Mengenal Tari Lumense dari Bombana, Mengusir Bencana dengan Pohon Pisang

Mengenal Tari Lumense dari Bombana, Mengusir Bencana dengan Pohon Pisang
info gambar utama

Kawan tahu tari Lumense dari Bombana? Tarian ini merupakan salah satu tarian dari Kecamatan Kabaena, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Tari Lumense kaya akan makna dan memiliki sejarah yang panjang di masyarakat setempat.

Melansir dari kemdikbud.go.id, Nama lumense diambil dari kata daerah setempat, yaitu lume artinya terbang dan mense artinya tinggi. Jadi, lumense artinya terbang tinggi atau terbang mengamuk. Nama ini dipilih karena gerakan tarinya seperti seorang yang sedang mengamuk dengan pedang.

Tari Lumense pertama kali ditemukan oleh Suku Moronene di Kabaena. Tarian ini sudah sangat tua. Konon, tari Lumense telah ada dan berkembang sejak 200 tahun lalu.

Tari ini pernah hilang sekitar tahun 1946 sampai tahun 1960. Kemudian, tari Lumense kembali muncul tahun 1962. Pada 1973, tari ini kembali berkembang dan dipertahankan sebagai tari tradisional Buton.

Cerita Tragis Putri Pukes yang Kini Jadi Objek Wisata Andalan Warga Aceh

Makna tari Lumense

Dahulu, tari Lumense dilaksanakan dalam ritual pe-olia. Ritual ini merupakan penyembahan kepada roh halus yang disebut kowonuano (penguasa/pemilik negeri) dengan menyajikan berbagai jenis makanan. Makna dari ritual ini adalah agar kowonuano mau mengusir wabah atau bencana yang akan datang.

Mulanya, ritual ini menjadikan hewan bahkan manusia sebagai tumbal pengusiran wabah. Masuknya agama Islam di Kabaena turut menyesuaikan ritual tersebut. Korban hewan dan manusia diganti menjadi pohon pisang.

Seiring perkembangan, tari Lumense menceritakan masyarakat Kabaena yang suka bercocok tanam atau bertani. Dalam pelaksanaannya, para pria membawa parang yang menggambarkan petani. Kemudian, ada pohon pisang yang bermakna bencana yang bisa dicegah.

Akhir dari tarian ini adalah menebang pohon pisang. Maknanya setelah pohon pisang tumbang, maka bencana bisa dihindarkan.

Kini, tari Lumense tidak hanya sekadar ritual pengusiran roh, tetapi juga tari “penyembuh”. Tari Lumense juga mulai dimainkan pada acara-acara lain, seperti pernikahan, penyambutan tamu penting, acara budaya, dan lain sebagainya.

Legenda Sumur Upas: Pintu Rahasia Majapahit Menuju Pantai Selatan

Pelaksanaan tari Lumense

Tari Lumense dari Bombana
info gambar

Tari Lumense dilaksanakan secara berkelompok, terdiri dari 12 orang, yaitu 6 orang berperan sebagai laki-laki dan 6 orang berperan sebagai perempuan. Mereka menggunakan pakaian adat Kabaena.

Penari perempuan memakai baju hitam dan rok merah marun. Bagian bawah baju mirip ikan duyung. Baju ini disebut taincombo. Penari laki-laki memakan taincombo dipadukan selendang merah dan korobi, yaitu sarung parang dari kayu yang dipakai di pinggang sebelah kiri.

Tari Lumense diawali gerakan maju mundur, bertukar tempat, lalu membentuk huruf Z dan berubah menjadi S. Gerakan dinamis ini disebut moomani atau ibing. Bagian klimas tarian ini adalah pohon pisang yang ditebas dengan parang hingga jatuh. Tari ditutup dengan penari yang membentuk setengah lingkaran. Mereka saling mengaitkan tangan dan bergerak naik turun sambil mengimbangi kaki maju mundur.

Musik yang mengiringi tari Lumense berasal dari gendang, gong besar (tawa-tawa), dan gong kecil (ndengu-ndengu). Pemain alat musik biasanya tiga orang. Properti utama yang digunakan dalam tarian ini berupa parang dan anakan pohon pisang. Jumlah pohon pisang disesuaikan dengan penari pria. Tari Lumense biasa dimainkan di panggung terbuka.

Tari Lumense dari Bombana memiliki keunikan dan keindahan yang tidak dimiliki oleh tarian tradisional lainnya. Selain itu, tarian ini juga memiliki banyak makna dan sejarah yang panjang di masyarakat setempat. Oleh karena itu, kita harus terus mendukung dan mempromosikan kebudayaan daerah, termasuk tari Lumense, agar dapat terus dikenal oleh masyarakat Indonesia dan dunia.

Si Garutu, Tangan Pelindung di Balik Kemegahan Istana Sambaliung

Referensi: kemdikbud.go.id | Jurnal | detikcom

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

F
KO
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini