Gedung Museum Bank Indonesia: Ironi Tanam Paksa yang Memakmurkan Belanda

Gedung Museum Bank Indonesia: Ironi Tanam Paksa yang Memakmurkan Belanda
info gambar utama

Gedung Museum Bank Indonesia, di Stasiun Jakarta Kota, Jakarta mengajak semua orang untuk terbang ke masa lalu. Digunakan sejak 1933, Museum Bank Indonesia dahulunya merupakan kantor perwakilan Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM).

Arsitek NHM, JJJ de Brujin bekerja sama dengan arsitek biro Fermont-Hulswit Cuipers, AP Smits dan C van de Linde merancang gedungnya bergaya Nieuw Zakelijk atau art deco klasik tersebut.

Melihat Arsitektur Bangunan Perusahaan Listrik Pertama Hindia Belanda di Surabaya

Factorij NHM berfungsi juga sebagai bank. Bangunan itu adalah kantor kedua NHM di Batavia sejak cabang di Batavia buka pertama kali tahun 1929 di Jalan Kalibesar Timur Nomor 27.

“NHM merupakan cikal bakal Bank Mandiri,” tulis J Galuh Bimantara dalam Gedung Monumen Tanam Paksa yang dimuat Kompas.

Bangunan benteng

Menurut Kepala Museum Bank Indonesia Budi Trinovari menyebutkan bahwa Factorij ketika itu layaknya sebuah benteng. Luas bangunannya 21.509 persegi yang terdiri dari atas empat lantai yaitu, lantai bawah, tanah, dasar, lantai pertama, dan kedua.

Factorij berdiri di atas lahan 10.039 meter persegi yang andai dijadikan pemukiman bisa untuk sekitar 70 rumah. Kegagahan gedung bukan sekadar tentang luas dan tingginya, melainkan juga kekuatannya.

Kendati Lama Menjajah, Mengapa Bahasa Belanda Kurang Begitu Dikenal?

Pondasi bangunan menggunakan paku bumi beton, metode baru di eranya. Batu-batu di bagian dasar disusun dengan inspirasi Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah itu sebenarnya sistem anti gempa.

“Makannya, tidak ada sama sekali retak rambut. Boleh dicek,” kata Budi.

Buah kesengsaraan

Budi menyatakan kemegahan bagunanan tersebut buah dari kesengsaraan rakyat. Kekayaan NHM menumpuk berkat cultuurstelsel, pemaksaan agar rakyat menanam komoditas yang diminta pemerintah Hindia Belanda di lahan mereka.

Diketahui Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Johannes van den Bosch (1830-1833) menggagas sistem tanam paksa. Idenya walau ditentang tetapi membawa keuntungan besar bagi Belanda.

“NHM dalangnya, Van den Bosch wayangnya,” ujarnya.

Hopjes, Permen Kopi Jadul Peninggalan Belanda yang jadi Pendahulu Kopiko

Dirinya menyebut NHM adalah pengendali berjalannya sistem tanam paksa. Perusahaan itu punya sejumlah peneliti yang dengan kajian-kajiannya menentukan jenis komoditas untuk ditanam ke sejumlah wilayah tertentu.

Sistem tanam paksa dari tahun 1830-1870 bisa memenuhi tugas Raja Willem 1 untuk mengangkat kembali ekonomi Belanda. Berdasarkan data selama 1835-1847 NHM mengumpulkan dividen 16.157.000 gulden.

“Tetapi di sisi gelapnya, rakyat diperlakukan sebagai hamba,di eksploitasi tenaga dan tanahnya untuk kekayaan dan Kerajaan Belanda,” paparnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini