Kisah Cinta Tragis yang Pisahkan Desa Golan dan Mirah di Ponorogo

Kisah Cinta Tragis yang Pisahkan Desa Golan dan Mirah di Ponorogo
info gambar utama

Kisah cinta tragis antara Joko Lancur dan Siti Amirah yang tak bisa bersatu menjadi legenda masyarakat Ponorogo. Pasalnya karena gagalnya kisah cinta itu muncul sebuah pantangan yang berlaku bahwa warga desa Golan dan Mirah tak bisa bertemu.

Dimuat dari Detik, cerita ini bermula dari seorang pemuda Desa Golan yang bernama Joko Lacur alias Supeno yang mendatangi Desa Mirah untuk sabung ayam. Tetapi jagoannya itu kalah dan lari ke dapur Siti Aminah.

Ternyata langkah ayam itu menuntunnya bertemu kekasih hatinya, yakni Siti Aminah. Namun cintanya ini membuatnya selalu murung, Perubahan sikap tersebut membuat ayahnya, Ki Ageng Honggolono yang pemuka agama Hindu bertanya-tanya.

GWK Bali Bakal Punya Saingan, Monumen Reog Ponorogo Setinggi 126 Meter Siap Dibangun

Ki Ageng Honggolono yang tahu soal isi hati anaknya segera melamar kepada Ki Ageng Mirah. Namun Ki Ageng Mirah adalah seorang juru dakwah agama Islam sehingga kisah cinta anaknya tidak akan direstui.

“Ki Ageng Mirah tahu anaknya jatuh cinta dengan anak Ki Ageng Hanggolono. Namun, dia tidak berani menolak secara terang-terangan,” jelas Sudirman, pegiat seni dan sejarah.

Kutukan Ki Ageng Honggolono

Ki Ageng Mirah kemudian mengajukan beberapa syarat untuk mendapatkan restunya. Syarat pertama dalam satu malah sawah Desa Mirah harus dialiri. Padahal ketika itu sedang musim kemarau.

“Syarat pertama dipenuhi dengan mudah oleh Ki Ageng Honggolono yang memerintahkan buaya berjajar di tambak, makannya sekarang adanya Tambakboyo,” tuturnya.

Syarat kedua adalah karung berisi padi dan kedelai harus datang sendiri dari Golan ke Mirah tanpa digotong manusia. Tetapi walau sudah dikabulkan, Ki Ageng Mirah menyatakan bahwa karung itu bukan berisi padi, tetapi jerami.

Capai Nilai Rp3 Miliar, Menilik Potensi Ekspor Kunyit Asal Ponorogo

“Ki Ageng Honggolono pun marah karena merasa dipermalukan,” imbuhnya.

Karena kisah cintanya kandas membuat Siti Mirah tertekan hingga meninggal dunia. Sedangkan Joko Lancur pun bunuh diri karena tak kuat melihat kekasih hatinya meninggal dunia. Karena itulah Ki Ageng Honggolono mengeluarkan sumpahnya.

“Warga Desa Golan dan Mirah tidak boleh menikah. Segala jenis barang dari kedua Desa Golan dan Mirah tidak bisa dijadikan satu. Warga Desa Golan tidak boleh membuat atap rumah berbahan jerami Warga Desa Mirah tidak boleh menanam, membuat hal apa pun yang berkaitan dengan bahan kedelai,” ucapnya Sudirman.

Dipercaya hingga kini

Sudirman menyatakan hingga kini banyak cerita yang membenarkan sumpah dari Ki Ageng Honggolono tersebut. Misalnya kisah air sungai yang mempertemukan antara Desa Golan dan Mirah pun tak bisa bersatu.

“Air pertemuan dua sungai itu sampai sekarang tidak bisa menyatu, seperti ada minyak dan air,” ujarnya.

Hal yang sama juga dialami istrinya yang berasal dari Desa Golan. Ketika membantu memasak di rumah kakak sepupu, masakannya tidak matang-matang. Padahal gas dan api yang keluar tidak ada gangguan.

Mitos Dua Desa Yang Tak Bisa Bersatu di Ponorogo

Diketahui setelahnya ada tamu yang berasal dari Desa Mirah sehingga masakannya tidak matang. Padahal jelas Sudirman tamu mulai banyak berdatangan, akhirnya warga dari Desa Mirah itu disuruh untuk pulang.

“Selepas tamu itu pergi kemudian masakan di dapur pun bisa matang dan disajikan ke tamu undangan,” jelasnya.

Hal yang lebih parah terjadi saat istrinya menjadi perias pengantin di Desa Golan. Prosesi pernikahan itu sebenarnya berjalan lancar, namun setelahnya mereka malah bercerai. Ternyata diketahui pengantin pria keturunan dari Mirah.

“Ternyata pengantin pria ada keturunan dari Mirah, keduanya harus berpisah karena ada taruhannya nyawa,” imbuhnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini