PLTS Terapung Di KTT G20 Bali Buatan Indonesia

PLTS Terapung Di KTT G20 Bali Buatan Indonesia
info gambar utama

Melansir Kominfo, ransisi energi menjadi satu dari tiga pembahasan utama saat KTT G20 di Bali, disamping topik sistem kesehatan dunia dan transformasi ekonomi digital. Negara-negara anggota G20 menyumbang sekitar 75% dari konsumsi energi global. Maka dari itu, negara-negara G20 memegang tanggung jawab besar dan peran strategis dalam mendorong pemanfaatan energi bersih.

Pemerintah Indonesia pun telah berkomitmen dalam mempercepat transisi energi. Selain mematok target bauran energi dari energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025, Presiden Joko Widodo juga menegaskan komitmen Indonesia dalam pemenuhan Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat seperti yang dilaporkan dalam indonesia.go.id.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung atau Floating PV merupakan trend baru dalam industri EBT (Energi Baru Terbarukan). Tapi jangan salah, Indonesia sudah bisa memproduksi PLTS Terapung sendiri loh!

PLTS milik Indonesia bernama Terapung Muara Tukad, dengan kapasitas kekuatan sebesar 100 kilowatt-peak yang menjadi PLTS Terapung pertama yang diproduksi di Indonesia. Istimewanya, keberadaannya juga akan menjadi salah satu pemasok energi bersih selama perhelatan KTT G20 di Bali. Adanya PLTS Terapung Muara Tukad semakin menegaskan komitmen Indonesia dalam mendorong transisi energi di dalam negeri serta dunia.

PLTS Muara Tukad | Sumber foto: Detik.com

Kendati teknologi merupakan milik Sungrow (produsen inverter global), tetapi proses produksi komponen utamanya dilakukan di Indonesia serta tenaga kerjanya adalah putra-putri terbaik bangsa. Proses produksinya didampingi oleh Utomo SolaRUV selaku distributor resmi dan pusat servis Sungrow di Indonesia.

Baca juga: Ragam Manfaat Tanaman Serai Bertambah: Bisa Mengatasi Bersin karena Alergi

Adapun komponen utama PLTS Terapung terdiri dari main floating body, connection floating body, aisle floating body, serta multi-function floating body. PLTS Terapung Muara Tukad ini juga menjadi contoh konkrit bagaimana industri EBT bisa menyerap tenaga kerja (green jobs) melalui keahlian-keahlian yang dikembangkan di bidang PLTS. Tenaga-tenaga kerja yang berkecimpung di bidang energi surya dinamakan solarpreneur. Kehadiran solarpreneur akan membentuk ekosistem industri EBT yang kuat.

Secara teknis, PLTS Terapung lebih unggul daripada PLTS grounding (di atas tanah) maupun rooftop (atap), antara lain pengoptimalan reservoir. Keunggulannya yaitu berpotensi dioperasikan hybrid dengan PLTA, mengurangi penguapan, dan yang lebih istimewa adalah PLTS Terapung menghasilkan energi lebih banyak 10% karena suhu lingkungan yang lebih rendah.

Tak heran, melalui PLTS Terapung Muara Tukad ini, pemerintah berkomitmen akan lebih meguatkan pengembangan PLTS Terapung di lokasi-lokasi lain di Indonesia. Hal ini didasari laporan dari laman Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM bahwa Indonesia memiliki lebih dari 192 bendungan dan waduk, dengan luas tangkapan 86. 247 hektar dan potensi pemanfaatan PLTS Terapung diproyeksikan lebih dari 4.300 MWp (pemanfaatan 5% daerah tangkapan air) seperti yang disampaikan solarhub.id.

Sejalan dengan hal ini, Anthony Utomo selaku Tim Kerja KADIN Net Zero Hub menyampaikan bahwa kebijakan yang tepat dan jelas akan membuat investor semakin yakin dalam berinvestasi karena mereka memiliki kemampuan untuk memproyeksikan peluang dan tantangan bisnis di tahun-tahun mendatang.

Baca juga: Digitalisasi Edukasi, Ruang Baru Imajinasi ImersifA Karya Anak Negeri

Keyakinan investor dalam industri PLTS Terapung tentu akan menciptakan daya saing pasar sehingga harga energi surya per kWh akan semakin rendah. Hal ini pun sejalan dengan pernyataan dari Fabby Tumiwa, selaku Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) bahwa permintaan kapasitas terpasang harus mencapai 1000 – 2000 MWp/tahun agar harga panel surya dan harga jual tenaga listrik lebih kompetitif. Untuk menumbuhkan pasar tenaga surya dalam negeri, dibutuhkan regulasi yang lebih menarik, pengembangan PLTS secara masif, dan dukungan dalam beragam bentuk, termasuk insentif fiskal dan non-fiskal.

Semoga PLTS Terapung Muara Tukad menjadi awal bagi masa depan cerah industri EBT di Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

US
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini