Sosok Kassian Cephas, Fotografer Pribumi Pertama di Hindia Belanda yang Terlupa

Sosok Kassian Cephas, Fotografer Pribumi Pertama di Hindia Belanda yang Terlupa
info gambar utama

Banyak penggemar fotografer yang tak mengenal sosok Kassian Cephas. Tentunya ironis karena, Kassian Cephas adalah pelopor fotografi Indonesia. Biasanya bidang fotografi di Hindia Belanda selalu dipegang oleh Belanda, Tionghoa hingga Jepang.

“Dia adalah fotografer pribumi pertama setelah puluhan tahun bidang ini dipegang sepenuhnya oleh orang Belanda, Tionghoa dan Jepang semenjak pengenalan pertamanya di Indonesia,” tulis dalam Majalah Jas Merah.

Ternyata, Hobi Ini Bisa Jadi Profesi Bergengsi Kalau Punya Sertifikasi Resmi (Bagian 1)

Kassian Cephas lahir di Yogyakarta, pada 15 Februari 1844. Dia lahir dari pasangan pribumi Kartodrono dan Minah, namun kemudian diadopsi oleh Adrianus Schaik dan istrinya Eta Philipina Kreeft.

Kassian dibaptis pada tanggal 27 Desember 1860. Dia mengambil nama Cephas sebagai nama baptisnya. Cephas sendiri adalah nama Santo Petrus dalam bahasa Aram. Cephas ini kemudian dijadikan nama keluarga.

Karir di dunia fotografi

Foto Kassian Cehplas/KITLV
info gambar

Kassian memulai karirnya di bidang fotografi dengan magang bersama Simon Willem Camerik, fotografer istana. Sultan Hamengkubuwono IV tertarik dengan minat dan bakatnya pada dunia fotografi dan merekomendasikannya kepada Camerik.

Pada tahun 1869, Isaac Groneman, seorang dokter didatangkan dari Bandung ke Yogyakarta. Groneman yang bekerja sebagai dokter pribadi Sultan Hamengkubuwono VI ini mempunyai minat besar pada arkeologi dan budaya Jepang.

Pandai dan Estetik, Kisah Fotografer Darwis Triadi

Karena itu Kassian kerap turut ikut dalam perjalanan Groneman ke situs-situs sejarah sebagai fotografer. Karya fotografi profesionalnya dimuat pertama kali dalam buku In den Kedaton te Jogjakarta karya Groneman.

Sultan Hamengkubuwono VII naik tahta menggantikan ayahnya Sultan Hamengkubuwono VI. Dirinya kemudian menunjuk Kassian Cephas sebagai fotografer istana yang selalu mendokumentasi kegiatan raja.

“Ia pun mempunyai semakin banyak kesempatan untuk mengabadikan momen-momen sejarah dan budaya di dalam dan luar tembok keraton,” jelasnya.

Membuat studio foto

Foto Cassian Cehplas/Wikipedia
info gambar

Pada tahun 15 Januari 1877, Kassian bersama anaknya Sem membuka studio foto di Lodji Ketjil (sekarang Jalan Mayor Suryotomo). Bersama Groneman, Kasian membuat Vereeniging voor Oudheid Land, Taal en Volkenkunde te Jogjakarta.

“Selain mengurus permintaan potret di studionya, Kassian juga sering menjadi juru foto dalam penelitian situs sejarah bersama rekan seperkumpulannya,” paparnya.

Setelah menyelesaikan proyek Karmawibhangga Borobudur, Kassian juga menjadi anggota honorer Batavian Society of Arts and Sciences atas partisipasinya memotret bagian kompleks Candi Borobudur yang baru dieskavasi.

Mentari Anggarini Buktikan Memotret Makanan Bukan Sekadar Tinggal Cekrek, Menakjubkan!

Pada tahun 1897, Kassian memotret kunjungan Raja Thailand Chulalongkorn ke Yogyakarta. Sebagai ucapan rasa terima kasih, Raja Thailand menghadiahkan sebuah kotak berisi tiga kancing dari batu permata.

Sementara itu pada 1899, Kassian juga bekerja sama dengan Groneman mendokumentasikan peringatan pengangkatan Hamengkubuwono III sebagai Putra Mahkota Kesultanan.

“Pertunjukan selama empat hari itu menyedot perhatian 23,000 hingga 36.000 orang,” paparnya.

Kassian juga dianugerahi medali kehormatan Order of Orange-Nassau oleh Ratu Wilhelmina. Di umurnya yang ke 60, Kassian pun pensiun dari dunia fotografer setelah kematian istrinya pada tahun 1911.

Kassian pun meninggal pada tanggal 16 November 1912, dua pekan kemudian, 2 Desember 1912 sebuah kecelakaan yang tidak dijelaskan, membuat sahabatnya Isaac Groneman juga meninggal dunia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini