Mengenal Museum Tekstil: Lokasi, Sejarah, Koleksi, hingga Jam Bukanya

Mengenal Museum Tekstil: Lokasi, Sejarah, Koleksi, hingga Jam Bukanya
info gambar utama

Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budayanya. Dari Sabang sampai Merauke, kita dapat melihat banyak budaya sebagai karya manusia dengan karakter dan ciri khasnya masing-masing.

Salah satu bentuk budaya yang beragam itu adalah tekstil. Ya, setiap daerah di Indonesia punya kain khasnya masing-masing. Ciri khas yang melekat di setiap kain pun beragam, mulai dari motif, bahan, cara pembuatan, dan yang lainnya.

Oleh karena itu, mengenal aneka tekstil dari berbagai penjuru Indonesia pun bisa jadi hal yang menarik. Bukan tak mungkin pula, muncul pertanyaan tentang di mana kita bisa belajar tentang kekayaan dan keragaman tekstil Indonesia tersebut?

Jawabannya mudah saja: Museum Tekstil. Sesuai namanya, Museum Tekstil memamerkan koleksi kain dari berbagai daerah di Indonesia yang tentunya keindahannya bisa dinikmati siapapun yang berkunjung ke sana.

Peradaban Para Leluhur untuk Menghadapi Alam di Candi Ratu Boko

Ada Apa di Museum Tekstil?

Sesuai namanya, Museum Tekstil adalah museum yang memamerkan koleksi aneka kain dari berbagai penjuru Indonesia. Kain-kain tersebut bisa dibilang adalah gambaran tentang betapa kayanya budaya tekstil Indonesia.

Selain koleksi kain, Museum Tekstil juga punya koleksi alat-alat untuk membuat kain. Dengan demikian, pengunjung tidak hanya diajak melihat kain yang sudah jadi, melainkan juga bagaimana kain itu dibuat dengan berbagai metode dan alat.

Berdasarkan data laman Direktori Wisata, Museum Tekstil memiliki sekitar 2.350 koleksi. Adapun rinciannya adalah 886 koleksi kain batik, 819 koleksi kain tenun, 425 koleksi campuran, serta 150 koleksi busana dan tekstil kontemporer. Untuk koleksi peralatan, jumlahnya mencapai 70 koleksi.

Tak hanya koleksi kain, Museum Tekstil juga punya koleksi aneka tanaman. Bukan sembarang tanaman, itu adalah tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami untuk kain. Tanaman-tanaman tersebut ditanam di lahan khusus bernama Taman Pewarna Alam.

Museum Tekstil juga biasa menggelar kegiatan menarik yang bisa diikuti pengunjung. Salah satu kegiatan tersebut adalah belajar membatik. Di sana, pengunjung akan diajarkan cara menggambar pola batik di atas permukaan kain dengan menggunakan lilin panas lalu dicelupkan ke pewarna.

Uniknya Desa Wisata Limbo Wolio, Punya Benteng Terluas di Dunia

Lokasi Museum Tekstil

Museum Tekstil terletak di Jakarta, tepatnya di Jl. K.S. Tubun No.2-4, RT.4/RW.2, Kota Bambu Sel., Kec. Palmerah, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11420.

Museum ini terletak di dekat jantung Kota Jakarta. Oleh karena itu, mencapai ke sana bisa dibilang tak sulit. Apalagi, transportasi umum yang tersedia cukup memadai untuk bisa sampai ke sana.

Menariknya lagi, lokasi Museum Tekstil sangat dekat dengan Pasar Tanah Abang. Seperti diketahui, Pasar Tanah Abang merupakan pusat perdagangan tekstil yang sangat ramai. Bahkan Pasar Tanah Abang disebut sebagai pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara.

Untuk mencapai Museum Tekstil sangatlah mudah. Letaknya yang berada di Tanah Abang membuatnua bisa dijangkau baik itu dengan transportasi umum maupun pribadi.

Jika menggunakan transportasi umum, pilihan terbaik untuk pergi ke sana sudah tentu adalah dengan kereta Commuter Line. Pengunjung tinggal turun di Stasiun Tanah Abang lalu berjalan kaki menuju ke sana melalui Jl. KS Tubun. Tidak jauh, hanya sekitar setengah kilometer.

Rute dari Stasiun Tanah Abang ke Museum Tekstil juga mudah ditempuh. Dari stasiun, pengunjung tinggal berjalan ke selatan, lalu menyeberangi sungai dengan jembatan dan berjalan sedikit lagi untuk sampai ke Museum Tekstil.

Untuk diketahui, Stasiun Tanah Abang melayani Commuterline untuk jalur arah Bekasi dan Cikarang serta Serpong dan Rangkasbitung. Penumpang yang menaiki kereta jalur lain perlu transit terlebih dahulu ke kereta yang menuju Stasiun Tanah Abang.

Candi Abang, Tempat Bermukim Para Dewa yang Layaknya Bukit Teletubbies

Sejarah Museum Tekstil

Bangunan Museum Tekstil adalah gedung tua peninggalan era kolonial Belanda. Dari tampak luarnya saja, sudah terlihat jelas jika gedungnya mengusung gaya arsitektur ala Eropa yang disesuaikan dengan iklim tropis.

Karena usia bangunannya yang tua pula gedung Museum Tekstil punya sejarah yang panjang. Ternyata, gedungnya sudah eksis sejak abad ke-19.

Laman resmi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta mencatat bahwa awalnya ternyata gedung yang kini menjadi Museum Tekstil adalah rumah milik pribadi. Pemiliknya adalah seorang warga negara Prancis yang mana kemudian gedung itu mengalami peralihan kepemilikan serta pergantian fungsi dari masa ke masa.

Setelah dibangun pada abad ke-19 dan menjadi rumah pribadi warga negara Prancis, gedung dibeli oleh seorang diplomat bernama Abdul Azis Almussawi Al Katiri yang menjabat sebagai Konsul Turki. Saat itu, ia memang sedang menetap di Indonesia.

Gedung mengalami peralihan kepemilikan lagi pada tahun 1942. Saat itu, Abdul Azis Almussawi Al Katiri menjualnya kepada Dr. Karel Christian Cruq.

Memasuki masa perjuangan hingga setelah Indonesia merdeka, lagi-lagi kepemilikan gedung ini berganti. Saat perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia sedang bergelora, gedung ini dijadikan markas bagi pasukan Barisan Keamanan Rakyat (BKR).

Setelah Indonesia merdeka dan berdiri sebagai negara berdaulat. Gedung tentu saja tidak lagi digunakan oleh BKR. Pada tahun 1947, gedung ditinggali oleh orang bernama Lie Sion Pin. Baru pada tahun 1952, gedung resmi menjadi milik Pemerintah Indonesia.

Namun perlu diketahui, gedung tidak langsung dijadikan museum setelah kepemilikannya resmi berpindah tangan ke pemerintah Indonesia. Pada tahun 1952, Departemen Sosial membeli gedungnya dan status kepemilikannya dipegang selama sekitar 23 tahun.

Pada tanggal 25 Oktober 1975, Departemen Sosial resmi menyerahkan kepemilikan gedung kepada Pemda DKI Jakarta. Pada tahun berikutnya, tepatnya tanggal 28 Juni 1976, barulah gedung ini digunakan sebagai Museum Tekstil di mana peresmiannya dilakukan oleh Ibu Tien Soeharto.

Bukan tanpa sebab juga gedung tua di Tanah Abang ini akhirnya diputuskan menjadi Museum Tekstil. Ternyata, gagasan pendirian museum memang sudah muncul pada era 1970-an.

Menurut catatan laman museumindonesia.org, kala itu, ada kalangan yang khawatir bahwa maraknya tekstil modern akan menggeser tekstil tradisional nusantara. Gagasan pentingnya menjaga eksistensi tekstil tradisional kemudian disambut positif oleh Ali Sadikin selaku Gubernur DKI Jakarta dengan menyediakan tempat bagi museum yang menyimpan koleksi tekstil dari seluruh penjuru Indonesia.

Berkenalan dengan Museum Tertua di Indonesia yang Berdiri Sejak Tahun 1890

Jadwal Buka Museum Tekstil

Berminat mengunjungi Museum Tekstil? Jangan lupa perhatikan jadwal bukanya agar tak salah!

Museum Tekstil buka 6 hari seminggu, yakni pada hari Selasa hingga Minggu. Khusus hari Senin, Museum Tekstil selalu tutup. Perlu diperhatikan juga bahwa Museum Tekstil selalu tutup saat hari besar keagamaan.

Setiap buka, Museum Tekstil dapat dikunjungi pada pukul 09.00 hingga 16.00. Selama masa pandemi, museum tutup lebih awal yakni pada pukul 15.00. Jangan sampai keliru agar tak malah datang di luar jam buka!

Harga tiket Museum Tekstil sangat terjangkau. Untuk dewasa, tiketnya hanya Rp5000, lalu untuk mahasiswa Rp3000, dan anak-anak atau pelajar hanya Rp2000.



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini