Benteng Lohayong Flores, Rebutan Belanda dan Portugis yang Ditinggalkan karena Gempa

Benteng Lohayong Flores, Rebutan Belanda dan Portugis yang Ditinggalkan karena Gempa
info gambar utama

Benteng Lohayong yang berada di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur menjadi saksi kehadiran Portugis di tanah surga. Benteng yang dibangun pada 1555-1603 itu sekarang hanya tersisa bekas reruntuhan.

Dimuat dari Kompas, pembangunan Benteng Lohayong didorong oleh posisi Solor yang menjadi bandar perdagangan penting di sekitar Laut Sawu. Hal ini karena letaknya di persimpangan jalur laut antara Kepulauan Maluku dan NTT.

Rangkuk Alu, Tarian Tradisional Dari Manggarai, Flores, NTT

Penutur lisan sejarah Solor, Nie Kolin mengatakan sampai 1850-an kawasan ini bisa disebut kota. Karena waktu itu hanya wilayah ini yang memiliki fasilitas pemukiman yang cukup lengkap dengan pelabuhan laut.

“Pelabuhan itu digunakan saudagar Portugis untuk mengangkut kayu cendana dan gaharu dari Pulau Solor. Setiap bulan sebuah perahu mendarat di pelabuhan itu. Kayu itu diperoleh dari hutan sekitar,” jelasnya.

Diperebutkan Belanda

Pada 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang VOC yang berambisi menguasai Nusantara. VOC pertama kali menyerang Solor pada 1613, di bawah pimpinan Kapten Apollonius Schotte dan berhasil menguasai benteng itu.

Setelah itu, VOC mendirikan benteng pertahanan yang lebih kuat di bekas benteng Portugis. Benteng yang dibangun inilah yang kemudian dikenal sebagai Benteng Lohayong atau Benteng Henricus.

Wato Lota, Batuan Unik yang Dijaga Kelestariannya oleh Warga Adat Flores

Tetapi ada versi lain yang menyebut orang-orang Portugis sebenarnya diusir oleh warga sekitar. Kepala Desa Lohayong II Thahir Kasim mengatakan orang Portugis membangun benteng itu untuk melindungi diri dari serangan penduduk lokal.

“Kalau Belanda mengusir Portugis tentu penduduk di Lohayong ini beragama Protestan, tetapi faktanya mengakut agama Islam. Siapa yang mengusir Portugis dari Lohayong, kita akan diskusi bersama ahli sejarah dan sejumlah tokoh Katolik tentang hal ini untuk mencari kebenaran sejarah,” kata Thahir.

Ditinggalkan karena gempa

Tetapi benteng Lohayong yang berdenah bujur sangkar dan memiliki empat bastion di setiap sudutnya ini kemudian ditinggalkan. Bukan karena sebab manusia, tetapi karena gempa bumi yang terjadi pada tahun 1648.

Guncangan gempa membuat dinding-dinding benteng runtuh dan meriam yang ada pun terlempar dari tempatnya. Karena gempa itu, ada empat korban jiwa termasuk anak dari komandan benteng, Hendrik ter Horst.

Tenun Songke, Kearifan Lokal Khas Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur

Gempa susulan yang sering terjadi di Solor membuat usaha VOC untuk memperbaiki Benteng Lohayong terasa sia-sia. Karena itu, VOC memilih untuk meninggalkan Solor dan menelantarkan benteng ini.

Tetapi sekarang banyak orang yang mendatangi benteng itu sebagai wisata ziarah. Sesuai peraturan Desa Lahayong, pengunjung dikenai pungutan Rp25.000 per pengunjung lokal dan Rp100.000 per pengunjung asing.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini