Legenda Amuk Ular Naga dalam Fenomena Semburan Kawah Oro Oro Kesongo Blora

Legenda Amuk Ular Naga dalam Fenomena Semburan Kawah Oro Oro Kesongo Blora
info gambar utama

Pada bulan Februari lalu, semburan kawah lumpur Kesongo atau yang dikenal Oro Oro Kesongo kembali terjadi. Dimuat dari Kompas, pada seminggu itu, terjadi erupsi selama tiga hari yakni Jumat, Sabtu hingga Minggu.

Oro-Oro Kesongo adalah sebuah fenomena alam berupa tanah yang mempunyai aktivitas berupa semburan lumpur dan gas belerang. Lokasi semburan ini berada di Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Mitos Pengantin Dikutuk Jadi Batu hingga Larangan Nikah Antar Dua Desa

Masyarakat setempat mempercayai asal muasal Kesongo erat kaitannya dengan Kisah Prabu Ajisaka dan putranya yang berwujud ular naga raksasa bernama Jaka Linglung pada masa Kerajaan Medang Kamulan.

Prabu Ajisaka diketahui tak menyukai sifat dan fisik Jaka Linglung. Agar bisa menyingkirkan Jaka Linglung, Prabu Ajisaka memerintahkan putranya bertapa di tengah hutan tanpa makan dan juga minum.

“Patuh dengan perintah sang ayah, Jaka Linglung pun bertapa dengan membuka mulutnya lebar-lebar hingga menyerupai gula,” tulis Rachmawati.

Memakan sembilan anak

Gunung Lumpur/Shutterstock
info gambar

Ratusan tahun kemudian, ada 10 anak desa yang menggembala ternak di sekitar tempat Jaka Linglung bertapa. Ada seorang anak yang memiliki penyakit kulit diusir oleh sembilan anak tersebut.

Karena kejadian itu, Jaka Linglung menelan sembilan anak tersebut. Salah satu anak yang selamat meminta pertolongan hingga terdengar oleh Prabu Ajisaka. Sehingga membuat Prabu Ajisaka murka.

Situs Wura-Wari: Memori Ketika Pulau Jawa Menjelma Lautan Darah

“Ajisaka pun murka dan Jaka Linglung yang merasa bersalah langsung masuk ke perut bumi untuk melanjutkan pertapaannya,” tulisnya.

Setelah itu muncul fenomena ledakan lumpur. Lokasi tersebut kemudian dikenal dengan Kesongo yang diartikan dalam bahasa Jawa yakni, cah songo atau sembilan anak. Sementara ledakan itu pun dipercaya sebagai murka dari Jaka Linglung.

Dijadikan objek wisata

Gunung Lumpur/Shutterstock
info gambar

Karena legenda ini nama Oro Oro Kesongo selalu terkenal mistis dan angker bagi masyarakat Blora. Karena itulah banyak masyarakat yang datang selain untuk berwisata melihat semburan kawah, ada juga yang hadir sengaja agar mendapatkan berkah.

"Memang terkesan angker, gung liwang-liwung, banyak yang datang berwisata dan ritual," papar Andan Subiyanto, pemerhati masalah lingkungan di Blora.

Tetapi pemerintah setempat masih berupaya menjadikan kawasan ini sebagai obyek wisata. Karena itulah, pemerintah akan melakukan pembenahan fasilitas di Oro-Oro Kesongo. Seperti menyusun lay out, memasang gazebo hingga panduan proteksi untuk warga.

Riwayat Blora: Wilayah Bersejarah yang Masyarakatnya Dekat dengan Hutan

Sunadi, salah seorang perakat desa Gabusan mengemukakan wacana untuk mengembangkan Oro Oro Kesongo sebagai lokasi wisata alam sudah lama dibicarakan. Tetapi hingga kini belum terwujud, bahkan warga semakin khawatir akan terjadi semburan lumpur secara tiba-tiba.

"Saat ini akses jalan menuju Kesongo perlu dibangun. Kalau aktivitas semburan sudah jarang terjadi, paling hanya letupan kecil. Terakhir, tahun lalu terjadi semburan lumpur setinggi lebih kurang empat meter, itu pun tidak lama. Bahkan ada yang mengabadikan melalui video handphone," ucap Sunadi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini