Karel Frederik Holle, Saudagar Belanda yang Terpikat Tanah Sunda

Karel Frederik Holle, Saudagar Belanda yang Terpikat Tanah Sunda
info gambar utama

Karel Frederik Holle, seorang saudagar Belanda kelahiran Amsterdam pada 1829, memiliki peran penting dalam mengembangkan kebudayaan dan pendidikan di tanah Sunda, khususnya di Garut.

Meskipun merupakan seorang Belanda, Holle dikenal karena kedekatannya dengan masyarakat pribumi dan kecintaannya terhadap kebudayaan Sunda. Ia berkontribusi dalam bidang perkebunan, pertanian, pendidikan, kesusastraan, kebudayaan, dan pelestarian budaya.

Kisah hidupnya menggambarkan kolaborasi sukses antara Belanda dan Sunda, serta pentingnya menghargai warisan budaya setempat.

Hubungan Akrab dengan Bahasa dan Budaya Sunda

Karel Frederik Holle
info gambar

Salah satu minat utama Karel Frederik Holle adalah bahasa dan kesusastraan pribumi, terutama bahasa Sunda.

Keterlibatannya di daerah Parahyangan Timur memperluas wawasannya tentang kekayaan budaya Sunda. Ia menjalin persahabatan dan menjadi penasihat bagi Muhamad Musa, seorang penghulu dan penulis Sunda terkenal di Limbangan, Garut.

Bersama-sama, mereka bekerja dalam menerjemahkan naskah-naskah kuno dan menciptakan berbagai karya sastra yang bernilai tinggi.

Pada 1861, pemerintah memberikan dana kepada Holle untuk persiapan penerbitan buku-buku bacaan dan diktat sekolah berbahasa Sunda. Usaha ini berhasil membuat penerbitan buku-buku berbahasa Sunda menjadi semakin populer dan menggeser penggunaan buku-buku berbahasa Melayu.

Holle juga berperan sebagai pengarah bagi penulis-penulis lokal Sunda. Banyak penulis terkenal seperti Musa, Adi Widjaja, dan Hasan Mustapa muncul berkat dorongan dan bimbingan dari Holle.

Dalam lingkaran persahabatannya di Limbangan, Garut, terbentuk apa yang dikenal sebagai "lingkaran Holle". Keberhasilan Holle dalam mendorong perkembangan kebudayaan Sunda melalui pendidikan dan sastra menjadikannya dihormati oleh masyarakat Sunda.

Baca juga: Duta Sheila On 7 sebagai Keturunan Kiai Modjo, Ulama Sekaligus Pahlawan Nasional

Kontribusi dalam Sektor Perkebunan dan Pertanian

Karel Frederik Holle juga memiliki minat yang besar terhadap pertanian. Ia memperkenalkan teknik pertanian baru di tanah Priangan Timur dan menulis serangkaian artikel tentang pertanian dalam majalah Tijdschrift voor Nijverheid en Landbow van Nederlandsch-Indie.

Holle mengamati desa-desa di sekitar Garut dan melakukan uji coba teknik bertani di perkebunannya sendiri. Salah satu kontribusi terbesar Holle dalam bidang pertanian adalah pengembangan sistem bertanam padi yang dikenal dengan "sistem holle".

Ia merekomendasikan untuk tidak lagi menanam padi dengan cara menebarkan benih begitu saja, melainkan dengan menanam bibit padi terlebih dahulu di persemaian sebelum dipindahkan ke lahan pertanian. Konsep ini membantu meningkatkan produktivitas pertanian di tanah Sunda.

Kehandalannya dalam berbahasa Sunda memungkinkannya berinteraksi dan mengajarkan teknik pertanian kepada petani setempat.

Baca juga: Al Jazari, Pelopor Robotika Muslim Penemu Jam Gajah

Pelestarian Kebudayaan dan Pengembangan Batik Garutan

Karel Frederik Holle juga memiliki peran penting dalam pelestarian kebudayaan dan seni tradisional Sunda. Melansir dari merdeka.com, ia turut berkontribusi dalam pengembangan batik garutan asli.

Melalui kerja samanya dengan istri petani dan pegawai perkebunan, ia mengajarkan teknik pembuatan batik tenun garutan.

Corak batik garutan terinspirasi oleh lingkungan sekitarnya, mencerminkan kehidupan pertanian, perkebunan, dan keindahan alam Garut.

Pengakuan dan Warisan

Meskipun Karel Frederik Holle memberikan kontribusi besar, pengakuan terhadap jasanya tidak selalu memadai dari masyarakat dan pemerintah Garut. Selama masa penjajahan Jepang, tugu peringatan yang didirikan untuk menghormatinya dihancurkan.

Nama jalan Hollenstraat juga diubah menjadi Jalan Mandalagiri. Meskipun tidak mendapatkan pengakuan yang seharusnya, keluarga Holle tidak berhenti untuk memperjuangkan penghargaan atas jasa-jasanya.

Baca juga: Peran Besar Ali Sadikin dalam Revitalisasi Kota Tua sebagai Wisata Sejarah

Pada 2001, keluarga Holle berusaha mendirikan kembali tugu peringatan untuk menghormatinya di Alun-alun Garut. Sayangnya, usulan ini ditentang oleh DPRD Kabupaten Garut saat itu.

Namun, mereka tidak menyerah dan memilih untuk mendirikan replika tugu Holle di Perkebunan Teh Cisaruni PTPN VIII yang sebelumnya dikelola oleh Holle. Prasasti yang ada di Cisaruni menjadi jejak yang tersisa dari kontribusi luar biasa yang telah dilakukan oleh Karel Frederik Holle.

Pengaruh dan warisan Karel Frederik Holle terus terasa hingga saat ini. Meskipun seorang saudagar kaya dari Belanda, Holle berhasil menjalin hubungan yang dekat dengan masyarakat Sunda.

Holle memahami pentingnya menghargai dan mempelajari budaya setempat, serta bekerja sama dengan mereka dalam bidang perkebunan, pertanian, pendidikan, kesusastraan, dan pelestarian budaya. Semoga kisah Holle bisa menjadi inspirasi dan teladan bagi kita, ya!

Referensi: Tirto.id | Wikipedia | Merdeka.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

F
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini