Mengenal Aksara Sunda dari Sejarah dan Jenisnya secara Lengkap

Mengenal Aksara Sunda dari Sejarah dan Jenisnya secara Lengkap
info gambar utama

Siapa nih pembaca yang berasal dari tanah Sunda dan sekitarnya? Pasti paham dong kalo dalam hidup sehari-hari kita menggunakan bahasa Sunda dalam berkomunikasi secara verbal maupun tulisan. Nah, dalam bahasa Sunda, standar kepenulisan itu disebut Aksara Sunda.

Aksara Sunda menjadi salah satu kebudayaan dari Sunda atau khusunya yang berada di wilayah sekitaran Jawa Barat yang hingga saat ini harus kita lestarikan bersama.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemenristekdikbud) melalui Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat terus melakukan upaya revitalisasi bahasa daerah, dalam hal ini bahasa Sunda. Revitalisasi bahasa daerah ini sangat penting agar tidak terjadi kepunahan baik secara bahasa maupun secara aksara. Dan juga agar generasi yang akan datang tetap mengetahui keragaman budaya yang ada di Indonesia.

Mempelajari aksara Sunda tidak hanya bisa dilakukan di sekolah formal saja, tetapi bisa juga dari artikel-artikel yang tersebar dan dapat dibaca di internet. Yuk, mengenal aksara Sunda secara lengkap.

Sejarah Aksara Sunda

Sejak sekitar abad ke-5 Masehi pada masa kerajaan Tarumanegara, masyarakat di wilayah Sunda diketahui sudah memiliki kecakapan dalam tulis-menulis. Menurut beberapa sumber, hal ini dikuatkan dengan ditemukannya prasasti-prasasti yang sering dibicarakan oleh Kern (1917) dalam bukunya yang berjudul Versvreide Beschriften; Inschripties Van Den Indischen Archipel.

Perubahan mulai terjadi ketika memasuki masa kolonial. Kondisi tersebut memaksa masyarakat Sunda untuk meninggalkan penggunaan Aksara Sunda Kuno karena meluasnya pengaruh Mataram Islam ke dalam wilayah Priangan (kecuali wilayah Cirebon dan Banten).

Hal tersebut semakin didukung kuat dengan keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintahan kolonial melalui surat resminya tertanggal 3 November 1705 yang mewajibkan penggunaan aksara latin, arab gundul (pegon) dan aksara Jawa modifikasi (cacarakan) sebagai aksara resmi yang digunakan di wilayah Sunda dalam kegiatan surat menyurat.

Dari perubahan ini lah yang menyebabkan adanya beberapa modifikasi pada Aksara Sunda Kuno yang sudah lebih dahulu digunakan dan disesuaikan dengan kebutuhannya. Abad XX menjadi salah satu titik balik akan kesadaran masyarakat untuk mejadikan Aksara Sunda sebagai indentitas masyarakat Sunda.

Untuk menjaga peninggalan kebudayaannya agar tidak punah, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menetapkan Perda No. 6 tahun 1996 tentang Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda yang kelak digantikan oleh Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah kemudian digantikan dengan Perda No. 14 Tahun 2014.

Baca juga: Bahasa Sunda dan Urgensi Perlindungan Bahasa Daerah

Mengenal Aksara Sunda

Aksara Sunda adalah sistem penulisan yang dipergunakan dalam penulisan bahasa Sunda. Aksara Sunda sendiri mengacu kepada 3 hal:

1. Aksara Sunda Kuno

Aksara Sunda Kuno merupakan aksara yang dikenal dengan ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮥᮠᮥᮔ᮪, atau Aksara Sunda Buhun yang merupakan sistem penulisan yang berkembang di Jawa Barat pada abad 14 sampai abad 18.

Aksara ini awalnya digunakan untuk penulisan bahasa Sunda Kuno. Aksara Sunda Kuno menjadi pengembangan dari aksara Pallawa yang sudah dimodifikasi kekhasan bentuknya sebagaimana yang digunakan pada naskah Lontar di abad ke-16.

Aksara Sunda Kuno merupakan bentuk yang paling awal. Kawan bisa mengamatinya lewat berbagai prasasti di Astana Gede, Kab. Ciamis atau ukiran Prasasti Kebantenan di Jatiasih, Bekasi.

Aksara Sunda Kuno sebenarnya memiliki kesamaan dengan Aksara Sunda Baku, meski tidak sepenuhnya sama. Aksara Sunda Baku merupakan modifikasi dari Aksara Sunda Kuno dengan beberapa penyesuaian dan bisa digunakan dalam Bahasa Sunda kontemporer. Misalnya:

  • Tambahan huruf dalam bahasa Sunda kontemporer (contoh: tambahan huruf va dan fa)
  • Perubahan bentuk huruf (contoh: huruf na dan ma).
  • Pengurangan huruf (contoh: re pepet dan le pepet)
Aksara Sunda Kuno © Wikipedia
info gambar
Perbandingan bentuk huruf antara Aksara Jawa Kuno, Aksara Sunda Kuno, dan Aksara Sunda Baku.
info gambar

2. Aksara Sunda Baku

Aksara Sunda dasar.svg
info gambar

Aksara Sunda Baku adalah penulisan yang digunakan dalam penulisan Bahasa Sunda kontemporer yang sudah disesuaikan dari Aksara Sunda Kuno. Aksara Sunda Baku juga dikenal sebagai Aksara Sunda yang digunakan dalam banyak acara kebudayaan di wilayah Jawa Barat.

JIka Kawan pernah berjalan-jalan di berbagai kabupaten atau kota-kota di Jawa Barat, tentu tak asing dengan aksara yang digunakan. Selain dipakai untuk nama jalan, aksara Sunda Baku juga diajarkan di sekolah-sekolah untuk materi muatan lokal bersama dengan pelajaran bahasa Sunda.

Aksara Sunda Baku sendiri memiliki 32 aksara dasar yang terbagi atas:

  • 7 aksara swara, mencakup:a, é, i, o, u, e, dan eu
  • 23 aksara ngalagena, mencakup: ka-ga-nga, ca-ja-nya, ta-da-na, pa-ba-ma, ya-ra-la, wa-sa-ha, fa-va-qa-xa-za.

3. Cacarakan

Ngalagena or Consonants in Cacarakan Script.svg
info gambar

Cacarakan merupakan sebutan untuk aksara Jawa yang dimodifikasi dan digunakan pada abad ke-18 sampai awal abad ke-20 untuk menuliskan bahasa Sunda dialek Priangan yang wilayahnya berada di bekas keresidenan Priangan.

Meskipun saat ini Cacarakan sudah tidak digunakan dan sudah tergantikan oleh aksara Sunda Baku, keberadaannya pada masa itu cukup membantu para warga masyarakat Sunda Priangan untuk berkomunikasi.

Adapun perbedaan antara Cacarakan dalam Sunda dan Carakan dalam Jawa, yaitu:

  • Vokal [ɨ] ditulis sebagai◌ꦼꦴ atau◌ꦼꦵ, yang disebut sebagai paneuleung dalam Cacarakan (vokal ini tidak terdapat dalam Carakan).
  • Vokal Mandiri yang terdapat di awal kata dalam Cacarakan ditulis dengan aksara sora (bahasa Jawa: aksara swara). Misalnya dalam Carakan, untuk menuliskan kata aksara, dapat diwakili dengan huruf /ha/ menjadi /haksara/ walaupun tetap dibaca sebagai aksara, sedangkan dalam Cacarakan tidak mengalami perubahan sehingga tetap ditulis sebagai /aksara/ untuk dibaca sebagai aksara.
  • Vokal Mandiri [i] ditulis sebagaiꦄꦶ dalam Cacarakan. Meskipun, bisa juga ditulis sebagaimana vokal i dalam aksara Carakan pada umumnya.
  • Konsonan [ɲ] ditulis sebagaiꦤꦾ untuk ngalagéna yang berdiri sendiri, sedangkan untuk pasangan diakritik ditulis sebagai◌꧀ꦚ. Aksaraꦚ dalam Carakan tidak digunakan dalam Cacarakan.

Tak hanya itu, Cacarakan Sunda hanya memiliki 18 huruf konsonan (tanpa aksara dha dan tha ) sedangkan Carakan Jawa memiliki 20 huruf konsonan.

Baca juga: Bahasa Sunda Di Persimpangan Zaman

Jenis Aksara Sunda Lengkap

Sebelum kita mempelajari Aksara Sunda, ada baiknya kita mengetahui jenis-jenisnya secara lengkap ya.

Aksara Sunda secara umum memiliki 5 jenis, yaitu:

1. Aksara Ngalagena

Aksara ini merupakan lambang-lambang bunyi dari fenom konsonan yang juga dikenal dengan aksara konsonan.

Ada 25 huruf yang masuk ke dalam bagian Aksara Ngalagena seperti ka, ga, nga, ca, ja, nya, ta, da, na, pa, ba, ma, ya, ra, la, wa, sa, ha, fa, va, qa, xa, za, kha, dan sya. Jika diperhatikan lebih lanjut, aksara ini memiliki bunyi vokal a. Untuk aksara fa, va, qa, xa, kha, sya, dan za sendiri merupakan huruf serapan.

Aksara Ngalagena untuk bahasa Sunda © Wikipedia
info gambar

2. Aksara Swara

Jika Aksara Ngalagena adalah aksara konsonan, maka Aksara Swara ini adalah aksara vokal yang memiliki serapan bunyi vokal yang bisa berada di awal, tengah, atau akhir kalimat.

Aksara Swara memiliki 7 buah huruf yaitu a, i, u, é, o, e, dan eu.

Aksara Swara untuk bahasa Sunda © Wikipedia
info gambar

3. Aksara Pangwilang

Aksara Sunda selanjutnya adalah aksara untuk menunjukkan aksara angka Sunda. Aksara Pangwilang memiliki sepuluh angka, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 0.

Sistem penulisan angkanya juga tak jauh beda dari penulisan angka pada umumnya yang ditulis dari arah kiri ke arah kanan. Tetapi, pembedanya adalah jika angka tersebut berjumlah puluhan dan ratusan yang dibaca dari kanan ke kiri layaknya membaca huruf Arab.

SundaLatinBahasa Sunda
Sundanese digit 0.png0enol
Sundanese digit 1.png1hiji
Sundanese digit 2.png2dua
Sundanese digit 3.png3tilu
Sundanese digit 4.png4opat
Sundanese digit 5.png5lima
Sundanese digit 6.png6genep
Sundanese digit 7.png7tujuh
Sundanese digit 8.png8dalapan
Sundanese digit 9.png9salapan

Tabel angka dalam bahasa Sunda © Wikipedia

4. Aksara Rarangken

Aksara selanjutnya adalah Rarangken yang menjadi aksara pendamping dan pelengkap dari Aksara Ngalagena. Aksara Rarangken juga terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:

  • Rarangken di atas huruf

Vokalisasi yang ditulis di atas lambang aksara dasar dan hanya memiliki 5 seperti Panghulu: mengubah ‘a’ menjadi i (ka menjadi ki), Pamepet: mengubah ‘a’ menjadi e (ka menjadi ke), Paneuleung: mengubah ‘a’ menjadi eu (ka menjadi keu), Panglayar: menambah 'r' di akhir suku kata (ka menjadi kar), Panyecek: menambah 'ng' di akhir suku kata (ka menjadi kang).

  • Rarangken di bawah huruf

Vokalisasi huruf yang ditulis di bawah lambang aksara dasar dan hanya berjumlah 3, yaitu Panyuku: mengubah ‘a’ menjadi u (ka menjadi ku), Panyakra: menambah 'r' di tengah suku kata (ka menjadi kra), Panyiku: menambah 'l' di tengah suku kata (ka menjadi kla).

  • Rarangken sejajar dengan huruf

Aksara ini ditulis sejajar dengan aksara dasar yaitu Patén atau Pamaéh: memutus huruf 'a' dalam suku kata (ka menjadi k), Panéléng: mengubah ‘a’ menjadi é (ka menjadi ké), Panolong: mengubah ‘a’ menjadi o (ka menjadi ko), Pangwisad: menambah 'h' di akhir suku kata (ka menjadi kah), Pamingkal: menambah 'y' di tengah suku kata (ka menjadi kya).

5. Aksara Tanda Baca

Aksara ini digunakan untuk melengkapi aksara-aksara Sunda lainnya yang digunakan salam suatu kalimat maupun paragraf. Penggunaan aksara tanda baca ini juga tidak jauh beda dengan aksara tanda baca yang digunakan di dalam penulisan Bahasa Indonesia yang terdiri dari koma, titik, titik dua, tanda seru, tanda tanya, tanda kutip, dan sebagainya. Dalam penggunaannya, aksara tanda baca ini dapat menyesuaikan fisik dari Aksara Sunda.

Baca juga: 100+ Kosakata Bahasa Sunda Sehari-Hari untuk Pemula

sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Sunda_Baku

https://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Sunda_Kuno

https://id.wikipedia.org/wiki/Cacarakan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nasuha Ali lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nasuha Ali. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

NA
RP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini