Piala Dunia U20, FIFA Standar Dua?

Piala Dunia U20, FIFA Standar Dua?
info gambar utama

Pada tahun 2019 melalui proses bidding Indonesia didaulat menjadi tuan rumah dalam event akbar FIFA Piala Dunia U20. Sedianya event ini dilaksanakan pada tahun 2021, tetapi karena pandemi covid 19 akhirnya ditunda dan akan dilaksanakan pada Mei-Juni 2023.

Sebelum Piala Dunia U20 ini bergulir, terlebih dahulu diawali dengan kualifikasi masing-masing zona. Pada aturannya, 4 negara semi finalis berhak mengikuti pesta akbar sepak bola yang akan berlangsung di Indonesia.

Dalam prosesnya, Israel menjadi Runner up setelah kalah dari Inggris melalui zona eropa. Dengan demikian Israel berhak tampil di Indonesia.

Keberadaan Israel sebagai salah satu peserta Piala Dunia U20 2023 menimbulkan polemik di Indonesia.

Sebut saja misalnya, Gubernur Bali melalui surat yang ditujukan kepada menpora atas penolakan Timnas Israel bermain di Bali. Ganjar Pranowo, Gubernur Jateng dengan prinsip ideologi partainya dan beberapa ormas Islam lainnya memiliki sikap yang sama.

Dinamika tersebut mengakibatkan drawing Piala Dunia U20 2023 yang awalnya akan diselenggarakan di Bali pada Jumat (31/03/2023) dibatalkan oleh FIFA yang sekaligus berujung status Indonesia sebagai host resmi dicabut.

Sebenarnya, FIFA dalam suratnya tidak menyebutkan secara spesifik alasan pembatalannya. Namun, di antaranya diduga karena pro kontra partisipasi Israel.

Kisah 5 Legenda Sepak Bola Indonesia dalam Film Pendek FIFA | Video GNFI
Bermain Bola | Foto: Ist
info gambar

Kawan masih ingat betul bagaimana Timnas Rusia didiskualifikasi oleh FIFA pada Event (kualifikasi) Piala Dunia tahun lalu di Qatar. Di antara alasannya adalah tindakan politik Rusia terhadap Ukraina yang mencederai nilai-nilai kemanusiaan.

Di saat yang sama FIFA tak berkutik melakukan hal yang sama terhadap Timnas Israel. Padahal faktanya perlakuan Israel pada Palestina jauh lebih biadab dan tidak manusiawi.

Dalam sejarahnya, pada tahun 1962 Indonesia juga pernah menolak partisipasi Israel pada Asian Games IV. Pada waktu itu Presiden Soekarno menolak keterlibatan Israel dalam event tersebut.

Banyak yang berkomentar dan menyebut bahwa FIFA memiliki standar ganda dalam menerapkan aturan. Mengapa perlakukan FIFA ke negara yang satu berbeda dengan yang lain?

Netizen juga ramai-ramai dengan membandingkan kehadiran Parlemen Israel dalam Inter Parlementary Union di Bali (2022). Lalu, Atlet Badminton Misha Zelbirman Kejuaraan Dunia di Istora Senayan (2015). Yuval Shemla atlet panjat tebing kejuaraan dunia di Jakarta Medio September 2022. Mikhail Yakolev lintasan Velodrome Jakarta dalam kejuaraan dunia UCI Track Nations Cup 2023 (CNN INDONESIA, 2023).

Lagu Resmi Piala Dunia U20 2023, Kolaborasi Weird Genius dan Jebolan Indonesian Idol

Mengapa baru sekarang di permasalahkan? Mengapa perlakuannya berbeda-beda? Mengapa bisa demikian?

Jika diperhatikan standar dan berbagai pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Maka, semua uraian di atas tidak lepas dari peristiwa sejarah. Membandingkan realita masa lalu dengan fakta kejadian hari ini.

Agar mudah memahaminya, saya coba uraikan kembali. FIFA membatalkan Rusia ikut kualifikasi Pildun Qatar adalah fakta. Timnas Israel lolos Pildun U20 adalah fakta. Parlemen dan Atlet Israel menginjakkan kakiknya di Indonesia adalah fakta. Soekarno menolak Israel di Asian Games IV adalah Fakta. Ada perlakuan yang berbeda masa lalu dengan realitas sekarang, Itulah peristiwa sejarahnya.

Rasanya tidak adilkan? Ketika ada penerapan aturan yang berbeda; standar ganda, pilih-pilih, dan lain sebagainya. Ini adalah konsekuensi ketika meletakkan sejarah sebagai sumber hukum/aturan.

3 Bola Buatan Indonesia dalam Ajang Piala Dunia | Video GNFI

Karena hakikatnya peristiwa sejarah selalu dipengaruhi oleh situasi politik di setiap zaman. Baik dengan mendukung subjek tertentu di masa penulisan dan kekuasaannya atau menentang subjek tersebut pada masa sesudahnya. Maka muncullah istilah sejarah ditulis oleh para pemenang di masanya.

Sehingga sikap terbaik dalam memahami sebuah fakta adalah kaitkanlah dengan sumber hukumnya bukan dengan peristiwanya. Karena ketika fakta dihukumi dengan realitas masa lalu, maka hanya akan menghadirkan pro dan kontra yang tidak berkesudahan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AL
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini