Jejak Charlie Chaplin yang Terekam Ketika Berkunjung ke Garut

Jejak Charlie Chaplin yang Terekam Ketika Berkunjung ke Garut
info gambar utama

Komedian tenar Charlie Chaplin pernah turun di Stasiun Cibatu, Garut, Jawa Barat pada 1927 dan 1935. Dirinya sangat menikmati keindahan alam di kota Garut yang ketika itu disebut Switzerland van Java.

Terletak di ketinggian 612 meter di atas permukaan laut, Stasiun Cibatu terasa sejuk karena berlingkung bukit dan gunung. Sementara di sebelah barat tampak Gunung Guntur yang ketika itu puncaknya diselimuti mega putih.

Di Garut, Nasi Liwet Bukanlah Sekedar Makanan

“Sebuah panorama yang mirip lukisan di kiri kanan, sejauh mata memandang, tampak gunung-gunung indah, yaitu Gunung Papandayan, Gunung Cikuray, Gunung Kancil, dan Gunung Haruman,” papar Cornelius Helmy dan Nawa Tunggal dalam Kehidupan: Cibatu, Charlie Chaplin dan Kereta Api dalam Kompas.

Hingga dokumen resmi yang menyebutkan aktivitas Chaplin ketika berkereta api menuju Garut tidak ada. Kepala Pusat Pelestarian dan Desain Arsitek PT Kereta Api Indonesia (Persero) Ella Ubaidi hingga kini belum menjumpai aktivitas Chaplin di Garut.

Cerita turun temurun

Tetapi kisah kunjungan Chaplin ke Garut telah diceritakan secara turun temurun. Misalnya kepada Franz Limiart, warga Garut yang aktif sebagai pemerhati sejarah dan pelaku ekonomi kreatif di Garut.

Dirinya mendapat cerita tersebut dari sang ayah, Liem Boen San (1923-1993). Ketika Chaplin datang untuk kedua kalinya pada 1935 di Garut, Liem Boen San saat itu masih berusia 12 tahun.

“Melihat kehebohan besar di Garut tahun itu. Gara-garanya adalah kunjungan komedian berkumis “Hitler”, yaitu Charlie Chaplin,” paparnya.

Liem Boen San saat itu begitu penasaran karena banyak orang yang berkumpul di Stasiun Garut. Beberapa orang yang ditemuinya, pribumi atau Eropa membicarakan Charlie Chaplin. Walau kondisi panas saat itu tidak menyurutkan warga Garut.

Banyak yang Belum Tahu, Ada Tanaman Bernama Garut yang Serbaguna dan Bernutrisi Luar Biasa

Komedian film bisu itu kemudian menampakkan batang hidungnya di Stasiun Garut. Dirinya hadir tanpa riasan, tidak ada kumis petak ciri khasnya. Dia tidak memakai jas sempit dan celana kedodoran.

Topi tinggi warna hitam andalannya pun tidak dia bawa. Siang itu, dirinya hanya berjas dan berdasi rapi dengan penutup kepala mirip yang lazim digunakan mandor perkebunan. Lambaian tangan Chaplin disambut puluhan orang yang sudah menunggunya.

“Iring-iringan itu terus mengekor 200-300 meter di belakang Chaplin. Antusiasme warga baru reda saat Chaplin dibawa pergi menuju Hotel Grand Ngamplang,” ucapnya.

Jejak Chaplin di Garut

Dari Hotel Ngamplang yang berada di ketinggian 630 meter di atas permukaan laut, orang bisa melihat kemegahan Gunung Papandayan, Guntur, Cikuray, dan Karacak. Diduga pemandangan itu mengingatkan Chaplin dengan tempat tinggalnya di Swiss.

“Di hotel itu diduga kuat julukan Switzerland van Java tercetus pertama kalinya. Namun, sayang tidak banyak jejak Chaplin yang bisa dilihat di Ngamplang,” kata Franz.

Berikut adalah Kota-Kota dengan Julukan "Van Java"

Tetapi jejak Chaplin diabadikan oleh fotografer Thilly Weissenborn, keturunan Jerman yang lahir di Kediri, Jawa Timur. Setidaknya ada tiga foto yang diambilnya ketika Chaplin tiba di Stasiun Garut Kota.

Komedian ini hanya sebentar di Cibatu, Chaplin lantas kembali menggunakan kereta api menuju Stasiun Garut Kota. Dia menggunakan kereta api uap dengan kepala lokomotif yang dikenal warga dengan nama Si Gom-Bar.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini