini. Salah satunya mengenai awal mula kota ini adalah kisah Pangeran Sidapaksa dan juga Putri Dewi Sri Tanjung.

Bahkan karena cerita itu, di Pendopo Sabaha Sawgata Blambangan, Banyuwangi yang merupakan rumah dinas bupati Banyuwangi saat ini, terdapat sumur tua yang diberi nama Sri Tanjung.

Dinukil dari Liputan6, masyarakat mempercayai bahwa air dari sumur itu kerap mengeluarkan bau yang harum. Sehingga dipercayai bahwa sumur itu merupakan tempat Pangeran Sidapaksa membunuh Putri Sri Tanjung karena tuduhan selingkuh.

Cerita di Balik Tari Gandrung, Identitas Budaya Khas Banyuwangi

Sumur tersebut berukuran diameter 2 meter dengan dalam sekitar 5 meter. Di dalam sumur itu tampak air yang jernih bahkan tak pernah surut meski kemarau. Di samping sumur disediakan bak untuk tempat mencuci muka.

Hal ini karena masyarakat yang datang ke sumur Sritanjung selalu membasuh muka ahar diberikan keberkahan. Tak hanya masyarakat biasa, tapi juga para pejabat selalu datang ke sumur ikonik tersebut.

“Kami membuka Pendopo setiap hari Sabtu dan Minggu untuk siapapun yang ingin melihat pendopo. Tak hanya sumur, arsitektur Pendopo khususnya bagian belakang itu kita rombak seperti bukit dengan ada ruangan ramah lingkungan tanpa lampu jika siang hari. Tentu itu salah satu bentuk upaya kita dalam melestarikan Pendopo sebagai banguan bersejarah,” papar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas pada 2020 yang dimuat Detik.

Kesetian Sri Tanjung

Kisah Sri Tanjung bermula dari seorang ksatria tampan dan gagah perkasa bernama Raden Sidapaksa. Dirinya mengabdi kepada Raja Sulakrama yang berkuasa di Negeri Sindurejo. Ketika itu Sidapaksa diminta mencari obat oleh raja.

Dirinya kemudian pergi untuk bertemu kakeknya, Bhagawan Tamba Petra yang ketika itu sedang bertapa di pegunungan. Di sana dirinya bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik bernama Sri Tanjung.

Raden Sidapaksa lantas menikahi Sri Tanjung dan membawanya ke Negeri Sindurejo. Namun Raja Sulakrama diam-diam terpesona akan kecantikan Sri Tanjung. Sang Raja kemudian menyimpan hasrat untuk merebut Sri Tanjung dari tangan suaminya.

Ini Dia! 4 Tari Tradisional dari Jawa Timur yang Populer di Mancanegara

Sang Raja kemudian memerintahkan Raden Sidapaksa ke kahyangan. Sepeninggal Sidapaksa, Sri Tanjung digoda Raja Sulakrama. Sri Tanjung menolak, tetapi Sulakrama memaksa, memeluk dan hendak memperkosanya.

Namun mendadak Sidapaksa datang dan melihat istrinya berpelukan dengan Sang Raja. Raja Sulakrama yang jahat dan licik, malah balik memfitnah Sri Tanjung dengan menuduhnya sebagai wanita sundal penggoda yang mengajaknya untuk berbuat zina.

Sidapaksa termakan hasutan sang raja, kemudian membawanya ke telaga. Dengan penuh kesedihan, Sri Tanjung bersumpah bila dirinya sampai dibunuh, jika yang keluar bukan darah, melainkan air yang harum, maka itu merupakan bukti bahwa dia tak bersalah.

Akhirnya sumpah Sri Tanjung benar, karena yang keluar bukanlah darah melainkan air yang beraroma harum. Konon air yang harum mewangi itu menjadi asal mula nama tempat tersebut yang kemudian menjadi ibu kota Kerajaan Blambangan, Banyuwangi.

Timbulkan perdebatan

Sumur Sri Tanjung masih menimbulkan perdebatan. Karena kini dianggap ada dua sumur Sri Tanjung di Banyuwangi. Kedua sumur itu pun sama-sama dikaitkan dengan cerita Sri Tanjung yang dibunuh oleh Sidapaksa.

Budayawan Banyuwangi, Aekanu Hariyono menjelaskan bahwa lokasi Sumur Sri Tanjung yang asli memang menjadi perdebatan. Namun jika melihat sifat air yang mengalir melalui kapiler, dua sumur itu mengandung air yang sama.

“Bisa jadi air yang ada di Sumur Sri Tanjung di dalam pendopo mengalir ke luar pendopo. Atau pun juga sebaliknya,” ujarnya yang dipaparkan oleh Detik.

Pesona 1000 Gandrung Banyuwangi yang Berhasil Getarkan Wisatawan Asing!

Disebutkan jarak antara sumur di dalam pendopo dan di luar pendopo itu tidak lebih dari 50 meter. Air itu, jelasnya bisa mengalir ke mana-mana, bahkan bisa juga sampai ke taman Sri Tanjung juga.

Apalagi, sumber mata air tersebut dipercaya sebagai bagian dari keputren atau pemandian para putri. Sebab, lokasinya dekat dengan Pendopo Banyuwangi. Aekanu mengaku selama menjadi guide tidak menyarankan membawa air dari sumur Sri Tanjung.

“Sata tidak menganjurkan untuk membawa air itu dengan botol atau menganggap mujarab. Karena doa terkabul hanya dari Tuhan. Tidak dengan media yang seperti ini,” lanjutnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini