Review Novel Bergenre Cinta Sejati Zaman Kolonial: Paul Verkerk dan Nyai Isah

Review Novel Bergenre Cinta Sejati Zaman Kolonial: Paul Verkerk dan Nyai Isah
info gambar utama

Pada masa penjajahan, Kawan tahu bahwa banyak penderitaan yang dialami masyarakat pribumi oleh kebengisan kolonial. Meskipun begitu, ada beberapa kisah menarik yang tersimpan diantara masa tersebut. Salah satunya adalah kisah cinta antara Paul Verkerk dengan Nyai Isah. Kisah cinta mereka ditulis dalam sebuah novel berjudul Tjerita Njai Isah yang ditulis oleh Ferdinand Wiggers.

Review Novel Tentang Kisah Cinta Paul Verkerk dan Nyai Isah

Novel yang menyiratkan tentang cinta campuran antara warga Eropa dengan Pribumi ini berhasil menarik perhatian pembaca kala itu. Dalam ceritanya, Paul Verkerk jatuh cinta terhadap Nyai Isah, gadis manis asal Jawa. Meskipun begitu, perspektif novel ini mengubah pembaca bahwa tidak semua masyarakat kolonial menggunakan pemaksaan dalam mendapatkan cintanya.

Novel ini juga menyiratkan bahwa Paul Verkerk benar-benar jatuh cinta terhadap Nyai Isah bukan karena nafsu belaka. Sepertinya Ferdinand Wigger berhasil mengubah perspektif pembaca terkait kisah cinta campuran Eropa-Indonesia.

"Malang, pasca ditolaknya Verkerk oleh ayahnya, Isah jadi sering sakit-sakitan. Nampaknya ia juga telah jatuh hati kepada pegawai perkebunan kopi itu (Paul Verkerk). Dari sini, kemudian ayah Isah melepas putri tercintanya dan memercayai Verkerk, untuk menyayangi putrinya," tulisnya.

Baca juga: Legenda Nyai Randinem sebagai Koki Pertama Serabi Kalibeluk dari Kota Batang

Warga Pribumi Masih Mengental Terhadap Diskriminasi Sosial

Kisah Cinta Paul Verkerk
info gambar

Review selanjutnya bahwa novel ini masih menggambarkan warga pribumi yang terkena diskriminasi sosial. Kawan tahu bahwa zaman Hindia-Belanda terdapat stratifikasi sosial. Stratifikasi itu menempatkan warga pribumi sebagai kasta terbawah.

Alhasil, banyak penindasan yang dilakukan oleh kasta teratas dan kasta bangsawan.

"Umumnya dalam sastra kolonial Hindia-Belanda (tentang) nyai, yang ditampilkan berulang-ulang, sering digambarkan sebagai wanita yang tidak setia, mengincar harta pria, dan suka balas dendam terhadap majikannya dengan menggunakan gunaguna sehingga terbentuk sebuah gambaran stereotipe yang negatif dari nyai," tulis Sutedja-Liem.

Perlu diketahui, dalam karya sastra yang ditulis oleh kolonial, Kawan bisa mengetahui bahwa warga pribumi sering digambarkan sebagai degenerasi, peruntuh akhlak, tidak beradab, dan menghancurkan keturunan Eropa murni. Tentunya hal ini menimbulkan citra negatif bagi masyarakat pribumi di hadapan dunia.

"Dalam novel-novel karya sastra nasional, njai dipergunakan sebagai lambang degenarasi, lambang peruntuhan masyarakat kolonial," tulis Henk M.J Maier (1990) dalam buku Some Genealogical Remarks on The Emergence of Modern Malay Literature.

Baca juga: Makam Nyai Tembong, Pusara Kucing Kesayangan PB X di Trotoar Solo Baru

Ditambah, kisah cinta Paul Verkerk yang terhalang antara stigma orang Belanda bahwa menikah dengan orang pribumi akan menyulitkan perekonomian keluarga. Bahkan, VOC pernah mengeluarkan kebijakan bahwa orang Belanda harus menikah dengan orang Belanda atau Eropa.

Meskipun begitu, banyak pegawai Hindia Belanda yang menggunakan wanita Jawa sebagai gundik atau budaknya. Namun, di dalam novel ini, sekali lagi Paul Verkerk benar-benar jatuh cinta kepada Nyai Isah.

Kebaikan dalam Novel yang Ditulis oleh Ferdinand Wiggers

Meskipun novel ini masih menggambarkan realitas antara kehidupan pribumi dengan kolonial, novel yang ditulis oleh Ferdinand Wiggers memberikan kesan yang berbeda. Ia mengorbankan salah satu tokohnya (Paul Verkerk) sebagai pria sejati yang rela berkorban untuk kekasih tersayangnya.

"Isah adalah lambang kesetiaan, bahkan sekalipun Verkerk (kekasihnya) mengalami kebangkrutan karena kehilangan pekerjaan di perkebunan kopi, di Bagelen. Ia rela berjualan keliling untuk memenuhi kebutuhan kekasih dan anaknya," tulis Sutedja Liem pada buku Menghapus Citra Buruk Njai dalam Karya-karya Fiksi Berbahasa Melayu (1896-1927).

Baca juga: Pendirian 'Aisyiyah dan Upaya Nyai Ahmad Dahlan dalam Keseteraan Gender

Meskipun hanya novel berbahasa Melayu, penulis novel ini memang membuat Kawan cukup terharu akan alurnya. Kawan bisa membaca buku ini di perpustakaan terdekat, ya. Jika tidak ada, cobalah untuk search di Google. Apakah Kawan tertarik untuk membaca novel kisah cinta antara Paul Verkerk dan Nyai Isah?

Referensi: nationalgeographic.grid.id | omong-omong.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini