Menilik Asal Usul Marga Nasution, Ada Banyak Versi

Menilik Asal Usul Marga Nasution, Ada Banyak Versi
info gambar utama

Marga Nasution adalah salah satu marga yang cukup populer di Indonesia, terutama di daerah Sumatra Utara. Marga Nasution memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Ada beberapa versi mengenai asal usul marga Nasution.

Masyarakat Sumatra sangat menjaga nama marga atau keturunannya. Marga dalam suku Batak berperan penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, bahkan politik. Marga Nasution sendiri diyakini berasal dari keturunan Kerajaan Pagaruyung, Minangkabau, Sumatra Barat.

Melansir dari Makalah Empat Versi Keturunan Marga Nasution oleh Edy Afrizal Natar Nasution, ada empat versi asal usul marga nasution yang berkembang di masyarakat. Apa sajakah itu?

Abdul Haris Nasution
info gambar

1. Versi Tapanuli Utara

Menurut cerita masyarakat, ada satu anak Siahaan yang berperilaku tidak baik dan tidak pernah menurut kepada orang tua. Anak tersebut bernama Sibaroar. Dikisahkan, Sibaroar merantau ke Tapanuli Selatan dan kawin di sana.

Sibaroar pun memiliki keturunan. Konon, keturunannya adalah awal mula marga Nasution. Berdasarkan cerita ini, marga Siahaan percaya kalau marga Nasution adalah keturunan dari mereka. Namun, tidak ada cerita lebih lengkap mengenai kisah ini.

Baca juga: Beginilah Asal Mula Marga Sinaga

2. Versi Minangkabau

Versi Minangkabau hampir sama dengan versi Tapanuli Utara. Namun, masyarakat Minangkabau meyakini bahwa Sibaroar berasal dari Minangkabau. Dia digambarkan sebagai anak yang suka merantau dan berakhir di Tapanuli Selatan.

Dia menikah dan keturunannya diyakini sebagai munculnya marga Nasution. Namun, berbeda dari marga lain yang memberikan nama marga sesuai keturunan ayah, Minangkabau menurunkan marga dari ibu.

Jadi, bila ibunya bermarga Nasution, maka anaknya akan bermarga Nasution.

3. Versi Tapanuli Selatan

Orang-orang yang memiliki marga Nasution di Tapanuli Selatan mengatakan mereka berasal dari keturunan Raja Pulungan.

Dikisahkan, raja memiliki seorang permaisuri dan seorang selir. Mereka hamil bersamaan dan melahirkan anak yang sama-sama berjenis kelamin laki-laki, berwajah mirip, dan lincah. Suatu waktu, istana Raja Pulungan akan direnovasi dengan diganti tiangnya.

Orang-orang istana percaya kalau tiang besar di istana ingin diganti, harus ada tumbal kepala anak manusia. Permaisuri menjadi gusar dan berusaha agar bukan anaknya yang ditumbalkan, melainkan anak sang selir.

Permaisuri memerintahkan anak buahnya memberikan tanda di kening anak sang selir agar mudah untuk ditangkap dan dijadikan korban. Melihat tanda di anak sang selir, anak sang permaisuri ingin memilikinya juga, jadi dia ikut memberikan tanda di keningnya dengan kapur.

Lelah bermain, anak sang selir, Sibaroar pulang dan tertidur. Anak sang permaisuri yang lanjut bermain sendirian ditangkap dan dijadikan korban. Setelah usai, Sibaroar bangun dan mencari anak sang selir yang ternyata sudah tewas. Permaisuri dan petinggi kerajaan terkejut karena salah menangkap anak.

Mereka pun percaya Sibaroar sakti karena mampu terhindar dari maut. Orang-orang Tapanuli Selatan pun menyebut Sibaroar dengan kata “Nasaktion” yang seiring berubah menjadi Nasution.

Baca juga: Deklarasi Windhoek, Dokumen "Khas" Milik Kebebasan Pers

4. Versi Rambah Rokan Hulu

Sejarah versi Rambah Rokan Hulu dianggap benar dan memiliki bukti otentik seperti makam tokoh. Versi Tarombo menyatakan bahwa Sibaroar adalah anak dari Sutan Iskandar Muda Pitala Guru dan Suri Andung Jati.

Sutan Iskandar Muda Pitala Guru dan Suri Andung Jati menikah dan memiliki dua anak, Singa Mangaraja dan Sibaroar. Sibaroar kemudian menjadi Raja di Kerajaan Mandailing dengan gelar Sutan Sinomba Sinoru.

Sibaroar tidak sempat mengenal ayahnya, Sutan Iskandar Muda, karena ia menghilang setelah terlibat perkelahian adu ayam dengan Raja Abu sebelum Sibaroar lahir.

Sibaroar kemudian menjadi Raja di Negeri Padang Garugur selama 32 tahun dan memiliki tujuh anak, di antaranya adalah Sutan Iskandar, Suri Lindung Bulan, dan Namora Gompar Sutan Sinomba Sinoru.

Setelah meninggal, para pembesar kerapatan Negeri Padang Garugur memutuskan bahwa Sutan Tua Raja Solut, anak keenam Sibaroar yang saat itu berusia 14 tahun, akan menjadi penggantinya sementara para Kerapatan Negeri mengendalikan Kerajaan. Namun, keputusan ini diprotes oleh Sutan Iskandar yang telah menjadi Raja di Kerajaan Siantar. Ia menyerang Kerajaan Padang Garugur, tetapi dikalahkan.

Banyak para pembesar yang bersimpati dengan Sutan Tua Raja Solut dan keluar dari Kerajaan Padang Gerugur bersama Sutan Perempuan untuk menyelamatkan kedua cucunya. Sebanyak 47 Kepala Keluarga bergabung dengannya.

Singkat cerita, dari cucunya yang nomor enam dan nomor tujuh inilah berkembangnya Marga Nasution yang berada di Rambah dan sekitarnya. Sebagai gambaran, seperti yang tadi sudah disampaikan sebelumnya, bahwa keturunan Sibaroar ini awalnya berjumlah 7 orang, terdiri dari 6 laki-laki dan 1 orang perempuan.

Baca juga: Berkenalan Dengan Marga Sigale-gale, Jenis Kodok Baru di Sumatra

Itulah sekilas sejarah mengenai asal usul marga Nasution. Melalui marga, anggota keluarga dapat memelihara identitas dan kebersamaan, serta mendorong kerja sama dan solidaritas antar anggota keluarga. Semoga tulisan ini menambah pengetahuan Kawan, ya!

Referensi: Kompas.com | diskominfo.rokanhulukab.go.id | goriau.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

F
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini