Disease X, Pandemi Berikutnya?

Disease X, Pandemi Berikutnya?
info gambar utama

Baru-baru ini, WHO mengumumkan bahwa pandemi Covid-19 telah berakhir. Selama hampir 3 tahun bergulat dengan virus ini, masyarakat akhirnya bisa terbebas dari swab test atau masker. Namun, ada sejumlah penyakit dan virus tertentu yang masih berada di bawah pengawasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dilansir dari cnnindonesia.com, salah satu yang kini paling disorot adalah 'Disease X'. Para ahli bahkan memprediksi penyakit satu ini bisa jadi pandemi yang lebih fatal dari Covid-19.

Apa Itu Disease X?

Disease X sendiri sebenarnya mengacu pada penyakit yang disebabkan oleh patogen yang tak diketahui pada manusia. Adapun, istilah ini sendiri muncul pertama kali pada tahun 2018. Penyakit ini sangat dimungkinkan untuk kemudian menjadi pandemi selanjutnya. Istilah ini mencerminkan pemahaman bahwa penyakit baru dapat muncul dengan cepat dan memiliki potensi untuk menyebar dengan cepat di tengah populasi yang rentan.

Penting untuk dicatat bahwa Disease X bukan penyakit yang sudah ada atau telah terjadi, melainkan konsep yang digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan dan persiapan dalam menghadapi penyakit yang belum diketahui secara spesifik.

Pada saat ini, fokus utama kesehatan global adalah pada penyakit seperti COVID-19, Ebola, HIV/AIDS, dan penyakit menular lainnya yang telah dikenal dan mempengaruhi populasi secara luas.

Baca juga: Bangkitnya Bali Pasca Pandemi COVID-19
Pandemi | Foto: cnnindonesia.com
info gambar

Apa yang Bisa Menjadi Penyebab Disease X?

Dilansir dari outlookindia.com, beberapa ahli kesehatan masyarakat percaya bahwa Disease X berikutnya akan bersifat zoonotik, yang berarti akan berasal dari hewan liar atau ternak, lalu menyebar dan menginfeksi manusia. Hingga saat ini, wabah mematikan Ebola, HIV/AIDS, dan COVID-19 juga bersifat zoonotik.

Beberapa juga percaya bahwa bioterorisme bisa menjadi penyebab pandemi berikutnya, demikian seperti yang disebutkan dalam laporan tersebut.

"Kemungkinan adanya patogen pandemik yang dihasilkan secara rekayasa juga tidak dapat diabaikan," demikian kata penulis sebuah artikel tahun 2021 di jurnal Infection Control & Hospital Epidemiology, yang dilansir dari outlookindia.com.

"Pelepasan patogen-patogen tersebut, baik melalui kecelakaan laboratorium atau sebagai tindakan bioterorisme, dapat menyebabkan Disease X yang sangat berbahaya dan telah disebut sebagai risiko bencana global," tambah penulis tersebut.

Sumber lain yang mungkin adalah virus-virus "zombie" yang terkunci dalam permafrost atau lanskap beku lainnya selama berabad-abad, tetapi dilepaskan oleh perubahan iklim yang memanas, demikian lanjut laporan tersebut.

Baca juga: Bernilai Sejarah, Kedutaan Besar Inggris Rayakan HUT Raja Charles III di Kebun Raya Bogor

Langkah-Langkah untuk Mencegah Disease X

Belajar dari pandemi-pandemi sebelumnya, seperti kasus Covid-19 dan Ebola, penting untuk diketahui bagaimana cara mencegah timbulnya pandemi baru ini. Meskipun situasinya cukup suram, langkah-langkah yang dapat diambil untuk menghentikan Disease X dan mengurangi penyebaran serta kerusakannya dengan mempersiapkannya secara tepat dan preventif, seperti:

(1) Kita perlu mengembangkan pedoman internasional untuk mengendalikan bioterorisme. Serangan bioterorisme juga dapat menyebabkan epidemi, misalnya jika virus Ebola atau Lassa digunakan sebagai agen biologis.

(2) Saran dari kalangan akademisi harus dicari dengan tepat waktu tanpa adanya campur tangan politik.

(3) Pembatasan perjalanan dan pemeriksaan bandara yang tepat dan segera perlu dilaksanakan untuk mengendalikan penyebaran patogen X melintasi batas negara.

(4) Para ilmuwan, klinisi, dan pakar penyakit menular di dunia harus bertindak secara kolaboratif untuk menyelidiki, mengendalikan, dan mengeliminasi penyakit dengan tepat waktu.

(5) Pengujian yang luas dan pelacakan kontak yang agresif dapat efektif dalam mengendalikan wabah.

(6) Investasi yang tepat waktu dapat dilakukan untuk mempercepat pengembangan, ketersediaan, dan persetujuan langkah-langkah medis pengendalian (seperti diagnostik, vaksin, dan uji klinis) yang diperlukan sebelum dan selama pandemi.

(7) Pemantauan aktif terhadap laboratorium virus diperlukan untuk menghindari kemungkinan kebocoran virus baru.

Baca juga: 10 Persen Hasil Penjualan Tiket Indonesia vs Palestina Akan Disumbangkan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SC
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini