Alasan Fundamental Belajar Sejarah, Berdamai dengan Masa Lalu

Alasan Fundamental Belajar Sejarah, Berdamai dengan Masa Lalu
info gambar utama

Presentase minat pelajar dalam belajar sejarah cenderung rendah. The Washington Postmerangkum data bahwa fenomena ini disinyalir sejak permulaan resesi hebat tahun 2007. Pada saat itu, studi sejarah di dunia akademis mulai cenderung kurang diminati. Hal ini dilihat dari penurunan presentase minat terhadap sejarah yaitu dari 2,2% menjadi 1,7%. Sebuah angkan minat yang dikecil, dipukul dengan penurunan yang menjadikan semakin rendah lagi.

Ada beberapa excuses kuat yang disinyalir mendukung rendahnya minat belajar sejarah. Beberapa alasan tersebut Smile Tutor dalam lamannya, antara lain: sejarah itu menjenuhkan, sejarah hanya orang mati, sejarah hanyalah menghafal (orang, tempat, dan tanggal), sejarah adalah semua kuliah dan membaca teks, hingga sejarah tidak pernah relevan.

Data di atas memberi insight kepada penulis untuk memproduksi tulisan ini. Mencoba melihat dan memahami dari sisi alasan fundamental belajar sejarah. Bahwa sejarah menjadi alasan fundamental untuk build up beberapa kebijakan. Bahwa sejarah menjadi alasan fundamental untuk character building. Bahwa sejarah menjadi alasan fundamental progress pengembangan teknologi yang mendukung efektivitas dan efisiensi, dll.

Baca juga: Muhammad Al Fatih, Cermin Ideal Mengoptimalkan Masa Muda

Berdasarkan informasi yang dirangkum dari Department of History, University of Wisconsin, mempelajari sejarah bermanfaat untuk memahami dan mencari solusi atas dilemma peristiwa yang terjadi saat ini. Sifat sejarah yang repetitif memberi imaji kepada generasi saat ini untuk mengambil inovasi dari referensi solusi dari masa lalu. Seperti contoh: sejarah lock down atas wabah Wahn yang menimpa penduduk Syams pada masa pemerintahan Ummar bin Khattab. Pemahaman ini kemudian menjadi referensi pada wabah Covid-19 yang terjadi pada 2019. Berikut adalah detail alasan fundamental bagi pelajar untuk meningkatkan minat dalam belajar sejarah:

Sejarah Foto: Pixabay/132369
info gambar

1. Masa Lalu Mengarahkan Masa Sekarang

Report atau dokumen peristiwa masa lalu memberi pengetahuan kepada masa sekarang mengenai berbagai fenomena. Masyarakat saat ini dapat mengambil beberapa replika untuk dikembangkan menjadi temuan yang relate, baik itu teknologi, kebijakan, sistem, atau hal lain. Tidak dipungkiri bahwa teladan masa lalu juga dapat membantu menjadi solusi masalah saat ini.

2. Sejarah Membangun Empati Melalui Mempelajari Kehidupan dan Perjuangan Orang Lain

Fundamental belajar sejarah adalah mendidika generasi menjadi generasi yang beradab. Sebab sejarah memfasilitasi manusia untuk belajar akan variasi pengalaman lintas generasi: ragam ide, budaya, hingga tradisi. Memahamkan diri bahwasanya setiap generasi memiliki pengalamannya sendiri, namun demikian sedikit banyak value dan tujuan yang dibawa sama.

3. “Memahami” Sejarah Ibarat Menyelesaikan Teka-Teki atau Memecahkan Misteri

Belajar sejarah selayaknya sebuah penyelidikan. Peneliti mengumpulkan bukti dan menganalisisnya, menghubungkan dengan keterkaitan tahun, belum peristiwa migrasi tokoh yang berpengaruh pada beberapa fenomena. Mengumpulkan serangkaian petunjuk melalui dokumen, artefak, atau sumber lain, lalu menyatukan petunjuk tersebut untuk mengulas fakta sejarah. Menjadikan bukti tersebut untuk menjawab beberapa pertanyaan, bahkan menyanggah beberapa pernyataan.

Baca juga: Orhan Ghazi, Penggagas Kekaisaran Ottoman Turki yang Berkarisma

4. Semuanya Berkaitan dengan Sejarah

Miniatur kecil adalah individu. Individu senantiasa lekat dengan sejarah. Lansia memiliki sejarah masa dewasa, remaja, dan lansia. Setiap zaman tersebut menjadi rekam reka peristiwa untuk evaluasi dan menyemangati diri. Membantu diri untuk bisa lebih dewasa dan memahami diri atas berbagai pengalaman hidup.

5. Belajar dari Kesalahan

Melansir dari platform Nord Anglia Education, sejarah memberi kesempatan kepada manusia untuk memahami peristiwa masa lalu. Dengan ini, setiap individu dapat mengambil pelajaran akan datangnya kegagalan atau keberhasilan.

Baca juga: Sejarah Singkat Soal Ciracas, Jakarta Timur

6. Menumbuhkan Semangat Nasionalisme (Kebangsaan)

Belajar sejarah mendidik pribadi untuk mengenal sejarah negara dan tokoh pendiri dan pejuang. Dengan demikian, sejarah memberi semangat kepada kita untuk refleksi; alih-alih sedih dengan kondisi, kita menjadi terpacu bersemangat untuk berdiri meraih mimpi dalam semangat perjuangan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini