Batik Madura, Keindahan Motif yang Menandai Kerinduan Istri Pelaut

Batik Madura, Keindahan Motif yang Menandai Kerinduan Istri Pelaut
info gambar utama

Batik Madura dengan batik Tanjung Bumi di Bangkalan berbeda dengan batik dari kabupaten lain di pulau Madura, salah satunya dari keunikan motif dan juga warna khas pesisir yakni merah, hijau dan biru.

Semua pembatik di Tanjung Bumi adalah perempuan yang umumnya memang istri pelaut. Dari kerinduan tersebut tertoreh motif-motif klasik batik. Hal inilah yang dilakukan oleh Raudah saat menanti suaminya dengan berkreasi menggunakan canting ditangannya.

Salah satu motif yang paling populer adalah tase’malajhe bisa diterjemahkan melaut. Pada motif tase’malajhe, pembatik Tanjung Bumi melukis kelok-kelok seumpama ombak kecil di laut tenang.

Menilik Kemeriahan Arisan dalam Tradisi Sandur Khas Bangkalan Madura

“Lewat ombak halus pada tase’malajhe, istri pelaut berharap tak ada ombak besar yang bakal membahayakan,” tulis Mawar Kusuma dan Aryo Wisanggeni G dalam Selisik Batik Madura: Liputan “Ombak Rindu” Batik yang dimuat Kompas.

Disebutkan doa sekaligus kerinduan pada selembar batik tase’malajhe ini berpadu dengan warna kuat dan tegas. Di antara ombak tase’malajhe, jelasnya para istri pelaut juga menorehkan hiasan bunga dengan latar motif kuno gringsing.

Motif sentuhan laut

Selain motif tase’malajhe, Tanjung Bumi memang kaya dengan sentuhan laut, seperti pacar cina. Bunga pacar cina yang dahulu bisa dijumpai di pantai sudah punah, tetapi motifnya masih bisa dijumpai di dalam batik.

Ada juga motif lorjuk yang diadaptasi dari binatang laut lorjuk yang serupa kerang, sedangkan motif lemar menghadirkan gambar realis kapal. Kecintaan pada laut juga tampak dari rumah tradisional Madura yang menghadap ke laut.

Kurt Stenross dalam buku Madurese Seafarers menyebut pentingnya peran perdagangan kayu dan ternak sebagai produk ekspor utama bagi eksistensi armada perahu tradisional di Pelabuhan Telaga Biru, Tanjung Bumi.

Dari Toko Kelontong, Berderet Rumah Megah Berdiri di Tanah Madura

“Masa keemasan perdagangan kayu dan ternak di Telaga Biru itu berakhir pada 2002 ketika perdagangan kayu dibatasi karena banyaknya kayu ilegal,” paparnya.

Kejayaan maritim masa lalu masih terlihat dari bekas gudang serta rumah megah dengan dinding tebal putih menjulang tinggi yang mulai memudar di Tanjung Bumi, serupa kota tua pesisir kayu yang ditinggalkan.

Teknik kuno

Penggunaan teknik kuno batik masih bisa dijumpai di Tanjung Bumi, ketua Komunitas Batik Jawa Timur yang juga dosen di Universitas Petra Surabaya, Lintu Tulistyantoro menyebut teknik permainan malam yang menghasilkan garis-garis warna halus sebagai teknik duri.

“Munculnya garis halus itu lebih karena permainan malam, bukan karena kehalusan canting,” paparnya.

Selain di Tanjung Bumi, terdapat teknik kuno duri hanya dijumpai di Tuban dan Cirebon yang juga memiliki pelabuhan besar. Teknik duri ini merupakan warisan kuno, sebab dulu belum kenal dengan teknologi cantring.

Gili Labak, Keindahan Pulau Surgawi di Kabupaten Sumenep Madura

Para pembatik Tanjung Bumi adalah nelayan sehingga motif yang muncul bervariasi karena persentuhan lebih banyak dengan dunia luar. Hal ini berbeda dengan batik pedalaman yang pembatiknya didominasi petani.

Selain itu pembatik Tanjung Bimi memiliki kemewahan waktu sehingga tak dijadikan sambilan, namun sebagai tumpuan utama. Batik halus dikerjakan minimal enam bulan, sehingga para pembatik punya harga tawar tinggi.

“Kadang batik masih separuh jadi sudah dikembalikan kepada saya dan harus dibayar karena pembatiknya mau ke Malaysia. Pembatik bisa seenaknya. Kalau kita enggak mau terima, mau ke mana kita? Saya punya tangan-tangan khusus semua,” katanya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini