Stasiun Medan, Susur Jalur Kereta Penanda Kejayaan Tembakau dari Deli

Stasiun Medan, Susur Jalur Kereta Penanda Kejayaan Tembakau dari Deli
info gambar utama

Stasiun Kereta Api Kota Medan berada di antara alun-alun dan mal tersebut. Stasiun Kereta Api tersebut merupakan penanda kemajuan Sumatra Utara, khususnya Medan. Hal ini karena peran penting kereta api pada masa lalu.

Dalam catatan sejarah, Stasiun Medan sendiri diresmikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda yaitu 25 Juli 1886. Pertama kali jalur itu menghubungkan Stasiun Medan dan Stasiun Labuhan sepanjang 16,7 kilometer.

Pada mulanya kereta api di Sumatra Utara dijalankan perusahaan swasta Belanda, Deli Spoorweg Maatschappij (DSM), pada 1886. Rintisan pertama dari Medan ke Pelabuhan Belawan untuk membawa hasil bumi, terutama tembakau dari Deli Serdang.

15 Oleh-Oleh Khas Medan Incaran Wisatawan Cocok untuk Semua Usia

“Jenis tembakau ini dikenal yang terbaik di dunia untuk pembungkus cerutu,” tulis Nawa Tunggal dalam Susur Rel: Wajah Perkeretaapian Medan yang dimuat Kompas.

Beberapa stasiun yang dilintasi Stasiun Medan ke Pelabuhan Belawan, yaitu Glugur, Pulubrayan, Mabar, Titi Papan, Kampung Besar, Labuhan, Belawan, Pasar Belawan, dan berakhir di Pelabuhan Belawan.

“Pertama kalinya, jalur Medan-Belawan ini sangat ramai. Jalur kereta apinya tidak hanya satu seperti sekarang,” kata Ketua Komunitas Pecinta Kereta Api, Divre Railfans, Gregorius Widya.

Bantuan orang kaya Medan

Nawa mengungkapkan bahwa pembangunan jalur di kawasan itu dipicu kebutuhan untuk mengekspor hasil-hasil perkebunan di Deli. JT Cremer, manajer perusahaan perkebunan Deli menjadi penganjur agar dibangunan kereta api di kawasan itu.

Pada masa itu Belawan juga semakin berkembang sebagai pelabuhan menggantikan Labuhan yang sering diterpa banjir dari Sungai Deli. Jalur pertama dibangun dari Labuhan ke Medan dan diresmikan pada 25 Juli 1886.

Perkembangan jaringan kereta api di Sumatra Utara berlangsung cepat, di antaranya berkat dukungan donasi tokoh paling kaya di Medan waktu itu, Tjong A Fie. Pada 1888, dari Belawan melalui Medan sudah terhubungkan dengan jaringan kereta api ke Deli dan Binjai.

Keberkahan Tembakau Deli yang Jadikan Kota Medan Beraroma Eropa

Pada tahun 1904, jaringan rel terhubung ke Lubuk Pakam dan Bangun Purba yang langsung dapat digunakan. Pada 1916, dibangun jaringan kereta api dari Medan ke Siantar. Daerah Siantar pada waktu itu dikenal dengan hasil perkebunan teh.

Jaringan kereta api lain pada 1929 sampai 1937 dilanjutkan dari Kisaran sampai Rantau Prapat. Jaringan kereta api dari wilayah Sumatra Utara ke Aceh juga direalisasikan pada masa pemerintah Hindia Belanda.

Arsitektur bangunan

Arsitektur Stasiun Medan telah mengalami perombakan total dari bentuk aslinya. Hingga kini stasiun ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Renovasi besar terakhir dilakukan pada tahun 2013 dengan dibangunnya gedung baru.

Hal yang tersisa dari kompleks bangunan stasiun lama adalah adanya menara jam di bagian muka stasiun, keberadaan dipo lokomotif yang masih berarsitektur Belanda, bagian atap peron yang menaui jalur 2 dan 3, serta jembatan gantung.

Ada tiga pintu masuk atau keluar, yaitu sisi Lapangan Merdeka merupakan pintu masuk atau keluar untuk layanan kereta api nonbandara. Pintu lainnya yakni sisi Lapangan Merdeka merupakan pintu masuk atau keluar untuk layanan kereta bandara. Sisi ketiga, sisi Jalan Jawa atau Mall Centre Point merupakan pintu keluar untuk layanan kereta bandara.

Sejarah Kelam Perbudakan di Perkebunan Medan pada Era Belanda

Stasiun ini awalnya memiliki sembilan jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus arah Binjai, sedangkan jalur 2 merupakan sepur lurus arah Pulu Brayan/Belawan. Setelah dibangunnya rel layang baru yang memakan jalur 6 dan 7, otomatis jumlah jalur stasiun kereta api ini berkurang menjadi tujuh. Begitu proyek rel layang baru ini selesai, jumlah jalurnya kembali menjadi sembilan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini