Pendidikan Seks Usia Dini Bantu Antisipasi Disforia Gender

Pendidikan Seks Usia Dini Bantu Antisipasi Disforia Gender
info gambar utama

Pendidikan seks didefinisikan dengan pembelajaran yang meliputi pengetahuan dan keterampilan mengenai seksual(berkenaan dengan seks atau jenis kelamin). Berdasarkan informasi di Planned Parenthood ,pendidikan seks yaitu pengajaran dan pembelajaran berkualitas tinggi tentang berbagai macam topik yang berkaitan dengan seks dan seksualitas.

Pendidikan ini bermanfaat sebagai petunjuk bagi seseorang untuk memahami posisinya sesuai dengan jenis kelamin saat berinteraksi secara sosial dalam scope masyarakat. Dengan demikian, melansir dari laman Raising Children, pendidikan seks usia dini merupakan bentuk pendidikan atau pengajaran yang bertujuan memahamkan anak mengenai seks sebagai bagian dari hidup yang sehat.

Lantas, apa korelasinya dengan disforia gender? Sebelum memahami keterakitannya, mari kita pahami mengenai disforia gender. Mengutip pernyataan dari American Psychiatric Association, disforia gender diartikan dengan tekanan psikologis yang dihasilkan dari ketidaksesuaian antara jenis kelamin seseorang yang ditetapkan saat lahir dan identitas gender seseorang.

Nah, pada umumnya disforia gender ini timbul atau dirasakan pada usia kanak-kanak. Definisi serupa dilaporkan oleh NHS dalam lamannya yang mengatakan, disforia gender adalah istilah yang menggambarkan rasa tidak nyaman yang mungkin dimiliki seseorang karena ketidakcocokan antara jenis kelamin biologis dan identitas gender mereka.

Anak-anak Foto:Pixabay/ ean254
info gambar

Dengan demikian, pendidikan seks usia dini dapat menjadi jalan untuk mengantisipasi adanya disforia gender. Orang dewasa perlu capable dalam memberikan pendidikan seks kepada anak disesuaikan dengan pola pemahaman di usianya.

Hal ini untuk menghindari dari timbulnya kebingungan atau bahkan mis-persepsi pada anak. Nah, berikut adalah mekanisme transfer pengetahuan (pendidikan seks) dari orang dewasa kepada anak.

Baca juga: Budaya "Ojigi" di Jepang dan Membungkuk di Korea, Begini Maknanya

Mekanisme Transfer Pengetahuan ke Anak

Tahapan-tahapan ini dinukil dari laman Raising Children yang memberikan informasi seputar pola interaksi dan komunikasi dalam lingkup pendidikan seks usia dini, antara lain:

  1. Memahami bahwa adanya rasa penasaran dari anak dan sebagai orang tua harus peka dan menelusuri sampai pada tingkat mana rasa tahu dan “penasaran” anak.
  2. Berbicara kepada anak untuk memperbaiki informasi yang salah dengan memberi faktanya.
  3. Menggunakan pola percakapan keseharian (orang tua memahami timing yang tepat untuk berbicara dengan anak dalam percakapan aktivitas keseharian.

Memperhatikan Psikologi Pemahaman Anak

Dalam proses transfer pengetahuan, orang dewasa perlu memahami level penerimaan seseorang berdasarkan usianya. Nah ada beberapa catatan;

  1. Menjelaskan suatu hal sesuai dengan kapasitas pemahaman seusianya.
  2. Membuat penjelasan yang singkat, faktual, dan positif.
  3. Gunakan nama yang benar untuk bagian tubuh (presisi), misalnya: penis, skrotum, testis, vulva, vagina.
  4. Berani untuk mengatakan “saya tidak tahu” untuk menyesuaikan percakapan, ya. Namun demikian, sebagai orang dewasa perlu menambahkan pernyataan bahwa akan mencari beberapa informasi dan anak dipersilakan untuk bertanya kepada mereka kembali.
Baca juga: Mencontoh Nusa di Kartun "Nusa Rara", Representasi Anak Disabilitas yang Bersemangat

Level Usia

Level Usia Anak Foto: Pixabay/ akshayapatra
info gambar

1. “Apa yang harus dikatakan tentang seks, seksualitas, dan tubuh” (level usia 0-2 tahun )

Orang dewasa dapat memanfaatkan aktivitas keseharian untuk membangun pengetahuan anak mengenai tubuh. Misalnya: pada saat membantu anak berpakaian, maka bisa dikenalkan nama-nama bagian tubuhnya.

2. “Apa yang harus dikatakan tentang seks, seksualitas, dan tubuh” (level usia 2-3 tahun)

Pada usia ini anak memiliki kecenderungan untuk ingin tahu mengenai tubuh mereka sendiri dan orang lain. Nah, sebagai orang dewasa, Kawan dapat mengajarkan tentang nama dan fungsinya secara umum. Cara lain adalah dengan melihat buku-buku yang membantu memahamkan anak, seperti: Hair in Funny Places oleh Babette Cole, dll.

3. “Apa yang harus dikatakan tentang seks, seksualitas, dan tubuh” (level usia 4-5 tahun)

Anak di usia ini cenderung menanyakan “darimana bayi berasal?”. Langkah pertama yang dapat orang dewasa lakukan adalah dengan bertanya balik, “bagaimana menurut adik?”. Hal ini untuk menggali lebih dalam sampai mana pengetahuan anak dan sebagai referensi mengukur jawaban yang akan diberikan. Jawab dengan “Bayi tumbuh di suatu tempat di dalam tubuh yang disebut rahim”.

Baca juga: Legitnya Gethuk Goreng Khas Sokaraja

4. “Apa yang harus dikatakan tentang seks, seksualitas, dan tubuh” (level usia 6-8 tahun)

Pada level usia ini, anak akan cenderung bertanya-tanya mengenai “bagaimana bayi bisa masuk rahim”. Maka orang tua kembali menanyakan balik untuk mengukur pengetahuan anak. Selanjutnya, jelaskan bahwa anak terjadi melalui proses pertemuan sel telur dan sperma antara orang dewasa laki-laki dan perempuan dan sama sekali tidak terjadi pada anak.

Kurikulum Pendidikan Seks

Anak Foto: Pixabay/NWimagesbySabrinaEickhoff
info gambar

Melansir dari IslamiCity, Dostoevsky mengatakan bahwa, "Tanpa Tuhan, segalanya mungkin.” Hal ini bermakna bahwa ketiadaan kekuatan untuk yakin kepada Tuhan dalam memahami konsep maka akan mendorong kepada kesalahan dalam berpikir dan bertindak.

Dengan demikian, sebelum memulai mengenalkan nama-nama dan konsepsi bagain tubuh, perlu untuk menanamkan kekuatan bahwa segala keluarbiasaan tubuh itu ada yang menciptakan.

Orang tua sebagai pionir dan peletak dasar pengetahuan bagi anak harus memberi dasar pendidikan yang baik. Ayah kepada anak laki-laki dan ibu kepada anak perempuan dalam hal seksualitas.

Dalam islam sendiri, pendidikan seks Islami harus diajarkan di rumah dimulai sejak usia dini. Sebelum menanamkan pendidikan mengenai anatomi dan fisiologi, kepercayaan terhadap Sang Pencipta harus dibangun dengan baik. Berikut adalah kurikulum pendidikan seksual yang dapat diberikan secara berkala dan berkelanjutan dari IslamiCity:

1. Pertumbuhan dan perkembangan seksual

Meliputi tabel waktu untuk pubertas, perubahan fisik selama pubertas, kebutuhan untuk kehidupan keluarga.

2. Fisiologi sistem reproduksi

Untuk anak perempuan adalah organ, menstruasi, sindrom pramenstruasi. Sedangkan untuk anak laki-laki yakni organ, dorongan seks.

3. Hal-hal Lain

Meliputi konsepsi, perkembangan janin dan kelahiran, penyakit Menular Seksual (VD/AIDS), aspek mental, emosional dan sosial pubertas, etika sosial, moral dan agama, serta cara menghindari tekanan teman sebaya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini