Budaya "Ojigi" di Jepang dan Membungkuk di Korea, Begini Maknanya

Budaya "Ojigi" di Jepang dan Membungkuk di Korea, Begini Maknanya
info gambar utama

Konnichiwa Kawan! Anyyeonghaseyo, Kawan! Dua sapaan tersebut berasal dari bahasa Jepang (konnichiwa) dan bahasa Korea (annyeonghaseyo) yang secara general bermakna “halo”. Selain berada dalam satu kawasan yang sama yaitu Asia Timur, dua negara ini juga memiliki kultur yang mirip. Salah satunya adalah membungkuk. Membungkuk dalam pembahasan ini merujuk pada makna penghormatan kepada orang yang ditemui. Di Jepang sendiri budaya membungkuk ini dikenal dengan konsep “Ojigi”. Mari kita bahas keduanya!

“Ojigi” di Jepang

Kedalaman membungkuk Foto: Japanese
info gambar

Melansir informasi dari laman Live Japan, ojigi telah dibudayakan sejak tahun 500 hingga 800 Masehi. Ojigi merupakan budaya membungkuk yang dilanggengkan sebagai bentuk penghormatan terhadap lawan bicaranya. Di zaman sekarang, orang Jepang mempraktikan ojigi sebagai ungkapan terima kasih, permohonan sesuatu, memberi selamat, hingga minta maaf. Ojigi memiliki dua posisi yaitu: duduk dan berdiri. Berikut jenis-jenis ojigi:

1. Eshaku

Eshaku merupakan ojigi yang dilakukan kepada teman atau saudara sejawat. Umumnya dilakukan dengan menganggukkan kepala sekilas. Hal ini bermakna memberi salam dan ungkapan apresiasi.

Baca juga: Berawal dari Terjun Gunung, Olahraga Paralayang Kini Jadi Daya Tarik Wisata

2. Senrei

Senrei merupakan ojigi yang diimplementasikan dengan posisi duduk. Dipraktikan untuk seremonial atau acara formal dan semi formal. Implementasinya adalah: kepala dan badan dibungkukkan 30 derajat.

3. Keirei

Keirei merupakan ojigi yang dilakukan dengan berdiri dan membungkukkan badan sebesar 30 derajat. Keirei sering digunakan untuk memberi salam kepada pelanggan, menunjukkan rasa terima kasih, atau saat awal pertemuan atau perkenalan.

4. Seikerei

Seikerei merupakan ojigi yang dilakukan dengan membungkukkan badan sebesar 45 hingga 70 derajat sebagai ungkapan penyesalan atau maaf kepada atasan atau orang yang dianggap senior. Seikerei pernah diterapkan Jepang kepada Indonesia pada zaman penjajahan sebagai wujud pemaksaan yang kemudian ditentang habis-habisan oleh perjuangan KH. Zaenal Mustafa.

Hampir serupa dengan Jepang, Korea juga memiliki budaya membungkuk nih, Kawan. Budaya membungkuk di Korea memiliki beberapa makna. Melansir dari Salam Korea membungkuk di korea bermakna rasa hormat, , beribadah, permohonan maaf, hingga ungkapan kasih sayang. Beberapa jenis membungkuk dalam budaya Korea, antara lain:

1. Keun Jeol

Keun jeol merupakan tradisi atau budaya membungkuk yang bermakna memberi hormat dengan posisi kepala hampir menyentuh lantai sambil duduk bertimpuh. Mengutip informasi dari laman Mojok.co, keun jeol diimplementasikan dalam kebudayaan Korea untuk berbagai ekspresi seperti: duka, hormat kepada orang yang lebih tua, terima kasih, dan penyesalan.

Baca juga: Indonesia Tawarkan Resolusi Damai Konflik Ukraina, Siap Kirimkan Pasukan Perdamaian

2. Se bae

Se bae Korea Foto: Korean Cultural Center
info gambar

Se bae merupakan tanda penghormatan Korea dengan menundukkan kepala sedikit dalam posisi duduk bersimpuh. Se bae juga dilakukan oleh anggota keluarga muda ke anggota keluarga lain yang lebih tua. Biasanya dilakukan pada momen Seollal (perayaan Korea).

Melansir dari Best of Korea, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam se bae, antara lain: tata cara meletakkan tangan dan kaki yang benar saat rukuk, tidak diam saat rukuk, bukan “sae hae bae” tapi “se bae”(세배), jangan lupa uang tunai, masukkan uang tunai sae bae ke dalam kantong keberuntungan yang disebut bok jumoni, akai seol bim untuk se bae, semua kerabat adalah permainan yang adil untuk se bae tapi kun jip adalah tempat berkumpul, ada lagu khusus Tahun Baru Korea.

Bagaimana, Kawan? Unik-unik ya tradisi di berbagai negara. Selanjutnya bahas tradisi di negara mana nih? Boleh komen, ya.

Baca juga: Pasar Comboran Malang, Tempat Asik Berburu Barang Antik dari Zaman Kolonial

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini