Biennale, Membangun Yogyakarta Melalui Jiwa Anak Muda Dalam Seninya

Biennale, Membangun Yogyakarta Melalui Jiwa Anak Muda Dalam Seninya
info gambar utama

Semakin marak anak muda meromantisasi Jogja dengan keindahannya. Katanya, di setiap sudut Yogyakarta, terdapat mistis yang dapat merasuk jiwa untuk merasa nyaman dan melekatkan memori di sana. Konon katanya, ada sesuatu di 'Jogja'. Namun nyatanya, apakah sekarang masih sama?

Yogyakarta dengan kultur khasnya berhasil untuk membawa kita larut dalam suasana kota. Namun, seiring berjalannya waktu, Jogja tidak lagi sama. Seni, budaya, serta kehidupan sosialnya makin berganti seiring dengan perkembangan zaman dan waktu. Kekentalan dari seninya perlahan mulai luntur dan tergantikan dengan hal-hal modern.

Pameran seni, teatrikal budaya, serta pertunjukan budaya pun semakin jarang kita temui, dan dapat kita lihat hanya dalam event-event tertentu yang memang mementaskan hal tersebut sesekali.

Diantara hingar bingar pergesera budaya tersebut, terdapat satu yayasan yang masih memberdayakan seni melalui pameran yang mereka rutin lakukan setiap 2 tahun sekali. Yayasan Biennale Yogyakarta, yang setia untuk memberi impresi tertentu dalam setiap tema yang mereka bawa siap menyambut pengunjung dengan karya seni mereka yang akan mempesona kita.

Biennaledengan misi mereka yakni menginisiasi dan memfasilitasi berbagai upaya agar mendapat konsep strategis dalam perencanaan kota dengan basis seni-budaya berusaha untuk dapat membawa isu sosial budaya dalam setiap pameran yang mereka angkat.

Mengenal Seni Pertunjukan Gondang Batak

Biennale bekerja sama dengan para seniman dan kurator muda untuk dapat mengembangkan seni-budaya, terutama di Jogja. Mengadvokasi berbagai isu tersebut, Biennale berharap agar dapat meningkatkan awareness yang dapat dinikmati pengunjung dengan seni yang apik.

Menjadi perantara antara masyarakat sekitar dan seniman, Biennale berharap agar masyarakat dapat turut andil dalam memahami isu sosial dan di realisasikan dalam bentuk seni rupa.

Tidak hanya pameran, Biennale pun menawarkan program Asana Bina Seni. Program yang memberdayakan banyak sektor ini turut andil dalam 'menghidupkan' kembali nyawa seniman dalam insan muda yang tertarik untuk memahami seluk-beluk seni. Asana Bina Seni menawarkan berbagai macam program, seperti workshop yang nantinya disambung dengan pameran.

Program inipun menarik anak-anak muda dan masyarakat sipil untuk dapat memahami seni serta kuratorial. Dalam program ini pun, pengunjung dapat berinteraksi dengan seniman terkait dan mengetahui lebih dalam mengenai seni rupa yang dibuatnya.

Pengangkatan tema Biennale pun tidak main-main. Mereka serius dalam memilih serta mengeksekusi tema yang apik tersebut. Setiap ide dibalik tema besar, mereka dapat selalu berhasil untuk dapat menjadi wadah seniman berekspresi dimana terdapat berbagai macam isu yang dibawa dari daerah asal mereka masing-masing. Berangkat dari keresahan mereka, akhirnya dapat tercipta karya baru yang menghipnotis pengunjung untuk dapat menikmatinya.

Tidak mudah untuk dapat menemukan pameran serupa seperti Biennale. Sasaran mereka dapat dikatakan sangat tepat ditengah cepatnya arus pergeseran budaya, mereka dapat menempatkan posisi seni rupa yang dapat dinikmati, sehingga anak muda dapat berfoto ria karena pameran ini sangat instagramable. Postingan di sosial media pun dapat menjadi influensi bagi netizen untuk dapat mengunjungi pameran ini.

Di Bulgaria, Seni dan Budaya Indonesia Kembali Menunjukkan Pesonanya

Biennale menjadi salah satu contoh pergerakan dan pengembangan seni di Jogja yang akan selalu diminati banyak orang. Diperlukan banyak pameran lain serta pertunjukan serupa untuk dapat melestarikan seni budaya yang kita miliki.

Seni budaya tidak akan bisa kita budayakan jika kita tidak turut andil dalam memberdayakan seniman-seniman bertalenta di Indonesia. Maka dari itu, mari kita turut bertasipasi dalam melestarikan budaya serta menjadi bagian dari masyarakat sipil untuk dapat memahami isu sosial di sekitar kita.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

P
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini