Pelestarian Pohon Damar Mata Kucing Demi Berdikari Secara Ekonomi

Pelestarian Pohon Damar Mata Kucing Demi Berdikari Secara Ekonomi
info gambar utama

Damar mata kucing (Shorea javanica) menjadi salah satu pohon yang banyak dijumpai ketika berkunjung ke wilayah Kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Sejak masa kolonial Belanda getah damar mata kucing memang telah diambil manfaatnya.

Dimuat dari Mongabay Indonesia, pohon damar sudah ditanam oleh leluhur warga desa seja 1829. Setelahnya tanaman ini menjadi komoditas primadona yang terkenal, hingga dikirim ke mancanegara, seperti negara-negara Eropa, Timur Tengah, Asia Selatan.

“Getah damar diperlukan dalam industri cat, tinta, farmasi, dan kosmetik,” ucap Taufik Wijaya dalam Hutan Damar Terjaga, Namun Warga Masih Belum Sejahtera?.

Pelestarian Pohon Masoi Demi Kemandirian Ekonomi Masyarakat Fakfak

Salah satu pusat damar adalah di Pekokan (desa) pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah yang memiliki luas wilayah sekitar 2.500 hektare. Menurut warga, damar mampu bertahan karena ada mitos yang dipercayai.

“Damar di Pahmungan dapat bertahan karena warga takut “kualat” yang akan berujung malapetaka, jika menebang pohon damar yang ditanam para leluhur,” jelasnya.

Masih belum sejahtera?

Efendi atau akrab disapa Bawon, salah satu warga di Pahmungan menjelaskan dari total 350 Kepala Keluarga di Pekon Pahmungan, rata-rata tiap KK mempunyai lahan seluas dua hektare, di mana terdapat sekitar 50 pohon damar per hektarenya.

“Kalau tiap keluarga menghasilkan 200 kilogram getah damar per bulan. Dengan harga saat ini Rp15 ribu per kilogram, maka penghasilan berkisar Rp3 juta,” jelasnya.

Tetapi penghasilannya itu bukan jaminan, pasalnya produktivitas getah damar juga ditentukan oleh usia tanaman maupun kondisi cuaca. Bawon menyebut banyak warga yang mencari penghasilan tambahan, seperti jadi buruh penyortir getah damar.

Pohon Daluang: Penghasil Kertas Kelas Dunia yang Bawa Kesejahteraan

Karena harganya yang rendah, maka kualitas getah damar pun menurun. Selama ini ada tiga tingkatan kualitas, seperti asalan, AC, AB, dan ABC atau ekspor. Dengan harga yang rendah untuk kualitas ekspor, warga lebih memilih getah damar kualitas rendah.

“Caranya dengan mengoplos getah damar dengan tepung terigu. Untuk mengejar kuantintas, maka getah damar yang usianya belum genap satu bulan pun, bahkan baru seminggu terpaksa diambil,” paparnya.

Perlu standarisasi

Seorang pengusaha Prancis pernah mengeluhkan kualitas damar yang menurun kepada Dinas Kehutanan Lampung. Di sisi lain, rendahnya harga getah juga mulai membuat pencurian getah antar warga kerap terjadi.

“Akibatnya warga saling curiga dengan tetangga sendiri. Ya, karena butuh uang buat kebutuhan,” kata Bawon.

Beberapa kasus warga memilih untuk menjual pohon damar tinggalan leluhur kepada pengelola kayu. Adapun warga lain memilih peruntungan dengan menanam pohon lain seperti karet di kebunnya.

Dari 20 Spesies Pinus yang Ada di Dunia, 1 di Antaranya Endemik dari Indonesia

Karena itu Herdi Wilismar, dari Persatuan Masyarakat Petani Repong Damar (PMPRD) menyebut perlu adanya campur tangan pemerintah untuk menjaga harga beli getah damar. karena bila kesejahteraan rakyat meningkat kelestarian damar pun akan terjaga.

“Kalau masyarakat sejahtera, hutan damar akan mereka jaga dari ancaman luar maupun dalam,” ucapnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini