Renyahnya Dorokdok, Kerupuk Khas Garut

Renyahnya Dorokdok, Kerupuk Khas Garut
info gambar utama

Garut tidak hanya terkenal dengan dodol dan domba. Ada makanan khas Garut bernama dorokdok yang akan membuat Kawan ketagihan. Jika Kawan suka camilan gurih dan renyah, dorokdok wajib dicoba.

Dorokdok, atau yang lebih dikenal dengan sebutan kerupuk kulit, adalah salah satu makanan ringan khas Garut yang sangat populer di Indonesia. Makanan unik ini terbuat dari kulit kerbau.

Nama dorokdok diambil dari bunyi saat mengunyak kerupuk ini, yakni dorok dok dorok dok. Kerupuk dorokdok biasa dimakan menjadi pendamping nasi dan sayur. Biasa juga dimakan sebagai camilan.

Dorokdok berbentuk sebesar kuku jempol manusia. Namun, ada juga yang berbentuk kecil, mirip kerikil karang laut. Meski kecil, harga dorokdok lumayan mahal.

Baca juga: Nasi Jinggo, Makanan Sederhana yang Jadi Penyelamat Ekonomi Bali

Proses Pembuatan Dorokdok

Dorokdok
info gambar

Keistimewaan dari kerupuk Garut ini tidak hanya terletak pada rasanya yang gurih dan renyah, tetapi juga pada proses pembuatannya yang lama dan harus dilakukan secara bertahap.

Bahan utama dorokdok adalah kulit kerbau atau kulit sapi. Proses pembuatannya pun tidak mudah karena harus melewati beberapa tahap, bahkan memakan waktu berhari-hari. Kulit mentah harus dipilih dengan baik agar menghasilkan tekstur dan rasa yang renyah.

Kulit mentah dari kerbau muda disarankan untuk dipilih agar lebih mudah mengolahnya. Rasanya pun akan lebih enak dan renyah. Pertama, kulit ditaburi garam dan didiamkan selama satu hingga dua hari.

Kemudian, kulit mentah tersebut dibilas dan ditiriskan. Selanjutnya, kulit dibakar untuk dibersihkan bulu-bulunya. Kulit kembali direndam selama semalam sebelum direbus dan diberikan bumbu. Bumbu terdiri dari campuran rempah-rempah dan gula merah.

Setelah dibumbui, kulit dipotong kecil-kecil dan dijemur. Bila sudah benar-benar kering, kulit bisa digoreng dan akan mengembang menjadi kerupuk.

Baca juga: Docang, Makanan Khas Cirebon yang Jarang Orang Tahu

Selain renyah dan enak, dorokdok juga berprotein tinggi. Makanan ini bermanfaat untuk membentuk enzim dan memperbaiki jaringan tubuh rusak.

Dorokdok juga sering dijadikan sebagai oleh-oleh khas Garut yang dibawa oleh para wisatawan yang berkunjung.

Banyak pengusaha kuliner di Garut yang menjadikan dorokdok sebagai salah satu makanan andalan mereka. Beberapa pengusaha kerupuk Garut telah berhasil memasarkan produk mereka ke luar daerah, seperti Balikpapan, Samarinda, Pontianak, dan Palangkaraya.

Namun, meskipun begitu populer dan banyak diminati, dorokdok juga mengalami beberapa masalah. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah penurunan kualitas dorokdok yang dihasilkan.

Hal ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor seperti bahan baku yang tidak berkualitas, perubahan cuaca yang tidak terduga, dan kurangnya pemahaman tentang proses pembuatan kerupuk yang benar.

Oleh karena itu, pemerintah dan pihak-pihak terkait harus berperan aktif dalam mengembangkan industri dorokdok. Salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada pengrajin dorokdok tentang teknik pembuatan yang benar dan berkualitas.

Baca juga: Kapurut Sagu, Makanan Pokok dan Camilan Suku Mentawai

Pengusaha dorokdok juga harus memanfaatkan teknologi digital untuk memasarkan produk mereka. Dengan memanfaatkan media sosial dan platform digital lainnya, pengusaha dorokdok dapat memperluas jangkauan pasar mereka dan meningkatkan penjualan.

Dorokdok memang memiliki cita rasa yang khas dan tekstur yang renyah, tetapi sebagai konsumen, kita juga harus memperhatikan kualitas dan keamanan dari produk yang kita konsumsi.

Dorokdok merupakan salah satu makanan khas Indonesia yang sangat terkenal dan banyak diminati. Keunikan rasa dan teksturnya yang renyah membuat dorokdok menjadi makanan yang nikmat dan cocok sebagai camilan di waktu luang. Jika berkunjung ke Garut, jangan lupa mencicipinya, ya!

Referensi: kompas.tv | indonesiakaya.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

F
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini