Yuk, Kenali Guilt Trip! Salah Satu Bentuk Manipulasi

Yuk, Kenali Guilt Trip! Salah Satu Bentuk Manipulasi
info gambar utama

"Guilt trip" adalah ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana seseorang berusaha membuat orang lain merasa bersalah atau menyalahkan diri sendiri atas suatu tindakan atau keputusan. Istilah ini mengacu pada upaya sadar untuk memanipulasi perasaan seseorang dengan cara memicu rasa bersalah.

Orang yang menggunakan guilt trip biasanya mencoba memanfaatkan perasaan bersalah orang lain untuk mempengaruhi atau mengendalikan mereka. Misalnya, seseorang mungkin secara tidak langsung mengingatkan orang lain tentang segala hal yang telah mereka lakukan untuknya, atau mengungkapkan betapa kecewa atau terluka mereka karena tindakan atau keputusan orang tersebut.

Agar dapat terhindar dari orang yang bersifat manipulatif dan membuatmu selalu merasa bersalah, Kawan bisa memahami ciri-ciri pelaku guilt trip di bawah ini:

Baca juga: Mengenal Love Bombing, Bahaya, dan Cara Menghindarinya
Guilt Trip | Foto: Alodokter
info gambar

Selalu Mengungkit Kesalahan Korban di Masa Lalu

Dengan mengangkat kesalahan masa lalu, pelaku guilt trip berharap dapat memperkuat perasaan bersalah seseorang. Mereka mungkin mengaitkan kesalahan tersebut dengan konsekuensi negatif atau rasa kekecewaan yang dialami pelaku guilt trip, dan berusaha membuat orang tersebut merasa bertanggung jawab atas perasaan tersebut.

Mengungkit Kebaikan yang Telah Dilakukan Sehingga Korban Merasa Ada Hutang Budi

Pelaku guilt trip mungkin secara terus-menerus mengingatkan orang tersebut tentang semua hal baik yang telah mereka lakukan, terutama jika mereka merasa tidak mendapatkan penghargaan, perhatian, atau pengorbanan yang diharapkan.

Dengan mengungkit kebaikan yang dilakukan, pelaku guilt trip berharap dapat memicu perasaan bersalah dalam diri orang lain. Mereka mungkin merasa bahwa mereka telah memberikan begitu banyak kepada orang tersebut, dan berharap orang tersebut akan merasa bersalah jika tidak memenuhi keinginan atau harapan mereka.

Baca juga: Upacara Nyadar, Cara Orang Madura Menghormati Sosok Penemu Garam

Menggunakan Silent Treatment dalam Menyelesaikan Masalah

Pelaku guilt trip, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, menggunakan perasaan bersalah untuk memaksa orang lain memenuhi keinginan atau kebutuhan mereka. Mereka mungkin menyalahkan orang lain, mengungkit kesalahan masa lalu, atau mengungkit kebaikan yang dilakukan untuk menciptakan perasaan bersalah yang kuat dan mempengaruhi orang tersebut.

Sementara itu, silent treatment adalah taktik di mana seseorang sengaja memberikan perlakuan dingin dan tidak berkomunikasi kepada orang lain sebagai bentuk hukuman atau kendali. Pelaku silent treatment umumnya mengabaikan atau menghindari komunikasi, membatasi kontak fisik atau emosional, dan menciptakan ketidakpastian atau kecemasan pada orang yang menjadi sasaran.

Memberikan Komentar Sarkasme Kepada Korban

Komentar sarkastik dalam konteks guilt trip sering kali mengandung sindiran atau kritik tersembunyi. Pelaku guilt tripmungkin menggunakan sarkasme untuk mengolok-olok atau merendahkan orang lain, atau untuk mengungkit perasaan bersalah terhadap tindakan atau keputusan yang dianggap tidak memenuhi harapan mereka.

Komunikasi yang penuh dengan komentar sarkastik dapat menciptakan suasana yang tidak nyaman, memicu perasaan rendah diri, dan menyulitkan pembicaraan yang jujur dan terbuka. Pelaku guilt trip mungkin berharap bahwa komentar sarkastik mereka akan mempengaruhi orang lain untuk lebih merasa bersalah dan memenuhi keinginan atau tuntutan mereka.

Sering Merasa Sebagai Korban

Perasaan ini juga disebut dengan victim mentality. Pelaku guilt trip sering kali mengadopsi sikap sebagai korban dalam situasi tertentu. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak dihargai atau diperlakukan dengan baik, dan menggunakan perasaan bersalah orang lain sebagai alat untuk mendapatkan simpati atau perhatian.

Baca juga: Budaya "Ojigi" di Jepang dan Membungkuk di Korea, Begini Maknanya

Guilt trip sering kali digunakan sebagai taktik emosional dalam hubungan personal, seperti antara pasangan, keluarga, atau teman. Namun, juga dapat ditemui dalam konteks lain, seperti lingkungan kerja atau politik. Penting untuk diingat bahwa guilt trip bukanlah pendekatan yang sehat atau konstruktif dalam berkomunikasi dan membangun hubungan yang baik. Yuk, mulai sikapi dengan bijak dan tegas perlakuan yang tidak baik terhadap Kawan!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SC
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini